Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi itu artinya acara akad nikah akan dilangsungkan satu jam lagi, kini Vio sudah memakai gaun cantik.
Niatnya Vio akan langsung menemui Fian saat sudah sampai di Bandung namun karena mereka baru sampai saat sudah malam mengharuskan Vio mengurungkan niatnya dan berinisiatif untuk menemui Fian setelah acara akad nikah selesai.
"Fian diundang ga ya sama tante Cici." Vio berfikir pasti fian diundang diacara ini toh mereka kan tetanggaan.
"Vi udah siap belum ayo keluar!" Perintah Susan dari luar kamar.
"Iya, Ma." Kemudian Vio melangkah keluar kamar dengan menggunakan gaun yang sudah ibunya persiapkan.
Vio berjalan menuju ruang tengah yang sudah di penuhi banyak orang, ia mencari keberadaan ibunya yang ternyata sudah tengah berbincang dengan teman lamanya, Vio mendekati mereka.
"Ma, tante Cici dimana?" Tanya Vio saat sudah disamping susan.
"Masi di dalem kamarnya, lagi di dandanin," jawab Susan.
"Loh ini Vio, San?" Tanya ibu-ibu teman Susan.
Susan mengangguk kemudian tersenyum manis.
"Tambah gede ya sekarang udah gitu cantik lagi," pujinya.
Yakali namba kecil. Batin Vio.
"Anaknya siapa dulu." Bangga susan kemudian mereka tertawa kecil.
Yang dipuji hanya tersenyum kaku.
"Vio ini temen deketnya Fian kan?"
"Iya, tante," jawab Vio.
"Vio sudah tau belum kabar Fian sekarang?" Tanyanya lagi.
"Belum, emangnya kenapa, tan?" Vio mulai penasaran.
"Ibunya sudah meninggal tiga tahun yang lalu, dan dua tahun yang lalu neneknya juga meninggal dan sekarang dia sudah tidak tinggal disini," jelasnya.
Refleks Vio menutup mulutnya begitupun dengan susan yang baru mengetahui.
"Apa tante tau keberadaan Fian sekarang?"
Tanya Vio."Tante ga tau, tapi katanya dia itu dapet beasiswa gitu di luar kota,"
"Yauda tante pamit dulu ya Vio, susan, udah di panggil suami soalnya hehe," pamitnya kemudian pergi.
Susan merangkul anaknya.
"Udah gausah dipikirin nanti kita bicarain lagi di rumah, sekarang kamu panggil Adit gih acaranya udah mau mulai."Vio mengangguk lesu.
"Adit dimana ma?""Itu dia sama papah di depan." Susan menunjukan ke arah suaminya berdiri.
Vio mengangguk melangkah menjemput adiknya.
•••••
Acara akad nikah sudah selesai sejak dua jam yang lalu, Vio yang tidak suka dengan keramaian memilih berdiam diri dikamar yang pernah ia tempati sebelum pindah ke Jakarta.
Vio masih terus memikirkan perkataan ibu tadi.
Hingga pada akhirnya suara notif chat membuyarkan lamunannya.
Syila jelek😝.
Vi napa lu kaga berangkat.
Tante gue nikah.
Oh, yang dibandung?
Y.
Sok judes anying.
Lagi badmood gue:(
Napa si napa:3
Lo tau kan Fian temen kecil gue.
Iya tau cinta monyet lu.
Eh njir gajadi cerita deh bikin tambah badmood lu.
Ck! Baperan.
Bdamt.
Setelah itu Vio langsung melempar ponselnya ke ranjang begitupun dirinya yang ikut ambruk di ranjang.
Baru saja ia menutup mata pintu kamar terbuka, ia lupa untuk menguncinya.
"Dasal kebo keljaannya tidul mulu!" Gerutu Adit saat mendapati Vio yang sedang tidur padahal diluar sudah banyak tamu undangan yang datang.
Vio bangkit kemudian duduk menghadap adiknya.
"Ngapain si sana pergi!"
"Dipanggil mama suluh kelual."
"Bilang kakak lagi gaenak badan gitu," alibi Vio.
"Gamau!" Adiknya ini memang sangat menyebalkan.
"Ish! Yauda sana pergi!" Vio mendorong adiknya untuk keluar.
"Aww!" Vio meringis kesakitan karena Adit menggigit tangannya.
"Adit juga ngantuk tau!" Adit melangkah menuju ranjang kemudian merebahkan dirinya.
Vio mendengus sebaal. "Dasar nyebelin!"
"Bodoamat yang penting Adit ganteng," balas Adit yang sudah memejamkan matanya.
"Ck! Gantengan juga pacar gue." Vio melempar guling ke arah Adit.
"Kek punya pacal aja," cibir Adit membalas Vio dengan kembali melempar guling sekuat tenaga namun Vio menghindar.
Saat yang bersamaan dengan kedatangan susan yang baru membuka pintu kamar alhasil guling tersebut mengenai wajah susan, adit langsung bangkit berdiri di samping kakaknya.
"Kalian itu di luar lagi banyak tamu malah enak-enakan berantem!" Susan melempar guling ke sembarang arah.
"Dek emang berantem enakan ya?" Tanya Vio sedikit berbisik.
Adit menggelang. "Gatau."
"Sudah-sudah!" Susan mengangkat tangannya menunjuk adit.
"Adit kamu itu disuruh mamah buat panggil kakak kenapa malah berantem?!" Kini giliran Vio yang di tunjuk.
"Kamu juga Vio di luar lagi banyak tamu malah tidur!" Lanjutnya.
"Kan itu tamunya tante Cici mah," elak Vio.
"Mereka banyak yang nanyain kamu!" Susan masih ngegas.
"Yang nikah aku apa tante Cici si dek?" Tanya Vio pada adiknya.
"Embe tetangga," jawab Adit ngasal kemudian keluar kamar dari pada harus kena omelan lagi.
"Cepet keluar!" Perintah Susan.
Vio mendengus sebal kemudian melangkah menuju acara resepsi. Sebenarnya ia sangat tak suka harus berbasa-basi dan menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...