f o u r t y n i n e

1.1K 57 0
                                    

Votee!

Author POV

Terlihat sepasang manusia sedang berpelukan di dalam mobil. Mobil itu sendiri terparkir di area sekitar pemakaman umum.

"Sedih boleh, tapi jangan keterusan. Nggak baik Key. Kasian mama sama papa yang khawatirin kamu," ucap Dave mencoba menenangkan gadisnya.

Keysha memang sudah menangis sejak mereka menginjakkan kakinya di area pemakaman. Rindu dengan keluarga membuat Keysha tak kuasa menahan tangis. Ditambah orang tua yang kini tak tahu keberadaannya.

Dave melepaskan pelukan mereka. Ia menangkup pipi Keysha. Diusapnya air mata yang menetes deras di pipi istrinya itu. Lalu Dave mendekatkan wajahnya ke wajah Keysha.

Keysha hanya bisa menikmati perlakuan Dave padanya. Ia merasakan jika matanya sedikit basah. Bukan karena air matanya, melainkan karena Dave yang mencium kelopak mata Keysha.

"Jangan nangis lagi. Ngelihat kamu sedih kayak gini udah buat hatiku sakit banget. Kalau kamu punya masalah kamu bisa cerita sama aku, atau sama mama. Karena kamu nggak sendirian. Ada banyak orang yang sayang sama kamu," ucap Dave.

"Udah cukup kamu sedih kayak gini. Kamu harus janji kalau setelah ini nggak akan nangis lagi," lanjut Dave. Ia mengacungkan jari kelingkingnya sebagai bentuk perjanjian di antara mereka.

Keysha menautkan kelingkingnya dengan kelingking Dave. "Buat aku bahagia, buat aku lupa sama masalah yang aku hadapi. Buat aku ngelupain semuanya, Dave."

"Aku janji dan aku bakalan berusaha. Sekarang senyum dulu dong," ucap Dave.

Tanpa diperintah dua kali Keysha menarik kedua sudut bibirnya. Menunjukkan senyum manis yang selama ini terpendam. Dave yang melihat itu langsung memeluk Keysha. Ia mengecup kepala Keysha berkali-kali karena gemas dengan sang istri.

*****

Ucapan Dave tidaklah main-main. Baru beberapa jam yang lalu ia berjanji pada Keysha untuk membuat gadisnya bahagia kini terbukti.

Keysha tak berhenti tersenyum karena bahagia diajak Dave jalan-jalan ke mall. Bermain beberapa game di timezone membuat Keysha tersenyum ceria. Ditambah Keysha mendapat sebuah boneka panda seukuran tubuhnya. Bahkan gadisnya itu tak berhenti menciumi boneka barunya karena merasa gemas.

Setelah menghabiskan beberapa jam di mall, kini mereka berada di restoran berbintang lima. Ini adalah tempat yang sama saat Dave melamar Keysha. Bedanya saat ini mereka tidak berada di privat room.

Steak adalah menu yang mereka pesan. Lebih tepatnya Dave yang memesan, karena Keysha hanya mengatakan 'terserah' saat ditawari. Tapi Keysha tak menolak apapun yang Dave pesan. Ini lah sisi lain yang Dave suka dari Keysha, tak banyak protes.

"Habis ini mau ke mana lagi?" tanya Dave setelah menelan suapan terakhirnya.

"Mau pulang aja. Udah lama kita ada di luar," ucap Keysha.

"Beneran? Nggak mau mampir ke pasar malam dulu?" tawar Dave.

"Lain kali aja, Dave. Aku pengen cepet-cepet mandi, badanku rasanya lengket semua," ucap Keysha.

"Kamu mandi ataupun nggak tetep wangi kok," ucap Dave.

"Wangi dari mana coba? Gombalanmu nggak ngaruh," ucap Keysha.

"Itu fakta, Sayang. Aku suka wangi keringat kamu."

"Jorok banget sih," cibir Keysha.

"Jorok-jorok gini kamu juga cinta kan," ucap Dave seraya menaik turunkan alisnya.

"Terserah kamu deh."

*****

Dave tersenyum kecil saat melihat Keysha telah tertidur pulas. Padahal jarak restoran dan rumahnya tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan tiga puluh menit untuk sampai.

Dave memilih keluar dari mobil, ia berjalan menuju pintu sebelah. Dibukanya pintu mobil itu dengan pelan. Setelah terbuka lebar barulah Dave mengangkat Keysha. Ia membopong Keysha dengan pelan, takut jika sang istri terbangun dari tidur lelapnya.

"Keysha kenapa Dave?" tanya Mama Dyra. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran.

"Sst! Keysha cuma ketiduran, Ma," ucap Dave dengan nada bicara pelan.

"Cepetan bawa ke kamar. Keburu bangun," ucap Mama Dyra. Dave hanya menangguk sekilas. Setelahnya ia melanjutkan jalannya ke kamar yang berada di lantai dua.

Setelah Dave membaringkan Keysha di ranjang, ia menyelimuti Keysha. Lalu mengecup dahi Keysha sebelum beranjak dari kamar mereka.

Dave memilih kembali turun ke bawah. Ia melihat sang mama menonton televisi, hal yang beliau lakukan ketika papanya pergi ke luar kota atau negri karena urusan pekerjaan.

"Loh kamu ngapain balik lagi ke sini?" tanya Mama Dyra.

"Dave mau nemenin mama. Lagian Dave juga belum ngantuk," ucap Dave seraya mendaratkan bokongnya di sofa.

"Gimana sama keadaan Keysha?" tanya Mama Dyra. Sebenarnya sudah beberapa hari ini Mama Dyra memperhatikan Keysha yang tampak murung.

"Udah lebih baik kok, Ma. Tadi Keysha sempet nangis waktu di pemakaman," ucap Dave.

"Wajar Keysha kayak gitu. Di umur segitu Keysha harus mengalami beberapa masalah yang berat. Kehilangan saudara bukan hal yang sepele, ditambah ia dituduh orang-orang sebagai pembunuh saudaranya. Orang tua yang sama sekali nggak peduli adalah hal yang paling berat. Tapi mama salut sama Keysha, Dia gadis yang penyabar. Mama aja nggak yakin bisa sesabar Keysha."

"Dave juga ngerasa kayak gitu, Ma. Dave nggak bisa ngelakuin hal lain selain menghibur Keysha," ucap Dave.

"Keysha itu sebenarnya gadis yang rapuh. Kamu harus berusaha supaya nggak nyakitin Keysha. Karena kamu itu orang yang saat ini Keysha butuhkan," ucap Mama Dyra.

"Dave bakalan berusaha agar Keysha selalu bahagia. Doa-in Dave supaya Dave bisa ngelakuin itu, Ma," ucap Dave.

"Tanpa kamu minta mama udah berdoa yang terbaik buat kamu," ucap Mama Dyra.

"Jangan kecewain mama, Dave. Kamu itu anak mama satu-satunya," ucap Mama Dyra.

"Iya Ma."

"Kamu ke kamar gih. Besok kalian harus sekolah. Mama nggak mau kalian bangun telat," ucap Mama Dyra.

"Kalau gitu Dave ke kamar dulu, Ma," pamit Dave.

"Iya."

Mama Dyra meneteskan air mata saat punggung Dave telah tak terlihat. Ia begitu bangga pada sang putra yang bisa bersikap dewasa saat usianya masih begitu muda.

________________________________________

Maaf kalau jelek guys. Aku ngetik ini dalam keadaan tak berdaya alias ngantuk. Semoga suka ya.

Purwodadi, 3 Juli 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang