t w e n t y s i x

1K 50 4
                                    

Vote...

Author POV

Saat ini Dave dan Keysha tengah berada di salah satu mall yang ada di pusat kota Jakarta. Mereka seperti tak memilik tujuan. Hanya berjalan sambil melihat-lihat dengan tangan yang saling bertautan.

"Kita mau ngapain, Dave? Dari tadi muter-muter nggak jelas," gerutu Keysha kesal.

"Ke sana, yuk," ajak Dave sambil menunjuk salah satu toko pakaian khusus wanita.

"Yuk," balas Keysha. Daripada Ia merasa bosan hanya berjalan-jalan, lebih baik Ia melihat baju-baju sekalian cuci mata.

"Sana pilih baju," ucap Dave.

"Buat siapa? Pacar Lo?" tanya Keysha. Nada bicaranya terdengar tak enak.

"Buat Lo lah," balas Dave.

"Baju gue masih layak pakai kok," tolak Keysha. Dua tahun terakhir Keysha memang tidak pernah membeli pakaian satupun. Walaupun Ia mempunyai orang tua kaya, tapi hal itu tidak berpengaruh bagi Keysha semenjak kejadian dua tahun lalu.

"Pilih sendiri atau gue yang pilihin," ucap Dave.

"Gue milih sendiri," putus Keysha.

Sembari menunggu Keysha memilih pakaian, Dave memilih menyibukkan dirinya dengan handphone miliknya. Membalas pesan dari Alfa. Beberapa hari ini Ia dekat dengan Alfariz, teman sekelasnya. Dan satu fakta yang membuat Dave senang, ternyata Alfa sama sekali tidak membenci Keysha.

Saat Dave bertanya kenapa selama ini Alfa hanya diam, itu karena Alfa tidak ingin Keysha semakin dibully oleh Irene. Karena Irene sangat tidak suka ketika ada seseorang yang peduli pada Keysha.

"Dave, udah," ucap Keysha. Dave segera mengalihkan perhatiannya dari handphone. Seketika dahinya mengernyit heran.

"Cuma satu? Pilih empat lagi," ucap Dave.

"Dave, satu aja cukup," ucap Keysha.

"Lo nggak cari baju lagi kita nggak bakal pulang," ucap Dave.

"Dasar pemaksa," gerutu Keysha sambil menghentakkan kakinya. Dave hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Keysha yang terlihat kesal.

Dave memutuskan untuk mendekat ke arah Keysha, membantunya memilih pakaian.

"Tipe pakaian yang Lo cari gimana?" tanya Dave.

"Pokoknya panjang bajunya nggak kurang dari lutut," ucap Keysha. Dave mengangguk paham. Kemudian laki-laki itu membantu memilih pakaian sesuai dengan kriteria yang disebutkan oleh Keysha.

Tak lama kemudian Dave berjalan menuju ke arah Keysha sambil menyodorkan beberapa pakaian dengan model dan warna berbeda.

"Coba dulu sana," ucap Dave.

"Coba lima aja ya. Ini kebanyakan," ucap Keysha sambil memperhatikan pakaian yang ada di tangan kanannya.

"Gue bawain. Nanti gue tunggu di depan ruang pas," ucap Dave sambil mengambil pakaian dari tangan Keysha.

Keysha hanya menuruti ucapan Dave tanpa ada niat menolak. Toh buat apa menolak jika Dave tidak menerima semua penolakannya.

Tiga puluh menit Keysha mencoba pakaian yang tadi pilihkan oleh Dave. Dengan wajah murung Keysha mengekori Dave menuju kasir. Hal itu disebabkan karena Dave memutuskan untuk membeli semua pakaian yang Keysha coba tadi.

Tidak tanggung-tanggung, Dave membeli sembilan potong pakaian. Padahal harga satu pakaian lebih dari tiga ratus ribu. Sedangkan Dave sendiri tidak membeli apapun.

Mata Keysha membulat saat penjaga kasir menyebutkan total belanjaan mereka, lebih tepatnya belanjaan Keysha yang akan dibayar oleh Dave. Dave menghabiskan uang sebanyak tiga juta enam ratus ribu hanya untuk dirinya, seseorang yang bukan siapa-siapa bagi Dave.

"Awh," Keysha meringis saat Dave mencubit pipinya.

"Di belakang kamu masih ada antrean," ucap Dave. Seketika Keysha langsung menoleh dan tersenyum canggung pada orang yang sedang antre di belakangnya.

"Dave, mending bajunya buat adik Lo aja," ucap Keysha.

"Lo lupa kalo gue anak tunggal? Lagian gue beliin ini ikhlas, gue nggak bakal minta uang ganti kok," ucap Dave. Ia paham dengan Keysha yang merasa tak enak padanya.

"Lo mau beli apa lagi?" tawar Dave.

"Pulang aja, ya," ucap Keysha.

"Ke gramedia bentar," ucap Dave.

Keysha hanya mengikuti Dave yang berjalan masuk ke dalam toko buku itu.

"Mau buku apa?" tanya Dave.

"Nggak mau Dave. Pulang aja ya," rengek Keysha. Ia tak mau merepotkan Dave lagi.

"Gue pilihin deh," ucap Dave.

Dengan cepat Dave mengambil beberapa novel yang menurutnya bagus. Semuanya bertemakan kehidupan remaja.

"Yuk bayar," ucap Dave. Tangan kanannya penuh dengan paper bag berisi pakaian yang dibeli untuk Keysha. Sedangkan tangan kirinya membawa tumpukan novel.

"Makan dulu ya Key," ucap Dave.

"Kita bisa makan di rumah Dave," ucap Keysha berusaha menolak permintaan Dave. Sudah cukup Ia menghabiskan uang Dave, walaupun Ia tak meminta. Tapi tetap saja barang itu untuk Keysha, kan?

"Kelamaan Key, perut gue udah meronta-ronta minta diisi," ucap Dave.

"Ngikut aja deh," ucap Keysha pasrah.

"Gue bantu bawa, Dave," ucap Keysha saat Ia melihat Dave membawa banyak paper bag.

"Nggak usah. Gue masih sanggup, Key," tolak Dave.

"Tap--"

"Gue nggak terima penolakan, Key. Lagian tangan Lo masih sakit kan? Gue nggak mau terjadi apa-apa sama Lo," ucap Dave.

"Tangan kanan gue nggak sakit kok," ucap Keysha.

"Bekas infusnya masih ada, Key," ucap Dave.

"Iya-iya," balas Keysha. Bibirnya mengerucut sebal.

Dave memilih restoran Jepang sebagai tempat mereka mengisi perut. Bagaimana Ia tak lapar jika saat ini jam menunjukkan pukul 14.30. Dan Ia sarapan pukul 07.00.

"Mau makan apa?" tawar Dave.

"Samain aja. Lo mau makan apa?"

"Gue mau seafood ramen," ucap Dave.

"Gue chicken ramen aja," ucap Keysha.

"Mbak!" ucap Dave memanggil salah satu waiters di sana.

"Saya mau seafood ramen satu, chicken ramen satu, es teh dua, sama gelato matcha dua," ucap Dave.

"Ditunggu sebentar, Kak," ucap pelayan itu. Kemudian Ia beranjak pergi.

Sepuluh menit menunggu akhirnya pesanan mereka datang. Kemudian mereka menyantap pesanan mereka dengan keheningan.

_________________________________________

Update buat kalian biar betah #dirumahaja. Stay safe buat kalian, jangan lupa cuci tangan pakai sabun yaa.


Purwodadi, 29 Maret 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang