Lidya berjalan dengan santai menemui kerumunan orang, andaikan mereka tahu jika kini Lidya tengah membawa api kekesalan yang teramat membara. Beruntung ia masuk jurusan Sastra Inggris, untuk kejadian ini ia tidak mengalami kesulitan.
"Di mana pemilik perusahaan ini?" kesal Lidya semakin memuncak. Mereka menoleh dan menatap aneh Lidya.
"Kalian punya telinga dan bisa mendengar suaraku dengan jelas, kan? Aku ulangi, di mana pemilik perusahaan ini?" protes Lidya karena mendapat respon yang tidak sesuai dengan keinginannya.
"Oh kau adalah bagian dari Lathfierg? Maaf kami tidak membutuhkanmu dan perusahaan kecilmu itu. Pergilah dari sini!" usir salah seorang di antara mereka.
Lidya dilanda dilema sedikit, jika ia melangkah mundur maka perusahaan Oxy terhina namun jika ia lebih memilih membanting tubuh wanita di hadapannya maka sama saja menjemput maut. Namun, ia menemukan titik terangnya.
"Oh? Perusahaan kecil? Apa kau tidak punya kaca? Jikapun perusahaan kecil maka kami perusahaan yang lebih maju daripada perusahaan tempat kau bekerja karena lebih memilih datang kemari ke sini, sementara kalian hanya memutuskan hubungan sepihak secara tiba-tiba. Akankah kalian tidak punya modal lagi?" sinis Lidya memancing emosi. Mereka semakin menggeram tapi itu tidak berefek sedikitpun bagi Lidya.
"Jangan hina Dalazu's Group."
Lidya mengedikkan bahunya, seakan tidak peduli, namun ia benar-benar tidak peduli. Ia mengamati sekelilingnya dan menemukan seorang Office Boy tengah membersihkan lantai di dekatnya. Ia memanggilnya.
"Ada apa?" tanya orang tersebut.
"Di mana pemilik perusahaan ini?"
"Pak Daiva berada di dalam ruangan pertemuan, kau akan menemukannya di ujung lorong itu." orang tersebut langsung menunjuk lurus sebuah lorong. "Ia tengah berbincang dengan beberapa temannya."
'Kau akan menyesal!' batin Lidya tertawa kejam.
Lidya langsung mengikuti arah yang telah ditunjukkan oleh office boy tersebut, ia sampai di depan sebuah ruangan. Terdengar sedikit berisik di tengah orang berbincang.
Lidya menghirup nafasnya banyak dan bernafas secara tergesa. Ia membulatkan tekadnya lalu membuka pintu tersebut.
Ia melihat semua orang tengah duduk menghadap ke sebuah proyeksi, tidak ada yang menyadari kehadiran Lidya. Presentasi tersebut dipimpin oleh Yoza.
'Lelaki itu lagi, akan ku remukkan tulang-tulangnya,' pikir Lidya tiba-tiba. Yoza langsung melirik ke arah pintu dan mendapati wanita yang pernah membuat masalah dengannya tengah berdiri di ambang pintu.
"Hai jalang! Mengapa kau di sana!" serentak semua langsung berdiri dan menoleh ke arah Lidya. Lidya berdiri dengan gugup, kedua lututnya semakin melemas dan ia hanya mempunyai sedikit tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri.
"Ia adalah Lidya Vanessa, seorang sekretaris dari Oxy pemilik perusahaan Lathfierg," jelas Yoza dengan nada malas. Tatapan demi tatapan diterima Lidya.
"Apa yang kau lakukan?" tegur Oxy menatap kesal sikap Lidya. Oxy langsung melihat ke arah rekannya yang menatap ke arah Lidya.
"Maafkan atas kesalahan sekretarisku dan maaf telah mengganggu waktu kalian," ujar Oxy yang menyadari kehadiran Lidya membuat kesan suasana di ruangan ini lebih mencekam.
Yoza langsung menatap bodyguard yang berdiri di sudut ruangan. "Tunggu apa lagi? Cepat bawa mereka keluar!"
Sebuah isyarat tangan menghentikan langkah bodyguard itu. "Jangan bawa dia keluar dari ruangan ini."
Orang itu mendekat dan menatap Lidya dari atas ke bawah. "Kau?"
"Maaf, kami tidak akan melakukan kesalahan ini lagi. Anda boleh melanjutkan rapat anda," ujar Oxy dengan nada datar, tanpa emosi sedikitpun.
Ia mengamati dua orang itu, sekretarisnya dan rekan bisnisnya sebelum ia memutuskan hubungan sepihak. Mata Erick dan Oxy tertatap tidak percaya, orang itu menarik Lidya dalam pelukannya.
"Aku merindukanmu," ujar lelaki itu. Lidya semakin larut dalam pelukannya. Lelaki itu menghapus air mata yang lolos di sudut matanya. Lelaki itu melepaskan pelukannya lalu tersenyum lebar.
"Aku ingin berbicara padamu," ujar lelaki itu.
"Ada apa ini pak Daiva? Anda mau pergi kemana?" tanya Yoza ketika menyadari jika pemilik perusahaan itu akan meninggalkan ruangan rapatnya sendiri.
"Aku punya urusan yang lebih penting. Anda bisa mempresentasikan proyek anda kepada sepupuku. Ia akan datang ke sini beberapa menit lagi," pesan Daiva dengan lancar. Ia tidak hentinya menatap Lidya dengan lekat.
"Ini tidak sopan! Bagaimana bisa aku mempresentasikannya tanpa memperlihatkan padamu! Apa ini cara anda untuk memperlakukan seseorang tamu?" protes Yoza dengan lugas.
"Dan kau jalang! Apa yang kau lakukan di sini? Mencoba menghancurkanku! Lihat! Jika kalian mau tau dia adalah jalang bayaran yang Oxy miliki, lihat betapa hinanya dia datang ke sini dan menggoda tuan Daiva," sinis Yoza. Lidya dilemparkan tatapan tajam oleh mereka.
"Diam kau Yoza! Anda tidak bisa menghina sekretarisku dengan semena-mena seperti ini!" tegur Oxy di atas kekesalannya.
"Kau marah? Berarti benar saja. Kau sama hinanya dengan sekretarismu itu! Lidya! Kau katakan kepadaku jika aku yang akan hancur? Coba kau bawa cermin besar dan lihat! Harga dirimu mulai berjatuhan!"
"Apa masalah kau denganku? Kau sepertinya mengganggap dirimu sungguh baik," kekeh Lidya. Air mata di pelupuk matanya tidak berhasil menggetarkan nada suaranya.
"Diam Yoza! Kau melewati ambang batasmu!"
Daiva menyisingkan lengan bajunya lalu melangkah mendekati Yoza. "Telah puas kau berbicara? Maka diamlah! Kau mengatakan apa tadi? Harga diri Lidya kini tengah berjatuhan? Bisakah kau lihat dirimu sendiri? Harga dirimu mungkin telah hilang sekarang. Kau menegurku untuk melakukan sikap yang baik kepada seorang tamu? Sedangkan apa sikap baikmu sebagai seorang tamu? Menghina tamu lain di depan tuan rumahnya sendiri! Berhenti mengurus hidup orang lain! Urus hidupmu saja, selesaikan presentasi ini dan keluar dari ruanganku! Atau bodyguardku yang akan menarikmu paksa serta harga dirimu!"
"Jika kau punya masalah denganku silahkan berbicara. Urusan kita belum selesai sampai di sini saja!" peringat Daiva. Daiva berbalik arah menuju ke arah Lidya dan menariknya keluar.
"Ikut aku," bisik Daiva ke telinga Oxy dengan sangat pelan. Oxy dan Erick langsung meninggalkan ruangan dan mengikuti langkah mereka.
"Ada apa ini tuan Daiva? Kau menarik wanita ini? Wanita ini adalah sekretaris Lathfierg," tegur wanita yang sebelumnya bermasalah dengan Lidya.
"Diamlah! Atau aku akan memberhentikan kau dan orang lain yang memilih berkomentar!"
Mereka memilih diam terutama wanita itu, ia kini menatap bosnya dan tiga orang asing berjalan meninggalkannya.
Mereka sampai di depan sebuah ruangan. "Kau siapa? Kau mengenal Lidya?"
Daiva tidak menjawab sedikitpun, walaupun hanya berupa isyarat semata. Ia membuka pintu dan menarik Lidya agar mengikutinya melangkah ke dalam ruangan itu.
Mata Lidya terpusat kepada seseorang yang berdiri menatapnya lekat. Lidya membalas tatapannya, keduanya mengangkat senyuman yang indah.
![](https://img.wattpad.com/cover/197795250-288-k223120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Do Anything For You [Lathfierg Series]✔
Teen FictionBook 2 of Lathfierg series Wajib baca 'Just Cause You, Just For You' terlebih dahulu! "Ini bukanlah akhir dari segalanya." Kalimat yang sering Lidya rapalkan ketika ia terpuruk jatuh, hingga ia mencoba untuk bangkit lagi dan berdiri tegap dengan men...