19. Postingan

477 27 0
                                    

Sesampainya di taman mereka melihat sekeliling yang terlihat ramai.

"Gimana kalo kita nyewa sepeda aja" usul dhafian.

"Boleh juga tuh" sahut Delvin.

"Sepeda yang gimana?" Tanya vio.

"Itu loh sepeda onthel yang ada bocengan nya aja biar yang cewek di bocengin cowok" kata dhafian.

"Oke deal" pekik Delvin.

"Ogah ah gue di bocengin Lo, yang ada nanti jatoh lagi" ucap syila.

"Yaudah sana Lo naik sepeda sendiri aja" jawab delvin sewot.

"Gamau capek"

"Dasar labil!"

"Ish! Yaudah mending gue pulang!" Syila melangkah ingin pergi.

"Eh jangan!" Delvin menarik pergelangan tangannya.

"Gue janji ga bakal jatoh, serius" Delvin menunjukkan dua jarinya berbentuk V, vio dan dhafian hanya menggelengkan kepala melihat tingkah mereka.

"Udah lah dari pada berantem mulu mending cari minum, haus gue" ucap vio.

"Cari tempat duduk aja dulu nanti gue yang beliin minum" kata dhafian kemudian menarik vio agar mengikutinya sedangkan syila dan Delvin hanya ngekor.

Sekarang mereka duduk di bangku taman.

"Kenapa rambutnya di gerai sih?" Tanya dhafian mengusap keringat pada kedua pelipis vio.

"Lupa bawa ikat rambut" jawab vio seadanya sedangkan syila dan delvin mereka sibuk main hp.

"Lain kali kalo mau joging di ikat rambutnya biar ga gerah"

Vio hanya mengangguk. "Gue mau beli minum dulu" pamit dhafian.

"Vin beli minum yuk" ajak dhafian.

"Ayok" Delvin bangkit kemudian mereka membeli minuman.

"Hp Lo ada game cacing ga?" Tanya syila yang masih sibuk bermain game.

"Ga ada"

"Kenapa ga ada?" Tanyanya lagi tanpa menoleh.

"Hp gue udah gue kasih combantrin" jawabnya kemudian tertawa detik itu juga syila menoleh.

"Tadi aja ada dhafian Lo keliatan gugup sekarang mah gini lagi"

"Gimana ga gugup coba orang dia romantis gitu" vio membayangkan hal-hal romantis yang sudah dhafian lakukan untuknya.

"Iya iya yang udah ketemu cinta monyet" ledek syila.

Vio memukul bahu syila pelan. "Nyatanya perjuangan gue selama ini ga sia-sia"

"Emang Lo berjuang?" Syila menaikkan sebelah alisnya.

"Iya lah, selama ini gue ga pernah pacaran karena gue yakin cinta gue itu cuma buat dia. Bahkan gue nolak banyak hati demi satu hati yang gue sendiri ga tau hatinya buat siapa. Tapi akhirnya sekarang gue di pertemukan kembali dengan pemilik hati itu" ucap vio panjang lebar yang bertepatan dengan kedatangan Delvin dan juga dhafian otomatis mereka mendengarnya.

"Vi itu" tunjuk syila pada kedua pria tersebut.

Vio menoleh dan mendapati Delvin yang tertawa sedangkan dhafian datar tanpa ekspresi.

Vio menunduk malu ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Sebuah tangan kekar mengumpulkan rambut-rambut vio setelah terkumpul menjadi satu ia mengikatnya. Dengan perasaan takut vio mendongak menatap siapa yang sudah melakukannya dan ternyata benar dugaannya itu dhafian.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang