f i f t y t h r e e

1K 57 4
                                    

Happy reading!

Author POV

Saat ini Keysha tengah membantu Irene mengenakan blouse. Sejak insiden tiga puluh menit yang lalu, tubuh Irene masih bergetar. Keysha hanya bisa memberi kata-kata penenang untuk Irene. Melihat tubuh Irene yang bergetar ketakutan membuat Keysha iba.

Dengan cekatan Keysha membantu membenarkan posisi blouse itu. Ia dan Irene sudah berada di dalam mobil Dave. Si pemilik mobil sendiri berada di luar, menunggu Irene selesai mengganti bajunya.

Reynan sendiri telah dibawa oleh Alfa. Dave memang meminta bantuan Alfa untuk membawa Reynan, juga membawa mobil Irene. Kondisi Reynan yang tak sadarkan diri membuat Alfa lebih mudah membawa Reynan, karena cowok itu tak mungkin memberontak.

Tak berselang lama Dave masuk ke dalam mobil. "Rumah lo di mana, Rene? Biar kita antar pulang," ucap Dave. Tak ada nada ramah di ucapannya.

"Dave, malam ini Irene mau nginep di rumah kita. Orang tuanya nggak ada di rumah," balas Keysha.

"Oh, oke," balas Dave dengan singkat.

Selanjutnya hanya hening, Dave fokus pada jalan di depannya, Keysha sendiri sibuk menenangkan Irene.

"Lo sadar nggak, Rene? Sebenernya kejadian ini karma buat lo. Lo udah jahatin Keysha. Dan sekarang lo dijahatin sama orang yang katanya sayang sama lo," ucap Dave. Keysha hanya diam, karena ia juga berpikir demikian.

Respon Irene sungguh di luar dugaan, gadis itu malah menangis dengan kencang. Ia tak berkata apapun, tapi tangisannya menggambarkan perasaannya saat ini.

"Hukum karma itu berlaku, Rene. Jangan nganggep karma itu lelucon, nyatanya kondisi lo jauh lebih mengenaskan dari yang Keysha alami. Kalau setelah ini lo nggak berubah, berarti lo nggak bisa lagi disebut manusia." Kata-kata itu meluncur dari mulut Dave. Cowok itu tak peduli dengan kondisi Irene saat ini.

"Dave, cukup. Jangan bilang gitu," ucap Keysha. Ia tak bisa membayangkan bagaimana sakit hantinya Irene ketika mendengar ucapan Dave yang sangat pedas.

"Aku cuma pengen ngungkapin apa yang aku rasain. Udah lama aku diem saat Irene nyakiti kamu, kali ini aku mau nyadarin Dia," balas Dave.

"Tapi kata-kata kamu pedes banget, kasihan Irene," ucap Keysha. Ia memeluk Irene dengan erat.

"Dia aja nggak peduli pas kamu kesakitan. Aku cuma bales apa yang Irene lakuin dulu," ucap Dave. Keysha hanya diam tak membalas, sepertinya mood Dave sedang tidak baik. Membalas perkataan Dave bukanlah solusi.

Keysha hanya bisa berharap, semoga Irene tidak tersinggung dengan perkataan Dave.

"Jangan dengerin ucapan Dave, Rene. Yang Dave bilang itu nggak bener kok," bisik Keysha seraya menenangkan Irene yang masih terisak.

"G-gue j-jahat. G-gue nyesel," lirih Irene dengan terbata.

"Lo nggak jahat kok," ucap Keysha berusaha menenangkan. Walaupun ia tahu jika yang diucapkan Irene memanglah benar.

"Kalau udah kayak gini lo nyesel kan? Mana mulut lo yang biasa koar-koar buat ngejelekin Keysha?" sahut Dave.

"Dulu aja Keysha lo sia-siain. Sekarang lo dapet musibah Keysha yang tolongin lo. Kalau lo itu beneran manusia, pasti bakalan malu." Lagi-lagi perkataan pedas Dave meluncur begitu saja.

Keysha heran sendiri, mengapa ucapan Dave bisa sepedas itu? Padahal Dave tak pernah seperti itu padanya. Sebenarnya ada sedikit rasa senang saat Dave berbicara seperti itu, hal itu membuktikan jika Dave benar-benar peduli padanya. Tapi rasa kasihan lebih mendominasi diri Keysha. Ia tak tega melihat Irene diberi perkataan pedas oleh Dave. Seperti kata pepatah, ibarat jatuh tertimpa tangga.

"Dave, udah dong. Jangan kayak gitu," tegur Keysha.

"Oke aku diem. Sebenernya belum puas kasih Irene siraman rohani," ucap Dave. Ia terpaksa harus menyudahi hujatannya pada Irene. Daripada Keysha marah? Nanti ia tak bisa dapat pelukan dari sang istri.

*****

Mobil Dave berhenti di halaman rumah. Tak lama kemudian manusia di dalamnya keluar. Keysha membantu Irene berjalan, sedangkan Dave membawa paper bag yang berisi belanjaan milik Keysha.

Gadis blasteran Amerika-Bali itu hanya menurut saat Keysha memapahnya. Tubuhnya terasa bergetar, efek insiden beberapa jam yang lalu masih ia rasakan.

Keysha membuntuti Dave masuk ke dalam rumah. Pintu rumah memanglah tidak terkunci. Jadi, Keysha tak lerlu menunggu lama. Karena memapah Irene tidak mudah.

"Kalian kok lama bang ... Irene?" ucap Mama Dyra. Raut bingung tercetak di wajah wanita paruh baya itu.

"Ma, bantu Keysha bawa Irene ke kamar tamu," ucap Keysha. Tanpa bertanya lagi Mama Dyra membantu memapah Irene ke kamar tamu. Dave sendiri memilih ke kamar untuk menaruh paper bag di kamar.

Keysha membantu Irene duduk di ranjang. Dengan cekatan gadis itu membantu melepaskan sepatu yang dikenakan oleh Irene.

"Rene, gue sama Mama keluar dulu. Kalau lo perlu bantuan bisa panggil kita. Karena kamarnya nggak kedap suara," ucap Keysha. Irene hanya mengangguk paham.

Selanjutnya Keysha dan Mama Dyra keluar dari kamar, meninggalkan Irene sendiri di sana.

"Sebenernya ada apa, Key?" tanya Mama Dyra.

Keysha mengajak mama mertuanya untuk duduk di sofa terlebih dahulu. Setelah itu menceritakan kejadian yang dialami oleh Irene.

"Astaga! Mama nggak habis pikir sama Reynan. Kenapa dia bisa sebejat itu, sih?" ucap Mama Dyra. Jika.biasanya ia tak menyukai sosok Irene, tapi kali ini berbeda. Ada rasa iba setelah mendengar cerita Keysha.

"Keysha juga ngerasain hal yang sama, Ma. Kenapa Reyman tega banget? Bukannya mereka sama-sama saling suka?" ucap Keysha.

"Mungkin tujuan Reynan udah nggak baik dari awal," ucap Mama Dyra.

"Mungkin aja, Ma," balas Keysha.

"Kamu temenin Irene, gih. Mama mau buat makanan buat Irene," perintah Mama Dyra.

Tanpa menolak Keysha bangkit dari duduknya. "Keysha ke kamar dulu, Ma."

Mama Dyra juga bangkit dari duduknya. "Mama juga mau ke dapur."

Selanjutnya dua wanita beda generasi itu berjalan berlawanan arah. Tentunya dengan tujuan berbeda pula.

________________________________________

Hehe sorry kalau upnya malem banget. Ide nulis ngalirnya pas malem, jadi enak gitu. Harap maklum sama author yang labil ini ya guys.


Purwodadi, 31 Juli 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang