"Mika bisik apa dekat Alia tadi?" Tanya Iman sebaik saja mereka masuk ke dalam bilik.
Alia memandang Iman dan tersenyum. Dia kemudian masuk ke bilik air dan mengambil wuduk. Usai, dia ke meja solek dan menyikat rambutnya.
Iman yang baru juga lepas berwuduk, mendekati Alia. Sikat ditangan Alia diambil dan dia mneyisir rambut lembut Alia. Rambut yang dipelihara baik. Untuknya dan ahli keluarga yang halal untuk melihatnya.
Alia biarkan dan kemudian, moisturizer dan di'dap'kan ke mukanya. Usai, dia mengambil lotion dan menyapunya ke tangan, leher dan kakinya.
Iman meletakkan sikat dimeja solek dan dia juga mengambil moisturizer yang digunakan Alia dan di'dap'kan ke mukanya. Selesai itu, barulah Alia dan Iman bergerak ke katil. Alia membawa lotion yang dipakainya tadi.
Alia duduk dikaki Iman. Meletakkan lotion ditangan dan mula mengurut lembut kaki Iman.
Iman hanya memandang dan menghayati setiap sentuhan tangan Alia. Pastinya bisa menaikkan nafsu syahwatnya. Tapi, dia tahan. Belum masa untuk itu. Alia tak gemar aksi gelojoh begitu.
"Mika pesan, suruh jaga bapanya elok-elok." Jawab Alia pada soalan Iman tadi.
"Kenapa?"
Alia angkat bahu.
"Ada ke sesuatu yang Alia buat tak menyenangkan hati Iman?" Tanya Alia. Dia memandang tepat ke mata Iman.
"Tak ada. Iman suka semuanya tentang Alia." Jawab Iman.
'Tapi, Iman tak tahu kenapa Azwa menarik perhatian Iman. Bukan sebab Alia tak sempurna tapi, Azwa ada tarikan yang tersendiri.' Sambung Iman didalam hati.
"Iman, ingat pesan Alia. Apa pun jadi, jangan lupakan anak-anak. Dan mereka keutamaan kita." Pesan Alia untuk kesekian kalinya.
Alia meletakkan lotion yang digunakan ke meja solek semula. Dia kemudian bergerak ke bahagian tempat tidurnya. Dia rapatkan diri dengan Iman. Dipeluknya pinggang Iman.
Imam mengalihkan posisinya. Dia mula baring dan menarik Alia untuk baring disisinya. Memangku kepala Alia dengan hujung bahunya.
"Kalau Iman tak ada, macam mana Alia nak tidur? Selesa sangat tidur macam ni." Kata Alia.
Iman senyum. Itu isyarat bahawa Alia sudah bersedia untuk aksi malam mereka.
"Ye ke?" Usik Iman dan terus menarik Alia baring diatasnya.
Alia menyorokkan mukanya didada bidang Iman. Walaupun sudah 12 tahun nikah, dia masih malu dengan Iman. Dan sampai sekarang, dia masih tak mampu nak ucapkan perkataan cinta pada Iman secara berdepan.
Iman menarik dagu Alia lembut dan membawa matanya untuk bertentang mata dengan Alia.
"Iman suka bila Alia malu macam ni. Rasa macam malam pertama kita dulu. Alia buat Iman rasa, setiap malam adalah malam pertama kita. Terima kasih, sayang." Luah Iman.
Muka Alia makin merona merah bila dipuji. Dan dia menutup malunya dengan mencium pantas bibir Iman.
"Maafkan Alia kalau ada salah Alia sepanjang kita menikah dan maafkan Alia untuk dosa akan datang juga. Alia selalu akan maafkan Iman walau apa pun yang Iman buat pada Alia. Sebab Iman terima Alia sebagai isteri sudah terlalu besar nikmatnya. Menjadi ibu pada anak-anak Iman adalah anugerah terbesar untuk Alia." Kata Alia.
"Iman doakan syurga untuk Alia. Alia layak untuk syurga kerana Alia isteri yang taat dan solehah." Doa Iman.
Sekali lagi Alia menghadiahkan ciuman pantas dibibir Iman.
Dan akhirnya, Iman memagut lama bibir Alia sebelum dia menzahirkan nafkah batin untuk Alia.
YOU ARE READING
Takkanku Rayu
RandomAlia dan Iman. Pasangan suami isteri yang telah dikurniakan 3 orang cahaya mata. Azwa. Guru tarian anak sulung mereka, Dahlia. Pertama kali jumpa, Iman dan Azwa saling tertarik antara satu sama lain. Dan pertemuan pertama membawa kepada pertemuan se...