t w e n t y s e v e n

1K 48 2
                                    

Vote...

Author POV

"Tangan Lo gimana? Udah mendingan?" Perkataan Dave membuka obrolannya dengan Keysha. Saat ini mereka sedang berada di mobil untuk menuju ke sekolah.

"Udah mending nyerinya. Tapi jahitannya belum kering," ucap Keysha.

"Hari Sabtu kita check up jahitan Lo," ucap Dave.

"Iya."

"Key, beberapa hari ini gue mikirin Lo. Gue punya ide, gimana kalo Lo buka online shop? Nanti modalnya dari gue. Biar Lo punya penghasilan," ucap Dave menyuarakan idenya.

"Ide Lo bagus Dave. Tapi kalo nggak ada yang beli gimana? Secara orang-orang nggak suka sama gue," ucap Keysha. Nada bicaranya yang awalnya senang berubah murung di akhir kalimatnya.

"Pakai akun gue aja. Instagram gue followersnya lumayan banyak. Kebanyakan juga dari Starlight," ucap Dave.

"Tapi itu kan akun pribadi milik Lo. Gue nggak enak," ucap Keysha.

"Gini aja, Lo pakai WA dengan nama gue. Gue bakal bantu Lo lewat instagram. Buat COD gue bakal selalu ikut," usul Dave.

"Ya udah gue mau, Dave," ucap Keysha.

"Nanti kita bahas lagi. Kita udah sampai," ucap Dave. Keysha langsung mengedarkan matanya. Ia tak sadar jika telah sampai di parkiran sekolah.

Seperti biasa, Dave menggenggam tangan Keysha erat. Mungkin genggaman tangan Dave menyimbolkan bahwa Dave akan menjaga Keysha, menguatkannya saat Keysha terpuruk.

"Si jalangnya Dave udah masuk."

"Gue greget sama Dave. Ganteng-ganteng mau aja dibohongi."

"Kirain udah mati."

"Dasar bitch."

"Polos-polos bangsat."

"Tampang sok malaikat, sifat kayak iblis."

"Gue penasaran, sebenernya Dia dibayar Dave berapa sih."

Keysha berusaha agar telinganya tak mendengar cemoohan yang sering kali Ia dapatkan saat memasuki area sekolah.

"Jangan didengerin, manusia emang gitu. Selalu nyalahin tanpa kasih solusi," bisik Dave.

Ucapan Dave memang membuat Keysha tenang. Padahal Dave tidak memberikan kata-kata puitis, tapi dari kata-kata seherhananya bisa membuat Keysha jauh lebih baik.

Saat memasuki kelas pun sama. Tak ada yang menatapnya lembut, semuanya menatapnya dengan tatapan kebencian. Apalagi Irene, sang mantan sahabat.

Walau Keysha mendapat perlakuan kurang baik dari teman-temannya, tetapi Dave diperlakukan layaknya teman biasa. Walaupun Dave dekat dengan Keysha.

Setelah meletakkan tasnya, Dave langsung bergabung dengan teman laki-laki di kelas. Dave tidak mengkhawatirkan Keysha karena jika Keysha berada di sekitarnya tidak akan ada yang berani melukai Keysha.

Keysha sendiri memilih mengamati kegiatan siswa dari jendela yang ada di sebelahnya. Beberapa kali Ia melihat segerombolan siswi berjalan berdampingan dengan sesekali tertawa.

Melihat hal itu membuat Keysha rindu. Dua tahun terakhir Ia kehilangan tawanya bersama kebahagiaan yang terenggut paksa.

Dahulu saat kelas sepuluh, Ia, Keyra, dan Irene bersahabat. Mereka menjadi terkenal di sekolah sejak pertama kali sekolah. Pintar, cerdas, dan cantik yang membuat mereka terkenal.

Keysha tersentak saat ada yang memegang bahunya. Reflek Ia menoleh, siapa lagi jika bukan Dave pelakunya.

"Gurunya udah dateng," ucap Dave pelan sambil melihat ke arah depan.

Keysha langsung menoleh ke depan, terlihat Bu Lidya dengan wajah garangnya telah duduk di depan. Keysha benar-benar tak sadar jika Bu Lidya telah masuk ke kelas. Bahkan suara bel pun tidak terdengar di telinganya.

*****

"Lo mau apa? Gue yang pesenin," tanya Dave. Saat ini mereka sedang berada di kantin untuk mengisi perut mereka.

"Pengen bakso. Minumnya ngikut aja," ucap Keysha.

"Ya udah tunggu di sini," ucap Dave. Untuk mengalihkan fokusnya Keysha memilih mengotak-atik handphonenya. Jika tidak, telinganya akan terbakar mendengar sindiran yang keluar dari mulut penghuni kantin.

"Wih ada mantan Lo nih." Keysha mendongak, melihat siapa yang berbicara di depannya.

"Mantan? Nggak sudi punya mantan kayak Dia," ucap Vicko diakhiri senyum sinis ke arah Keysha.

"Bener juga sih. Luarnya aja sok polos, padahal udah sering dipakai sama Dave," sahut Reynan.

"Kalo kalian ke sini cuma mau ngata-ngatain gue, mendingan pergi deh. Omongan sampah kalian nggak ngaruh ke gue," ucap Keysha sambil menatap nyalang ke arah Reynan dan Vicko.

"Lo kesindir? Padahal gue nggak nyindir Lo sama sekali. Berarti bener dong yang kita ucapin," ujar Reynan berusaha memancing emosi Keysha.

"Udah bodoh pura-pura bodoh," gumam Keysha yang masih didengar oleh Reynan dan Vicko.

"Ngapain kalian ke sini? Mau nyampah sama kata-kata nggak bermutu? Basi," ucap Dave sambil menarik kyrsi dan duduk di sebelah Keysha.

"Dave, Dave mau aja dibodohin sama pembunuh ini," ucap Vicko.

"Mendingan kalian pergi deh. Kalian udah kelas dua belas, bentar lagi mau ujian. Tobat sana, dosa kalian banyak. Berdoa biar bisa lulus tahun ini," ucap Dave.

Tanpa membalas ucapan Dave, Reynan dan Vicko beranjak dari kantin. Mungkin mereka malu karena kalah debat dengan Davin.

"Gue seneng Lo berani bantah ucapan mereka. Gini terus, biar orang-orang takut kalo mau nindas Lo," ucap Dave.

"Sebenernya gue juga takut, Dave. Gimanapun juga mereka cowok sedangkan gue cuma cewek lemah," ucap Keysha.

"Lo lupa kalo gue yang bakal nguatin Lo," ucap Dave. Mata tajam Dave menatap mata Keysha dengan lembut. Tangannya menggenggam tangan kanan Keysha.

"Maaf, ini baksonya." Seketika Dave dan Keysha langsung melepaskan genggaman mereka. Keduanya jadi salah tingkah karena terciduk penjaga kantin.

_________________________________________

Hope you like this.

Purwodadi, 2 April 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang