f o u r t y s e v e n

1.1K 51 2
                                    

Votenya jangan lupa!

Author POV

Rumah mewah milik keluarga Dave tampak ramai. Banyak orang berlalu lalang di dalam rumah. Beberapa sudut rumah tampak lebih meriah karena telah dihias sedemikian rupa.

Keluarga pemilik rumah pun tengah berkumpul di ruang santai. Suara daru banyaknya orang membuat suasana rumah itu semakin ramai.

"Nggak nyangka banget Dave mau nikah muda. Biasanya sih laki-laki nggak mau disuruh nikah muda," ucap Tante Devy, kakak Om Devan.

"Aku seneng Dave mau nikah muda. Dave anak aku satu-satunya, aku takut kalau pacaran malah keblabasan," ucap Tante Dyra.

"Kamu gimana sih, Van. Masa kalah sama Dave. Umur kamu udah tiga puluh tahun, tapi sampai sekarang belum dapetin calon istri," ucap Om Devan pada Vano, adiknya.

"Gue masih muda kali. Sebenernya yang mau sama gue itu banyak. Tapi gue-nya aja yang nggak mau," ucap Vano.

"Kak Vino kok nggak kelihatan sih," ucap Vano. Vino adalah kakak dari Dyra. Bukan tanpa alasan Vano mencari Vino, ia mencari Gladys, anak Vino yang kini berusia dua puluh empat tahun. Dan sepertinya masih single.

"Gladys udah dilamar orang, jangan macem-macem," peringat Om Devan.

"Masih calon boleh kok ditikung," ucap Vano santai.

"Kayak nggak ada cewek lain aja," komentar Tante Devy.

Jika di ruang tengah mereka sedang berbincang ringan, berbanding dengan di taman. Tampak sepasang kekasih yang akan menikah besok sedang asik beromantis ria.

"Aku nggak nyangka banget kalau takdir hidupku kayak gini. Menikah dengan seseorang bagai malaikat di usia muda sama sekali nggak pernah aku duga," ucap Keysha. Posisinya sekarang adalah bersandar di bahu Dave.

"Tapi aku bersyukur karena kamu yang bakal jadi istriku. Karena aku udah terlanjur nyaman sama kamu. Ibarat pemakai narkoba aku udah kecanduan," ucap Dave.

"Tapi ada satu hal yang buat aku takut, Dave. Orang tuaku belum tentu kasih restu buat kita," ucap Keysha. Wajahnya yang semula ceria seketika menjadi murung.

"Berdoa aja, Key. Karena yang kita lakuin tujuannya baik," ucap Dave disertai senyum menenangkan.

"Aku berharap semua bakal baik-baik aja," ucap Keysha.

"Semua bakal baik-baik aja," ucap Dave.

"Temen sekolah ada yang tahu nggak kalau kita bakalan nikah?" tanya Keysha.

"Kurang tahu sih. Tapi aku nggak pernah bilang ke siapapun kalau kita bakalan nikah sebelum lulus," ucap Dave.

"Aku takut kalau temen-temen mikir aneh-aneh tentang kita," ucap Keysha.

"Biarin mereka berpikir aneh-aneh tentang kita. Yang penting kita bukan seperti yang mereka pikirin," ucap Dave. Ia mengusap rambut Keysha yang tampak lebih rapi. Hal itu karena kemarin Keysha dan Tante Dyra ke salon dengan waktu yang lama.

"Beberapa hari ini aku nggak lihat Reynan sama sekali," ucap Keysha.

"Kayak nggak tahu Dia gimana. Reynan diskors satu minggu gara-gara ketahuan bawa rokok ke sekolah," ucap Dave.

"Terus masalah kehamilan Keyra gimana, Dave? Aku nggak tahu keberadaan orang tuaku," ucap Keysha dengan nada sedih.

Dave membawa Keysha ke dalam pelukannya, "Aku sama papa lagi berusaha cari keberadaan orang tua kamu. Doain semoga kita berhasil."

"Makasih Dave. Aku nggak bisa bayangin kalau nggak ada kamu, pasti semuanya nggak akan kayak gini. Mungkin aku udah depresi berat," ucap Keysha.

"Kamu nggak perlu bilang makasih. Bagi aku masalahmu masalahku juga," ucap Dave seraya meletakkan dagunya di kepala Keysha. Bahkan ia juga mengeratkan pelukannya. Keysha sendiri tak menolak pelukan Dave. Karena baginya pelukan Dave adalah tempat ternyaman.

"Aku mau tanya sesuatu sama kamu, Key," ucap Dave.

"Tanya apa?"

"Apa kamu terpaksa mau nikah sama aku?" tanya Dave.

"Aku nggak terpaksa sama sekali, Dave. Karena aku udah beneran sayang sama kamu. Kalau aku nolak, mungkin itu bakalan jadi hal paling aku sesalin di kemudian hari," ucap Keysha.

"Maaf kalau ucapan aku buat kamu tersinggung. Aku cuma mau memastikan, aku takut kalau kamu terpaksa," ucap Dave. Ia melonggarkan pelukannya, dikecupnya dahi Keysha lama. Keysha sendiri hanya memejamkan mata, menikmati kecupan hangat dari Dave.

"Aku nggak merasa begitu. Aku tulus nerima kamu karena kamu selalu memperlakukan aku dengan baik. Bahkan kamu nggak pernah nyakitin aku. Menurut aku kamu laki-laki terbaik yang dikirim Tuhan buat aku," ucap Keysha.

"Aku bakal berusaha supaya kamu tetap bahagia," ucap Dave.

"Hidup nggak semulus itu, Dave. Ada kalanya kita juga susah dan banyak masalah. Nggak peduli nantinya kita bakal ngehadapi masalah yang berat. Yang penting kita harus saling menguatkan," ucap Keysha.

"Kita harus saling mengingatkan kalau ada yang salah," ucap Dave.

"Iya, Key. Btw kamu udah hubungin Bi Rum?" tanya Dave.

"Aku udah coba kirim pesan, tapi nggak ada respon. Mungkin Bi Rum nggak punya kuota, atau nggak sinyalnya jelek," ucap Keysha.

"Kapan-kapan kita main ke sana yuk," ajak Dave.

"Ide yang bagus," balas Keysha.

"Nanti kita ke sana sebelum resepsi. Jadi kita undang Bi Rum buat dateng ke resepsi kita," ucap Dave.

"Apa ada waktu luang?" tanya Keysha.

"Kita harus atur waktunya biar bisa ke tempat Bi Rum. Lagian yang aku lihat Bi Rum sayang banget sama kamu. Dan mungkin kamu udah dianggap anak sama beliau," ucap Dave.

"Bi Rum lebih tahu tentang aku," ucap Keysha.

"Awh s-sakit."

Keysha langsung melihat ke arah Dave yang tampak kesakitan. Penyebabnya adalah Tante Dyra yang menjewer telinga laki-laki itu.

"Mama tadi nyuruh kamu buat jemput eyang, kamu malah nyusul Keysha ke sini," ucap Tante Dyra.

"Astaga! Dave lupa ma. Kenapa mama nggak ngingetin sih? Mana udah kelewat satu jam," ucap Dave.

"Mama aja baru sadar pas eyang dateng naik taksi," ucap Tante Dyra seraya melepaskan tangannya dari telinga Dave.

"Sana masuk. Eyang udah penasaran banget sama Keysha," ucap Tante Dyra.

"Ayo Key," ucap Dave sembari meraih tangan Keysha. Mereka berjalan meninggalkan Tante Dyra yang sedang mengelus dada.
________________________________________

Selamat hari sabtu guys. Maaf karena telat up. Kayaknya I'm [not] Alone bakal up seminggu sekali.

Purwodadi, 13 Juni 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang