f i f t y n i n e

915 55 8
                                    

Happy reading!

Author POV

Dave dan Keysha terlihat berbeda dari biasanya, keduanya memakai pakaian formal. Keysha mengenakan dress selutut berwarna peach dengan ornamen mutiara yang terlihat mewah. Sedangkan Dave terlihat lebih tampan dengan jas hitam yang melekat sempurna di tubuhnya.

Sebenarnya tidak hanya mereka, hampir seluruh keluarganya juga demikian. Bukan tanpa sebab mereka kompak memakai pakaian formal, hari ini adalah grand opening cafe dan clothes store milik Dave dan Keysha.

"Udah siap? Kalau udah kita berangkat sekarang," ucap Dave.

"Ud–eh tunggu sebentar," ucap Keysha. Ia berjalan beberapa langkah ke depan.

Dengan cekatan ia merapikan dasi kupu-kupu milik Dave yang terlihat miring. Dave yang melihat itu tersenyum kecil, dengan sekali tarikan tubuh Keysha telah menempel pada tubuh Dave. Keysha berusaha fokus pada hal yang ia kerjakan, padahal rasa gugup sudah menguasainya.

"U-udah selesai," ucap Keysha seraya menjauhkan tangannya dari kerah kemeja yang dikenakan suaminya. Keysha juga berusaha melepaskan tubuhnya dari kungkungan Dave.

Cup

Keysha mematung, masih tak percaya dengan apa yang ia rasakan. Cowok yang berstatus suaminya itu mencium dahinya. Dan yang membuatnya tak bisa berkata-kata adalah Dave masih mempertahankan posisinya.

"Ekhem! Udah kami tungguin malah asyik berduaan."

Seketika Dave dan Keysha kelabakan, tak menyangka jika mereka terciduk dengan posisi yang cukup intim. Keduanya sama-sama salah tingkah, bahkan mereka tak berani menatap wajah Mama Dyra.

"Jangan lama-lama, mama tunggu kalian di bawah," ucap Mama Dyra. Selanjutnya Mama Dyra beranjak dari kamar Dave dan Keysha, menyisakan pemilik kamar dengan wajah memerah.

***

Suara tepuk tangan dari tamu undangan menggema keras, menandakan jika cafe dan clothes store milik Dave dan Keysha resmi dibuka.

Setelahnya para tamu undangan dipersilahkan untuk menyantap hidangan yang telah disediakan, bersamaan dengan itu group band yang berada di sudut ruangan melantunkan musik dengan merdu.

Senyum Dave dan Keysha tidak pernah pudar sejak acara berlangsung. Rasa bahagia menyelimuti mereka, tak menyangka jika akhirnya mereka memiliki usaha sendiri. Terutama Keysha, ia sangat tidak sabar untuk mengelola bisnis barunya.

"Keysha, Dave, selamat buat kalian," ucap Mama Dyra seraya memeluk Keysha dan Dave bergantian.

"Seharusnya kami yang bilang makasih ke mama dan papa. Kalian udah bantu kita buat buka cafe ini," ucap Keysha.

"Kami mau melakukan itu karena kalian punya peluang. Melihat bisnis online shop yang kalian buka bikin yakin kalau kalian punya potensi," balas Papa Devan.

"Pokoknya makasih banyak, Pa," ucap Keysha seraya memeluk singkat sang papa mertua.

"Key, aku juga mau dipeluk dong," ucap Dave. Melihat Keysha memeluk papanya membuat Dave sedikit tidak terima.

Tanpa menolak, Keysha melakukan hal yang diminta Dave, memeluk suaminya dengan erat. Dave sendiri hanya keheranan saat melihat respon Keysha yang seperti ini. Biasanya Keysha akan menolak karena malu, tapi kali ini tidak ada penolakan apapun.

Dave tak urung membalas pelukan Keysha tak kalah eratnya. Mungkin efek bahagia membuat Keysha lupa dengan rasa malunya.

"Udah cukup pelukannya, kita harus ke lantai tiga, Renatha sama Damian udah nunggu kita."

Ucapan Papa Devan menginterupsi keduanya. Dengan berat hati sepasang manusia itu melepaskan pelukan mereka. Dave berinisiatif untuk mengganti pelukan itu dengan genggaman tangan, selanjutnya mereka berjalan membuntuti Mama Dyra dan Papa Devan.

"Loh kita lewat tangga? Nggak ada lift-nya, Dave?" tanya Keysha.

"Nggak ada. Kamu pengen di sini dipasang lift?"

"Bukan gitu, lewat tangga pakai heels susah banget," ucap Keysha seraya menunjukkan heels tujuh senti yang ia kenakan.

"Gimana kalau aku gendong?" tawar Dave dengan mata berbinar.

"NO!"

"Yakin nggak mau?"

"Nggak," balas Keysha.

"Ya udah, jalannya pelan-pelan aja. Nanti aku bantuin."

Keysha mengangguk menurut, dengan langkah pelan ia berjalan melewati satu per satu anak tangga. Dave juga tidak tinggal diam, cowok itu mengganti genggaman tangan mereka menjadi rengkuhan di pinggang Keysha.

Lima menit setelahnya mereka telah berada di lantai tiga, tempat di mana kedua keluarga akan berkumpul. Dari informasi yang Dave dengar, sepertinya ada hal penting yang akan mereka bahas.

"Kok kalian lama? Bukannya tadi kalian ada di belakang kami?" ucap Mama Dyra.

"Menantunya Mama takut kepleset di tangga. Dan karena itu lama, karena kita jalannya pelan-pelan," ucap Dave seraya duduk di bangku yang berada di sebelah kanan Papa Devan.

"Ya maklum lah, Dave. Keysha kan pakai heels, apalagi Keysha nggak terbiasa," ucap Mama Dyra.

Keysha tak membalas ucapan Mama Dyra, ia lebih memilih duduk di antara Mama Dyra dan Mama Renatha.

"Kita kumpul di sini karena ada sesuatu yang akan kami beritahu pada kalian."

Suasana mendadak serius saat Damian berucap demikian. Semua pasang mata fokus menatap laki-laki dengan jas biru gelap tanpa dasi itu.

"Kami membawa kabar gembira. Bahwa Renatha hamil anak ketiga kami."

Ucapan Damian membuat Keysha terkejut. Tak menyangka jika sang papa memberikan kabar sebahagia ini.

"Hamil?"

Kini tatapan mereka beralih pada Keysha, gadis itu masih memasang ekspresi terkejut.

"Iya, mama hamil adik kamu," ucap Renatha seraya mengusap punggung tangan Keysha yang berada di atas meja.

"Aku bakal punya adik?" tanya Keysha. Ia masih heran dan sedikit bingung dengan situasi ini.

"Iya."

Seketika mata Keysha berbinar. "Wah. Dave, aku bakal punya adik," ucap Keysha dengan penuh antusias.

"Iya, aku tahu," balas Dave diakhiri dengan senyum manis miliknya. Melihat Keysha yang begitu antusias membuat Dave bahagia.

"Berapa bulan, Ma? Kapan dia lahir?" tanya Keysha pada Renatha.

"Baru tiga bulan, berarti lahirnya enam bulan lagi," balas Renatha seraya mengusap perutnya yang masih rata.

"Masih lama dong. Aku udah nggak sabar banget nunggu dia lahir."

"Kalau kamu nggak sabar kita buat sendiri aja, yuk, Key."

"DAVE MESUM!"

Teriakan Keysha mengundang gelak tawa dari para orang tua. Apalagi melihat Keysha dengan pipi memerah karena malu. Sangat sayang jika dilewatkan.

________________________________________

Uhuy update! Maaf kalau agak telat, yang penting bisa up kan. Aku mau tanya sama kalian, ceritaku jelek ya? Nggak sesuai judul?

Aku mau cerita sedikit, kemarin ada yang komentar ke cerita I'm [not] Alone, dia bilang kalau cerita aku nggak bikin dia nangis. Dia juga bilang kalau biasanya cerita dengan judul alone buat dia nangis. Dan cerita aku nggak.

Cukup sedih dapat komentar kayak gitu. Aku udah berusaha nulis cerita sebaik mungkin supaya enak dibaca, kalaupun nggak suka jangan tinggalin komentar yang nylekit. Be a smart readers yaaa❤


  Purwodadi, 22 Sep 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang