55. Kelulusan

257 25 1
                                    

Beberapa Minggu berlalu, sekarang waktunya pengumuman kelulusan kelas 12. Semua siswa siswi kelas 12 di kumpulkan di lapangan upacara. Waktu terasa begitu cepat bagi mereka. Susah senang sudah mereka lalui bersama, kini hanya tinggal kenangan yang tersisa.

"Singkatnya, dengan senang hati saya umumkan bahwa, siswa siswi kelas 12 di sekolah kita semuanya di nyatakan lulus," ucap pak Darmin, selaku kepala sekolah dengan bangga.

"Alhamdulillah!"

"Akhirnya, yang di tunggu-tunggu!"

"Kerja dah kerja!"

"Langsung nikah aja dah!"

"Syukurlah lulus, emak ga ngomel nanti!"

"Untuk prom night akan di adakan nanti malam, sekian saja yang perlu saya sampaikan terima kasih," ucap pak Darmin, setelahnya membubarkan mereka.

Mereka bersorak bahagia, tentu saja. Momen yang mereka tunggu-tunggu akan tiba, mereka juga sangat bersyukur karena bisa lulus.

•••••

Di saat yang lain sedang mencari dan menyiapkan pakaian yang akan mereka pakai untuk acara nanti malam, lain dengan Vio yang kini merebahkan tubuhnya di kasur.

Gadis itu harus fit untuk acara nanti malam, jika sekarang ia tidak istirahat, ia takut akan tumbang nantinya. Lagipula Vio sudah menyiapkan pakaian yang harus ia pakai untuk acara nanti malam, jauh sebelum ujian selesai.

Vio memejamkan matanya, namun suara notif chat terpaksa membuat Vio kembali membuka mata. Ia meraih ponselnya dan membaca isi pesan itu.

Dhafian

Nanti malem aku jemput kamu, ga ada penolakan.

Vio menghembuskan napasnya, tak berniat membalas pesan itu. Lagipula Dhafian tidak menerima penolakan, yang artinya Vio harus setuju. Ia kembali terpejam dan tak lama memasuki alam mimpi.

Malam harinya, Vio berdiri di depan cermin. Menatap dirinya yang kini sudah rapih mengenakan pakaian yang ia pilih, mungkin yang lain akan menatap Vio aneh, tapi gadis itu tidak peduli, yang jelas ia sudah yakin dengan keputusannya.

Tok...Tok...Tok...

Terdengar pintu yang di ketuk dari luar, Vio dengan cepat membukanya.

"Masyallah," takjub Susan, melihat putrinya.

Vio tersenyum, "kenapa mah?"

Susan tidak menjawab, ia memeluk putrinya erat.

"Mamah sangat bangga sama kamu, nak," ujar Susan di dalam pelukan.

Susan melepaskan pelukannya, menatap Vio tersenyum, "di bawah udah ada Dhafian, mau jemput kamu katanya."

"Dia udah dateng?"

"Iya, cepet gih turun. Ingat, di sana kamu jangan kecapekan."

"Iya mah, bentar lagi Vio turun."

"Yaudah jangan lama-lama."

Vio mengangguk, kemudian Susan pergi dari kamar Vio.

Susan menghampiri Dhafian yang sedang berbincang dengan Hardi, lalu duduk di samping suaminya.

"Sebentar ya, Vio lagi siap-siap," ujar Susan.

"Iya, Tan,"

"Kamu mau lanjut kuliah di mana?" Tanya Hardi.

"Di Jakarta, Om,"

"Kenapa ngga ke luar kota, atau negeri aja?"

"Nanti Raya ngga ada yang jagain, Om,"

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang