52. Jujur

234 15 5
                                    

Beberapa bulan belakangan ini, Vio lebih sering berangkat dan pulang bersama Reyhan. Bukan Vio menolak tawaran dari Dhafian yang mengajaknya pulang atau berangkat bersama, tapi Dhafian sekarang terlihat lebih dekat dengan Aurel.

Ada rasa senang melihat Dhafian yang mungkin sudah membuka hatinya untuk orang lain, tapi di lain sisi hati Vio merasa tidak rela. Ia masih sayang dan cinta terhadap pria itu, hanya saja keadaan yang membuatnya harus merelakan Dhafian untuk orang lain.

Gadis itu sedang duduk membaca novel di samping lapangan basket, di temani Reyhan yang sedari tadi setia menemaninya. Reyhan hanya memperhatikan saja, sesekali memainkan ponselnya.

Vio menutup buku novelnya, menoleh ke Reyhan.

"Udah selesai?" Tanya Reyhan.

"Udah, Lo ga ke kantin?"

"Ga laper."

"Nih," Vio menyodorkan susu kotak coklat, "biar sehat."

Reyhan menerimanya. "Niat banget bawain buat gue, jadi makin suka." Canda Reyhan mengacak rambut Vio gemas.

Reyhan sering kali mengucapkan bahwa dirinya suka pada Vio, namun Vio menganggap bahwa itu hanyalah candaan saja.

"Basi. Lagian itu mamah yang bawain dua, gatau juga kenapa," Jelas Vio, meminum susu kotak itu.

"Gue boleh jujur?" Tanya Reyhan menatap Vio.

"Bohong dosa, mending jujur," Vio terkekeh, matanya menatap ke arah lain.

"Serius ini soal perasaan," Terang Reyhan.

Detik itu juga Vio menoleh, menatap Reyhan yang juga menatapnya.

"Gue suka sama Lo, mungkin lo pikir itu hanyalah candaan. Tapi serius, gue suka sama Lo mungkin juga sayang," Ujar Reyhan terlihat tulus.

Reyhan terkekeh, "tapi tenang aja, gue ga bakal maksa Lo buat suka juga sama gue. Ini tentang perasaan yang ga bisa di paksakan, gue ga bisa memilih pada siapa gue harus suka. Gue suka sama Lo biar ini jadi urusan gue, soal Lo suka apa ngga nya itu hak Lo. Hak kita bukan, suka sama siapa aja? Toh ini hati kita bukan orang lain."

Untuk beberapa saat mata Vio tak berkedip, gadis itu hanya diam menatap Reyhan.

"Setelah Lo tau, apa Lo bakal jauhin gue?" Tanya Reyhan menyadarkan Vio.

Vio sedikit gugup, ia menghembuskan nafasnya, "bener kata Lo, hak kita mau suka sama siapa aja. Gue juga ga bakal larang atau maksa seseorang buat suka sama gue. Sebelumnya gue minta maaf, gue ga bisa balas perasaan Lo ke gue. Kita masih bisa jadi teman."

Reyhan mengangguk, menatap ke arah lain, "gue ngerti, pasti hati Lo masih terpenuhi oleh Dhafian."

Vio diam, tak berniat untuk menjawab. Matanya menatap ke arah lain, mungkin yang dikatakan Reyhan benar, hatinya masih terpenuhi oleh sosok pria itu dan mungkin selamanya akan seperti itu.

"Kalau iya, kenapa harus putus? Kalian masih sama-sama sayang bukan?" Tanya Reyhan menoleh ke Vio yang menatap lurus ke depan.

"Keadaan yang mengharuskan kita seperti ini,"

Reyhan mengangguk, tak berniat bertanya kembali. Ini masalah pribadi Vio, mungkin tidak seharusnya ia tahu.

"Ga nyangka, sebentar lagi kita bakal lulus," ujar Reyhan, mengalihkan topik.

"Ujian dulu!" Geram Vio.

Reyhan terkekeh, "oh iya lupa,"

"Lo mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Reyhan.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang