"Vio sudah jam berapa ini, cepat bangun!" Sudah berkali-kali Susan membangunkan anaknya.
"Lima menit lagi Ma," balas Vio.
"Dalam itungan ketiga kamu ga bangun mama potong uang jajan kamu!" Setelah mengucapkan itu Susan pergi dari kamar Vio dengan menghitung sampai tiga.
"SATU!" Teriak Susan memperingati.
"DUA!"
Mendengar hitungan mamahnya Vio langsung bangkit dari ranjang, pasalnya ancaman yang diberikan susan tidak main main, ia pernah diancam seperti itu dan ya, Susan dengan tega memotong uang jajan Vio.
"VIO UDAH BANGUN MAA!" Teriak Vio tak kalah keras dari suara mamanya.
Setelah itu ia mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.
Setelah dirasa siap Vio turun dari kamarnya menuju ruang makan.
"Pagi," sapa Vio, kemudian duduk disamping adik laki-laki nya.
"Kak Vio, padi-padi dah belicik aja," gerutu adit adik Vio dengan suara cadelnya. Adit baru berumur 4 tahun.
"Apaan si dit, orang lembut gini," bela Vio.
"Tadi tu, teliak-teliak dali atas kamel," adu Adit.
"Itu kan gara-"
"Mau debat terus?" Potong Hardi papa Vio.
"Lagian adit duluan,"
"Vio," peringat Susan.
Vio mendengus sebal, kemudian adit menjulurkan lidahnya pada Vio.
"Adit gaboleh gitu," peringat Susan.
"Ma Pa, Vio berangkat," pamit Vio berdiri dari duduknya, entah mengapa mood nya ancur hanya karena berdebatan kecil dengan Adit.
"Loh ga sarapan dulu?" Tanya Susan.
"Nanti aja disekolah," Vio menyalimi kedua orang tuanya.
"Hati-hati," ucap Hardi.
Vio mengangguk, kemudian melangkah pergi.
"DASAL NAMBEAN!" Teriak Adit.
"Untung adik," gumam Vio tanpa menoleh.
•••••
Vio baru menempuh setengah perjalanan menuju sekolah nya, namun tiba-tiba mobil yang dikendarai mogok.
"Pagi pagi udah sial!" Gerutu Vio menendang ban mobilnya yang ternyata kempes.
Vio melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, sepuluh menit lagi sekolah akan masuk.
"Bisa telat gue," gumam Vio frustasi.
Vio menoleh ke samping dan untungnya ada taksi, dengan segera ia memberhentikan kemudian segera masuk.
Saat sampai sekolah gerbang hampir di tutup, Vio segera berlari.
"Pak, tunggu pak!" Cegah Vio.
"Cepat masuk!" Perintah satpam penjaga gerbang.
"Sensi amat," gumam Vio, kemudian lari menuju kelasnya, ia teringat mapel pertamanya matematika yang guru nya terkenal killer.
Sampai di depan kelas 11 IPA 4 Vio bernafas lega pasalnya guru killer itu belum masuk.
"Lo dari mana aja si jam segini baru dateng?" Tanya Syila sahabat Vio sekaligus teman sebangkunya.
Vio mendengus sebal kemudian duduk
"Ban mobil gue bocor, untung si gendut belum dateng." Yang di maksud Vio gendut yaitu guru mapel nya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...