f i v e

1.5K 73 4
                                    

Happy reading!

Author POV

Hari ini hari terakhir diadakannya Yasinan di rumah Keysha. Ralat rumah orangtuanya. Sampai saat ini orangtuanya belum pulang dari Singapur, mungkin juga mereka melanjutkan ke negara lain.

"Bik, kayaknya ada tamu deh," ucap Keysha. Karena samar-samar Ia mendengar suara bel.

"Bibik buka pintu dulu, Non," ucap Bik Rum sambil beranjak dari dapur. Saat ini mereka sedang mencuci peralatan makan yang dipakai di acara Yasinan tadi.

Tak berselang lama, suara derap kaki mendekat ke arah Keysha. "Siapa, Bik?" tanya Keysha tanpa menoleh.

"Kenapa kamu masih di sini?"

Tubuh Keysha seketika menegang kala mendengar suara itu. Itu adalah suara Renatha, orang yang paling Ia sayangi. Tapi apakah Renatha masih menyayanginya? Entahlah, Keysha tak yakin akan hal itu.

"M-mama," sapanya. Ia berusaha tersenyum, padahal Ia sedang menahan ketakutannya karena tatapan tajam sang mama.

"Jangan manggil saya mama. Saya nggak sudi punya anak pembunuh kayak kamu," ucap Renatha dengan pedasnya. Keysha hanya menunduk. Sungguh, perkataan Renatha membuat hatinya tercubit. Matanya memanas, tanpa bisa dicegah air mata Keysha mulai turun.

"Ngapain pake acara drama segala? Mau buat saya luluh sama air mata buaya kamu? Tapi saya nggak sebodoh yang kamu kira," ucap Renatha dengan wajah sinis yang selalu Ia tampilkan kepada Keysha. Sekali lagi Keysha hanya diam.

"Ma, ngapain sih ngeladenin dia? Nggak berguna juga. Mending kita ke kamar. Mama pasti capek, butuh istirahat," ucap Damian, papa Keysha.

"Yuk, Pa. Mama lama-lama juga eneg ngelihat dia," ucap Renatha. Damian segera menggenggam tangan Renatha dan berjalan menuju kamar mereka. Tak berselang lama, isakan Keysha mulai terdengar. Bik Rum yang berada di ujung pintu langsung menghampiri Keysha dan memeluknya. Bik Rum memang mendengarkan percapakan Keysha dengan Renatha, karena sejak tadi Ia memang berada di ujung pintu.

"Kapan mereka kembali sayang sama Key, Bik? Keysha capek, Keysha nggak kuat, hiks," ucap Keysha sambil membalas pelukan asisten rumah tangganya itu.

"Non Keysha yang sabar. Setiap manusia pasti diuji oleh-Nya," ucap Bik Rum menenangkan Keysha. Tangan wanita setengah baya itu mengusap pelan punggung anak majikannya.

"Tapi sampe kapan, Bik? Udah hampir dua tahun mereka benci sama Keysha," ucap Keysha putus asa.

"Percayalah kalo Tuhan tidak akan menguji makhluk-Nya di luar kemampuan yang dimiliki makhluk-Nya. Percaya sama Bibik, Non Keysha pasti bisa ngelewatin ujian yang diberikan Tuhan pada Non Keysha," ucap Bik Rum menasihati Keysha.

"Tapi saat ini Keysha butuh sosok ibu dan teman Bik. Keysha butuh seseorang buat ngedukung Keysha," balas Keysha.

"Non Keysha bisa anggep bibik sebagai teman," ucap Bik Rum. Tangannya masih setia mengelus punggung rapuh milik Keysha. Sedangkan Keysha hanya diam.

"Sudah jam sepuluh. Sekarang Non Keysha masuk kamar, istirahat. Besok Non Keysha sekolah kan?" ucap Bik Rum. Ia berusaha menghentikan percakapan yang menurutnya adalah hal sensistif untuk Keysha.

"Keysha ke kamar dulu, Bik. Selamat malam," ucap Keysha sambil melepaskan pelukan Bik Rum. Ia segera menghapus air mata yang membanjiri wajahnya dengan kedua tangan.

Dengan langkah pelan, Keysha menaiki satu per satu anak tangga. Ia menoleh ke sebuah ruangan yang tampak terkunci dari luar. Ia menatap nanar ruangan tersebut sebelum masuk ke dalam kamarnya.

○○○○○

Keysha tampak menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Ini sudah pukul 6.45, sudah dipastikan jika Ia naik bus pasti akan telat. Secara bus kedua akan tiba di halte pukul 07.00. sedangkan bus pertama tiba di halte pukul 06.30.  Rencananya Ia akan meminta papanya untuk mengantarkannya lebih dahulu. Karena kantor papanya melewati sekolahnya.

Harapan itu sirna karena saat sampai di lantai bawah, Ia mendengar suara mobil milik papanya. Dan bisa dipastikan mobil itu telah melesat meninggalkan halaman rumahnya.

"Kenapa Non Keysha belum berangkat? Sudah hampir jam tujuh loh," ucap Bik Rum.

"Sebenernya Keysha mau nebeng papa. Tapi ketinggalan," balas Keysha apa adanya.

"Non Keysha bisa naik ojek online," saran Bik Rum.

"Pengennya sih gitu, Bik. Tapi naik ojek online tiga kali lebih mahal dari naik bus," ucap Keysha.

"Yaudah Bik, Keysha berangkat dulu. Telat juga nggakpapa. Lebih baik telat daripada bolos," ucap Keysha sambil mencium tangan Bik Rum.

"Assalamualaikum, Bik."

"Waalaikumsalam, Non. Hati-hati."

Keysha berjalan dengan langkah cepat. Jarak dari rumahnya menuju sekolah memerlukan waktu dua puluh menit. Perlu waktu lima menit agar tiba di halte. Sedangkan bus akan tiba di halte pukul tujuh tepat.

Tin tin

Sebuah mobil hitam berhenti tepat di samping Keysha. Ia sudah hafal betul siapa pemilik mobil itu. Tak lama kemudian sang pemilik mobil keluar.

"Ayo Key, nanti telat loh," ucap Dave.

"Bisnya belum dateng," ucap Keysha.

"Ayo ikut gue. Gue jamin Lo bakalan selamat sampe tujuan," ucap Dave.

"Nggak ah. Lo udah sering ngasih gue tumpangan, gue nggak enak," ucap Keysha kikuk.

"Udah nggakpapa. Lo yakin bisa sampe sekolah tepat waktu kalo bis yang Lo tunggu dateng sepuluh menit lagi," ucap Dave berusaha membujuk Keysha.

"Ck! Lama banget mikirnya," ucap Dave sambil menarik tangan Keysha dan mendudukkan Keysha di samping kemudi.

"Kok maksa sih," gerutu Keysha.

"Lo mau dapet catatan telat? Padahal sebelumnya Lo nggak pernah telat kan?" ucap Dave sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Loh, kok Lo tau sih," tanya Keysha penasaran.

"Apasih yang gue nggak tahu," ucap Dave dengan sombongnya.

"Cepet pake seat belt," sambung Dave. Keysha segera memasang seat beltnya.

"Aaaaaaaa!" teriak Keysha. Pasalnya Dave memacu mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Hei aku balik lagi di cerita ini. Kayaknya cerita ini hampir lumutan gara-gara jarang banget update. Sebelum ngetik part ini, aku baca ulang part sebelumnya, karena emang aku lupa sama alurnya. Kalian tenang aja, aku bakalan update cerita ini seenggaknya satu bulan sekali.

Purwodadi, 31  Juli 2019

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang