n i n e

1.2K 62 3
                                    

Happy reading!

Author POV

"Jadi Keyra itu sodara kembar Lo?" tanya Dave setelah menyesap cappucino miliknya. Setelah dari pemakaman mereka memutuskan mampir ke kafe langganan Dave.

"Iya," balas Keysha singkat.

"Tadi gue denger Lo bilang kalo kematian Keyra masih jadi teka-teki. Maksudnya apaan sih?" tanya Dave penasaran. Mungkin dengan ini Ia bisa mengorek informasi tentang Keyra.

"Maaf Dave, gue belum bisa ceritain masalah itu ke Lo. Bukannya gue nggak percaya sama Lo. Tapi gue belum siap ngebuka luka lama, karena butuh berbulan-bulan gue bisa sembuhin luka itu. Walaupun perihnya masih kerasa," ucap Keysha sambil mengaduk-aduk milkshakenya.

"Nggak papa kok. Gue juga bisa ngertiin kalo Lo belum siap. Tapi kalo Lo udah siap, gue siap dengerin kapanpun itu," ucap Dave sambil tersenyum.

"Makasih Dave. Lo bisa ngertiin gue. Sebenernya ada sedikit rasa takut saat kita berteman. Gue takut kalo Lo ninggalin gue," ucap Keysha sambil menatap Dave.

"Gue nggak bisa janji, Key. Gue hanya bisa usahain biar gue nggak ninggalin Lo," ucap Dave.

"Dave, Lo punya pacar nggak sih? Gue takut kalo kita sering jalan bareng bisa bikin cemburu pacar Lo," ucap Keysha.

"Gue ini nggak pernah pacaran Key. Rencananya yang bakal jadi pacar gue adalah cewek di--"

"Hai pembunuh. Ternyata Lo masih hidup," ucap Reynan sinis.

"Apa tujuan Lo ngehampiri kami," ucap Dave tanpa menoleh ke arah Reynan.

"Gue nggak mau basa-basi Dave. Gue cuma mau ngingetin Lo supaya ngejauh dari Pembunuh ini. Bisa jadi Lo jadi target keduanya," ucap Reynan.

"Siapa Lo ngatur-ngatur gue. Gue percaya kalo Keysha cewek baik. Kalaupun gue jadi target selanjutnya, yang mati gue bukan Lo," ucap Dave santai.

"Ternyata Lo udah terpengaruh sama perempuan pembawa sial ini," ucap Reynan.

Byur

Keysha menyiram muka Reynan dengan milk shakenya. "Kenapa sih, Lo selalu bikin berita bohong? Gue selalu diem saat Lo ngomong yang nggak-nggak di depan semua orang. Tapi sekarang kesabaran gue udah habis," ucap Keysha menggebu-gebu.

Dengan amarah yang berkobar Reynan mengelap wajahnya dengan telapak tangan, "gue masih nggak terima kalo pacar gue meninggal gara-gara Lo," balas Reynan.

"Gue nggak yakin kalo Lo beneran sayang sama Keyra. Seharusnya Lo cari penyebab Keyra meninggal, bukan malah nyalahin orang lain," ucap Keysha. Air matanya menetes dengan deras. Ia tak peduli jika menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe.

"Gue curiga kalo sebenernya Lo tahu penyebab kematian Keyra. Tapi Lo sengaja nyembunyiin hal itu," lanjut Keysha sambil menunjuk muka Reynan.

PLAK!

Keysha hanya mematung sesaat setelah telapak tangan milik Reynan menampar pipinya. Wajahnya masih tertoleh ke samping, Ia begitu terkejut dengan perlakuan Reynan yang sama sekali tidak menghormati wanita.

BUGH!

Dave langsung memukul wajah Reynan dengan brutal. Ia tak terima jika seorang perempuan dilecehkan. Sedangkan pengunjung hanya melihat tanpa ada niatan untuk memisahkan mereka. Seakan-akan mereka menikmati drama action secara langsung.

"Dave, udah," ucap Keysha sambil memisahkan mereka.

"Pukulan itu nggak sebanding sama tamparan Lo ke Keysha. Lo tahu nggak, sikap Lo malu-maluin kaum laki-laki," ucap Dave.

Reynan hanya tersenyum sinis sambil mengelap darah di sudut bibirnya. "Tamparan itu nggak sebanding sama apa yang Pembunuh ini lakuin ke Keyra. Sebuah tamparan nggak bakal ngilangin nyawanya kan?" ucap Reynan dengan santainya.

"Tapi dengan satu tamparan Lo berhasil ngerendahin seorang wanita. Inget, ibu Lo juga seorang wanita," ucap Dave.

"Wanita adalah makhluk nggak berguna," ucap Reynan. Setelahnya Ia berjalan meninggalkan Keysha dan Dave.

"Lo nggak papa?" tanya Dave sambil menangkup pipi Keysha. Terlihat semburat kemerahan di pipi kanannya. Dave meringis sendiri. Pasti rasanya perih sekali.

"Ikut gue, biar gue obatin," ucap Dave sambil menarik tangan Keysha pelan. Keysha hanya menurut tanpa ada niat membantah. Ia masih cukup terkejut dengan tamparan di pipinya. Apalagi yang melakukan adalah seorang cowok. Walaupun orang tuanya tidak peduli padanya atau bahkan membencinya, mereka tidak pernah bermain tangan. Mungkin hanya sebatas kata-kata yang menusuk hatinya. Dan artinya ini pertama kalinya Ia mendapat sebuah tamparan.

"Lo duduk di sini dulu," ucap Dave sambil mendudukkan Keysha di kursi yang berada di dalam sebuah ruangan yang sepertinya ruangan pemilik kafe. Lalu Dave keluar dari ruangan tersebut. Keysha hanya menunduk, sesekali air matanya menetes. Ia merasa ujian hidupnya begitu berat. Andai eyangnya masih hidup, pasti Ia akan lebih bisa menerima takdir karena ada seseorang yang mendukungnya.

"Key," panggil Dave.

Keysha langsung mendongak tanpa ada niatan menghapus air matanya. Dave pasti bisa paham dengan kondisinya.

"Hey, kenapa nangis. Buat apa Lo nangisin laki-laki brengsek itu," ucap Dave sambil menangkup pipi Keysha.

"Gue nggak nangisin Reynan. Gue cuma kangen eyang. Andai eyang di sini gue pasti akan lebih tabah ngejalanin hidup," ucap Keysha serak.

"Jangan sedih lagi. Gue ada buat Lo," ucap Dave. Ia membawa Keysha ke dalam dekapannya. Tangannya mengelus rambut Keysha yang terurai.

Keysha hanya menurut. Ia merasakan kenyamanan saat berada dalam pelukan teman sebangkunya. Setidaknya untuk saat ini Ia merasa tenang.

"Sekarang gue obatin pipi Lo dulu," ucap Dave sambil melepas dekapannya. Tangannya menyingkirkan rambut yang ada di pipi Keysha ke belakang telinga.

Dengan telalten Dave mengompres pipi Keysha menggunakan kain yang telah dibasahi dengan air hangat. Sesekali Dave meniup pipi Keysha, berharap rasa sakitnya sedikit berkurang.

Entah kenapa gue nyaman ada di deket Lo Dave batin Keysha.

Haiiiii aku balik lagi nih. Sebenernya ini spesial update karena author ultah. Makasih yang masih nungguin cerita ini.

  Purwodadi, 16 Oktober 2019

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang