64 [Last Part]

1.2K 91 6
                                    

Air Intan terlihat sangatlah ramai, sebuah rumah yang megah kilapan lampu menyala. Sebuah pesta.

Pesta kini berpindah ke sebuah rumah di sana setelah berjam-jam meramaikan gedung paling megah di air intan. Lidya melangkah dengan serentak sejajar dengan The~D.

Kisah beberapa tahun lalu yang telah terlewati kini menambah haru. Permainan harta dan tahta itu kini berangsur membaik selama 6 bulan waktu berjalan.

Lidya sedikit menghela nafasnya, dengan sebelah tangan menggenggam tangan Farhan dan sisi lainnya menggenggam tangan Oxy.

Sedangkan Gio kini menggenggam tangan seorang wanita dengan sangat mesra di depan Lidya. Sesekali kedua orang itu menatap Lidya dengan senyum dan Lidya hanya mengerucutkan bibirnya melihat kemesraan pengantin baru di hadapannya. Wanita itu adalah Lulu Arninda, kakak iparnya.

Dan Aluna kini masih menunggu dua rumah yang tergolong sepi, rumah Guarda sangat lebih berbahaya jika ditinggalkan. Kekuatan besar masih tertanam di sana dan berpuluh-puluh senjata disiapkan di ruang bawah tanah.

"Kapan kau akan menikah?" tanya Farhan sambil menatap Lidya.

"Kapan? Kau harusnya menanyakan hal ini kepada dirimu sendiri. Sebelum kau mati kau harus menikah lebih dulu. Kau tau? Aku tidak ingin melihatmu sengsara ketika mau dikuburkan," ledek Lidya dengan puasnya.

"Puas kau meledekku?" sindir Farhan dengan wajah yang teramat datar.

"Sungguh puas, lagipula Oxy masih belum menemukan jodohnya. Aku tidak mau ia sengsara," gumam Lidya terlihat sangat meyakinkan.

Wibawanya memancar keluar, tidak salah ia bisa menaklukkan perusahaan besar lainnya dengan mudah. Ditambah lagi dengan perusahaan besar seperti milik Groye, Lathfierg, dan Guarda mendukungnya.

"Tetapi kau harus mau melakukan itu," cetus Gio dengan cepat di depan Lidya.

"Jangan suka menyambung pembicaraan orang," ketus Oxy merespon.

Gio hanya menoleh dan melemparkan tatapan sengit ke sudut mata Oxy. Oxy membalasnya.

"Kau lihat saja Farhan, bagaimana bisa aku meninggalkan mereka dengan mudah? Sekalipun jodohku telah datang, ini yang menjadi kebimbanganku," decak Lidya kesal sembari menatap mereka berdua satu persatu.

Lulu kini tidak terlalu mempedulikan pertengkaran mata yang diperkarai oleh suaminya sendiri. Ia hanya menatap Lidya dengan senyuman dengan artian 'lerai mereka'.

Lidya hanya mengedikkan bahunya dan lebih memilih menatap pertarungan sengit itu, kesibukannya pada dunia bisnis telah membuatnya seperti tidak betah di rumah.

Gio menghela nafas lalu menatap Lidya dengan penuh iba. "Aku sarankan kepadamu untuk tetap mendengarkanku."

"Lelaki ini terlalu payah dalam hal ini, otaknya terlalu pintar namun ia tidak punya hati. Aku tidak yakin bagaimana bisa dia mendapatkan cintanya, lalu kau ingin menikah setelah ia menikah. Bodoh! Jika seperti itu konsepmu maka aku akan membuatnya kehilangan nyawa setelah ini, lebih baik ia tiada daripada adikku jadi gadis tua," gumam Gio sembari tetap menatap tajam Oxy.

"Terserah kau saja. Menikahlah, jangan menungguku. Mungkin aku tidak akan melakukan itu," gumam Oxy sedikit memberikan pengertian.

Serentak mereka menatap Oxy dengan tajam dan penuh heran. "Sepertinya setelah ini kau harus segera diperiksa."

"Aku masih saja normal," gumam Oxy terlihat tidak peduli dengan tatapan heran mereka. Lidya malah bergidik ngeri dan berpindah posisi menjauhi Oxy. Namun kekosongan tangannya langsung digenggam dan sedikit ditarik dengan perlahan. Lidya terhuyung ke arah tangan itu.

Lidya menatap lelaki pemilik tangan itu dan seketika jantungnya seakan berhenti berdetak, detakannya langsung memacu lebih cepat.

Terpaan angin membawa rambutnya mengikuti alunan angin itu, wajahnya semakin tampan di bawah cahaya bulan. Lidya terpana melihatnya dan lelaki itu langsung tersenyum, sontak saja Lidya langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke arah rombongannya. Ia telah ditinggalkan, sial!. Lelaki itu adalah penunggu hatinya dan 6 bulan terakhir lelaki itulah yang menggenggam tangan Lidya ketika malam menyapa, dia adalah Zhiro.

"Rindu? Aku merindukanmu," gumam Zhiro sambil tetap menatap wajah Lidya dengan lekat. Tangannya dengan lembut mengangkat dagu Lidya agar menatapnya.

"Tidak. Aku ingin mengucapkan selamat untuk kinerjamu karena yang aku dengar perusaaanmu telah berkembang sangat pesat. Aku akan masuk, sebentar lagi pesta akan dimulai." Lidya melangkah masuk namun satu langkah lagi kakinya melangkah, tangannya langsung dicekal lembut oleh Zhiro.

"Mulai saat ini aku tidak akan membiarkan kau melangkah sendiri," ujar Zhiro terdengar sangat jelas di telinga Lidya.

"Apa yang kau maksud?" Tidak ada jawaban yang diterima oleh Lidya, lelaki itu kembali tersenyum. Ia menatap Lidya sejenak dan menariknya lagi, ke manapun ia akan melangkah.

Mereka menemui Farah dan Ghany yang berbincang dengan rekan bisnisnya, tidak ada obrolan lebih hanya menanyakan kabar dan bersalaman. Zhiro langsung menghantar Lidya kembali bersama Oxy dan Gio. "Aku titip dia."

"Menitipku? Kau akan kemana?" tanya Lidya menginterogasi.

"Menjauh dan luput dari pandanganmu. Bukannya ini yang kau ingin? Kau juga tidak menginginkanku," gumam Zhiro lalu keluar dari rumah mewah itu.

Lidya menatap kepergian lelaki itu dengan mata yang berkaca-kaca, sesal kini menerpa dirinya.

"Kau menangis? Kau menyesal melakukan ini? Bukannya ini yang kau inginkan?" tegur Gio seraya mengelus puncak kepala Lidya dan menenangkannya.

"Mengapa ia masih saja meninggalkanku walaupun ia tau, aku sangatlah menyayanginya dan itu tidak pernah berubah sedikitpun sejak pertama kali aku menyayanginya," isak Lidya perlahan.

"Rasakan saja! Apa yang aku katakan enam bulan yang lalu? Lihat! Hal yang ditakutkan kini telah terjadi," ucap Gio terdengar sangat ketus.

Pengeras suara terdengar berbunyi sangat melengking. "Aku tidak akan meninggalkanmu, ke mana pun kau pergi aku akan tetap bersamamu. Begitupun aku, ke mana pun aku pergi aku akan membawaku bersamamu."

Mendengar pernyataan itu, Lidya spontan terkejut dan menatap ke arah seorang lelaki di hadapannya. Ia juga melihat sepasang pasangan baru yang saja menikah, Damar dan Revi kini menatap mereka berdua. Zhiro menatap Lidya dengan sangat teduh sembari mengapus titik-titik air matanya.

"Apa yang kau lakukan?" gumam Lidya ketika memperhatikan mereka berdua menjadi fokus tatapan para tamu yang datang.

"Aku ingin mengungkapkan sesuatu yang membuatku selalu ingin membungkam. Aku ingin mengatakan apa yang menyebabkanku bertahan untuk hidup yang lebih lama. Aku mencintaimu. Aku ingin menambahkanku namaku pada namamu agar semua orang tau jika kau milikku. Aku ingin kau selalu ada bersamaku walau suka dan duka, dan senyummu yang selalu aku nantikan setiap aku membuka mata. Will you marry me?"

I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang