f i f t y t w o

1K 55 4
                                    

Happy reading!

Author POV

"Yakin nggak mau beli apapun lagi?" tawar Dave pada Keysha. Saat ini mereka sedang berada di salah satu mall yang ada di Jakarta.

"Nggak, Dave. Ini udah banyak banget," ucap Keysha seraya menunjukkan beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya.

"Mau pulang?"

"Iya. Aku capek, udah hampir empat jam kita keliling mall," ucap Keysha.

"Ya udah. Ayo pulang," ucap Dave.

Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran. Hasil dari empat jam keliling mall adalah empat paper bag di tangan Keysha dan lima paper bag di tangan Dave.

Sebenarnya Keysha tak terlalu membutuhkan barang-barang ini. Tapi karena Dave memaksa, pada akhirnya mau tak mau Keysha menerimanya.

Dave mengambil alih barang bawaan Keysha. Lalu menaruhnya di bagasi mobil. Malam ini mereka memang menggunakan mobil. Dave khawatir jika mereka pulang larut Keysha akan kedinginan. Karena angin malam memberikan efek yang cukup besar.

"Kamu mau mampir beli camilan dulu nggak?" tawar Dave.

"Nggak usah, Dave," tolak Keysha. Saat ini yang ia butuhkan adalah istirahat. Ia tak berhenti membayangkan kasur empuknya.

Mereka segera masuk ke dalam mobil. Tak perlu menunggu lama mobil itu perlahan bergerak, meninggalkan mall yang masih ramai.

Sudah lima menit suasana di dalam mobil begitu hening. Karena tak nyaman, Dave membuka obrolan, "Nanti setelah kita wisuda, cabang kafe kita bakalan buka."

"Apa nggak sibuk kalau kamu kuliah sambil ngurus kafe?" tanya Keysha.

Dave melirik sekilas ke arah Keysha, lalu tersenyum kecil. "Aku bakalan berusaha supaya keduanya seimbang. Dan kayaknya aku bakal cari tangan kanan biar bisa pantau kafe setiap hari."

"Aku takut kamu terlalu sibuk."

"Kamu takut waktu berdua kita berkurang?" tebak Dave.

Pipi Keysha bersemu mendengar ucapan Dave yang tidaklah salah. Ia mengalihkan pandangannya agar Dave tidak melihat pipinya.

"Dave, berhenti," ucap Keysha seraya memukul pelan lengan Dave.

Dave segera memelankan laju mobilnya. Lalu berhenti di tepi jalan. Suasana jalan yang mereka lewati cukup sepi, mungkin karena aksesnya terlalu jauh.

"Ada apa, Key?" ucap Dave keheranan.

"Kayaknya mobil di belakang kita mobilnya Irene deh," ucap Keysha.

"Salah lihat kali," ucap Dave.

"Nggak mungkin. Aku yakin itu mobilnya Irene," ucap Keysha dengan penuh keyakinan.

"Emangnya kalau mobilnya Irene kenapa sih," ucap Dave.

"Kalau mogok gimana? Mana tempat ini sepi banget lagi, aku takut kalau terjadi apa-apa sama dia," ucap Keysha. Walaupun Irene telah menyakitinya berulang kali, tetapi masih ada rasa peduli terhadap gadis itu. Bagaimana pun juga mereka pernah bersama.

"Jadi maksud kamu kita harus cek dulu?" tebak Dave.

"Iya."

"Kalau misalnya itu jebakan gimana? Seandainya itu begal yang pura-pura mobilnya mogok, kita bisa mati konyol," ucap Dave.

"Kalau nggak mau ya udah. Aku bisa cek sendiri," ucap Keysha. Dengan cepat ia memegang handle pintu mobil.

Kegiatannya terhenti saat Dave menahan tangan Keysha. Mau tak mau ia harus menoleh ke arah Dave.

"Jangan keluar sendiri, aku bakalan ikut. Pokoknya kamu harus jalan di samping aku," ucap Dave.

"Iya."

Pada akhirnya Dave harus mengalah, dengan cepat ia turun dari mobilnya. Tak lama kemudian Keysha ikut menyusul. Sebenarnya ada rasa takut pada diri Dave, mengingat tempat ini sangatlah sepi. Andai saja waktu dapat diulang, pasti Dave tidak akan lewat sini.

"Tolong!"

Seketika mata Keysha membelalak saat mendengar teriakan seseorang. Jika tidak salah itu adalah suara Irene.

"Dave itu suara Irene," ucap Keysha. Wajahnya terlihat khawatir.

Dave memilih menggenggam tangan Keysha, lalu cowok itu menambah kecepatan jalannya. Mendengar suara minta tolong membuat Dave was-was.

Suara itu terdengar semakin jelas kala jarak mereka dengan mobil tinggal beberapa langkah lagi. Dave semakin curiga karena samar-samar ia mendengar suara laki-laki.

Dave membuka pintu mobil secara paksa saat telah berada di dekat mobil itu. Matanya membelalak setelah melihat jika perempuan yang berada di dalam mobil hendak dilecehkan oleh laki-laki itu.

Tanpa basa-basi Dave menarik laki-laki keluar dari mobil. Dengan brutal Dave menghajar laki-laki itu. Sedangkan Keysha memilih mendekati perempuan itu. Badannya bergetar hebat, beberapa bagian bajunya robek, juga rambutnya sangat acak-acakan.

"Kamu nggak papa?" tanya Keysha seraya mendekat ke arah perempuan itu.

"J-jangan," ucap perempuan itu seraya bergerak mundur.

"Aku nggak jahat, aku bukan laki-laki tadi," ucap Keysha. Ia mencoba mendekati perempuan itu.

Dengan gerakan halus Keysha merapikan rambut perempuan itu. Seketika matanya membelalak saat mengetahui jika perempuan itu adalah Irene.

"Irene," ucap Keysha. Ia masih tak menyangka jika orang yang berada di hadapannya adalah Irene.

"K-keysha," ucap Irene. Tanpa aba-aba Irene memeluk Keysha erat, bersamaan dengan itu air matanya tumpah. Tubuhnya kembali bergetar.

"B-bawa a-aku p-per-gi, Key," ucap Irene. Ekspresi ketakutan sangat kentara di wajah Irene.

"Lo bakalan aman sama gue," ucap Keysha. Ia mengeratkan pelukannya.

"R-rey j-jahat ... hiks."

Seketika mata Keysha berkaca-kaca. Ia tak menyangka jika Irene mengalami hal seperti ini. Dan siapa yang disebut? Rey? Apa mungkin Reyanan?

"Sekarang lo harus tenang. Jangan panik, karena gue ada di sini," ucap Keysha.

"Cewek itu nggak papa?"

Keysha dan Irene kompak melepaskan pelukan mereka, lalu menoleh ke arah sumber suara. Terlihat Dave tengah mengintip dari luar. Sudut bibirnya terdapat bercak darah, mungkin karena perkelahian tadi.

"Kita tunggu Alfa dateng ke sini. Jangan keluar sampai aku yang nyuruh," ucap Dave.

"Cowok itu gimana, Dave?"

"Dia pingsan. Gue sengaja pukul tengkuknya."

Setelahnya Dave kembali ke luar untuk menunggu cowok itu.

"Sekarang lo aman. Setelah ini gue anter pulang, ya," ucap Keysha. Nada bicaranya terdengar lembut.

"Jangan! Mama nggak di rumah," ucap Irene.

"Nanti lo nginep di rumah Dave aja," ucap Keysha.

"Tap--"

"Nggak papa. Gue takut terjadi apa-apa sama lo," ucap Keysha.

Untuk kedua kalinya Irene memeluk Keysha, menumpahkan tangis penuh penyesalan. Keysha hanya diam, ia membiarkan Irene lega. Karena dengan menangis, beban menjadi sedikit berkurang.

_________________________________________

Sebernya mau up semalem, tapi karena mata aku udah nggak kuat buat melek makanya nggak jadi.

Purwodadi, 25 Juli 2020

KEYSHA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang