f i f t y o n e

1K 55 3
                                    

Happy reading!

Author POV

Sudah satu minggu sejak kejadian tempo lalu, di mana Reynan dan kawan-kawan mengatai Keysha di kantin. Sejak Dave mengancam mereka, tak ada gangguan dari mereka bertiga. Rasanya hidup Keysha jauh lebih tenang.

Ujian nasional telah dilaksanakan empat hari ini. Semuanya lancar, tak ada kendala apapun. Raut bahagia terpancar di wajah hampir seluruh siswa Starlight.

Begitu juga dengan sepasang suami istri muda ini. Mereka terlihat bahagia karena mengerjakan soal-soal dengan lancar, sebagai perayaan mereka memutuskan untuk ke kafe milik Dave. Hari ini agak berbeda dari sebelumnya, jika biasanya mereka pergi berdua, kini mereka bertiga. Orang ketiga itu adalah Alfa.

"Gue nggak nyangka banget kalau lo perduli sama gue. Soalnya lo itu kelihatan cuek banget, kayak bodo amat sama sekitar," ucap Keysha.

Alfa menyeruput espresso-nya, setelah itu berkata, "Gue percaya kalau lo itu orang baik. Semuanya kelihatan jelas, Key. Kalau pun orang-orang nganggep lo buruk, berarti otak dan mata mereka ada yang salah."

"Kenapa lo nggak tolongin Keysha pas lagi di-bully sama Reynan?" tanya Dave. Setelahnya ia menyeruput matcha latte miliknya.

"Gue punya pemikiran kayak gini, kalau seandainya gue tolongin Keysha, pasti banyak yang nggak suka. Dan akhirnya lebih banyak yang nyakitin Keysha," terang Alfa.

"Makasih udah perduli sama gue, Fa. Gue nggak nyangka masih ada yang perduli sama gue selain Dave," ucap Keysha.

"Nggak masalah, gue tahu kalau lo itu orang baik. Tapi mulut ember Reynan yang bikin semuanya rumit," ucap Alfa.

"Lo tahu kalau Reynan itu nggak baik?" tanya Dave.

"Dia orang yang nyebarin hoax tentang Keysha. Dan semua orang percaya gitu aja, karena selama ini Reynan itu selalu bersikap baik pas di sekolah," ucap Alfa.

"Tapi apa alasan Reynan ngelakuin itu? Kayaknya gue nggak pernah tuh gangguin Reynan," ucap Keysha.

"Biar kelakuannya ketutup. Dengan begitu semua orang bakalan fokus ke lo, jadi presentase buat ngamatin Reynan jadi berkurang," ucap Alfa.

Dave menepuk bahu Alfa pelan. "Bener juga. Kenapa lo bisa jenius banget sih."

Alfa menyugar rambutnya ke belakang. "Gue tau kok."

"Lo mau lanjut ke mana, Fa?" tanya Dave.

"Bokap nyuruh gue buat kuliah di luar. Tapi nggak tahu nanti, kalau kalian?" ucap Alfa.

"Gue sama Keysha tetap di Jakarta. Dan kemungkinan besar bakalan satu kampus," ucap Dave seraya mencomot kentang goreng yang ada di meja.

"Kalian udah pacaran?" tanya Alfa.

"Lebih dari itu," ucap Dave misterius.

"Tunangan?" tebak Alfa.

"Gue sama Dave udah nikah."

Alfa nyaris menyemburkan espresso yang ada di dalam mulutnya saat mendengar ucapan Keysha. Bagaimana bisa mereka menikah? Padahal mereka baru saja melaksanakan ujian.

"Gue udah tebak kalau lo pasti bingung. Gue sama Keysha emang udah nikah seminggu yang lalu," ucap Dave santai. Ia begitu menikmati ekspresi terkejut dari sahabat barunya.

"Jadi rumor tentang kalian itu bener?" tanya Alfa.

"Nggak semuanya. Kami nikah bukan karena gue lagi hamil," sahut Keysha.

"Kok bisa? Bukannya bakalan ribet ngurus berkas-berkasnya? Kalian kan masih sekolah," tanya Alfa keheranan.

"Kami nikah secara agama. Dan rencananya bakalan nikah lagi kalau habis wisuda nanti," terang Dave.

"Orang tua kalian nggak ngelarang?" tanya Alfa. Ia masih tak yakin dengan status kedua orang di hadapannya.

Dave menatap Keysha, seakan tatapannya mengartikan 'apa boleh'. Dave mulai bercerita saat melihat respon Keysha yang mengangguk pertanda menyetujui. "Kita nikah bukan semata-mata cuma saling suka doang. Ada alasan yang lebih besar dari itu. Sebenarnya satu bulanan yang lalu orang tua Keysha pindah ke Amerika. Dan itu tanpa ngasih tau ke Keysha. Jadi kayak ditinggal gitu loh."

Dave merangkul bahu Keysha saat melihat mata Keysha mulai berkaca-kaca. "Dan Keysha ditinggal tanpa dikasih uang saku, tanpa tempat tinggal, Keysha juga nggak tahu di mana alamat rumah orang tuanya yang sekarang."

Hening sejenak. "Dan gue mutusin buat bawa Keysha ke rumah, tepatnya tinggal sama kita. Orang tua gue nggak nolak, malahan mereka seneng. Dan setelah gue pikir-pikir kenapa nggak nikah sama Keysha sekalian? Lagian keluarga gue udah nerima dia dengan baik.

"Akhirnya gue bilang sama papa tentang rencana gue. Papa malah ngedukung banget, Beliau lebih seneng kalau kami nikah, daripada kami pacaran kelamaan, takutnya kami kelepasan."

Diam-diam Keysha terharu dengan penuturan Dave. Kebanyakan cowok di zaman sekarang lebih mementingkan kesenangan sesaat, daripada memikirkan tentang masa depan.

"Gue salut banget sama lo, Dave. Lo berhasil jaga Keysha dengan baik. Gue yakin orang tua lo pasti bangga punya anak kayak lo," puji Alfa.

"Gue cuma nggak mau ngecewain nyokap sama bokap, karena gue ini anak satu-satunya," ucap Dave.

"Btw, kalian nggak takut kalau punya anak di usia muda?" tanya Alfa. Keysha tak menyangka jika cowok yang tidak terlalu dekat dengannya bisa sekepo itu.

"Ya main aman lah, gue sih pengennya punya anak kalau udah kerja. Lagian gue masih pengen pacaran dulu sama Keysha. Soalnya kata orang-orang kalau udah punya anak waktu berdua jadi jarang banget," jelas Dave.

"Berarti kalian udah gituan dong," ucap Alfa polos. Keysha hanya bisa menahan panas yang menjalari pipinya.

"Kepo banget sih jadi orang. Kalau pengen tau, nikah sono," ucap Dave sedikit kesal.

Alfa hanya cengengesan mendengar ucapan Dave. "Daripada gue penasaran 'kan."

Obrolan mereka terhenti karena pramusaji datang dengan makanan yang mereka pesan. Setelahnya mereka bertiga menyantap makanan dengan diselingi obrolan ringan.

________________________________________

Sorry kalau dikit dan jelek. Ntah kenapa hari ini mood aku kayak kurang bagus gitu, jadi mohon maklum ya.

Purwodadi, 17 Juli 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang