"Bang tadi mamanya kakak cantik suruh raya buat panggil dia mama emangnya kenapa bang?" Tanya Raya polos saat memasuki kamarnya di ikuti Dhafian dari belakang karena ia harus memastikan Raya benar tidur.
Mereka sudah sampai sejak dua jam yang lalu.
Dhafian mengernyit bingung. "Siapa kakak cantik?"
Dhafian duduk di ranjang begitupun Raya.
"Kak Vio," jawab Raya polos kemudian merebahkan dirinya.
Tanpa disadari Dhafian terkekeh, tangannya terulur mengusap rambut Raya dengan sayang.
"Mama kakak cantik baik makannya kita boleh panggil dia Mama," jawab Dhafian pada pertanyaan raya yang awal.
Raya mengangguk dan tersenyum. "Tadi mama juga bilang kalo Raya boleh anggap mama sebagai mama kandung Raya." Ia ingat betul kala Susan memintanya untuk menganggap sebagai orang tua kandung sendiri.
Dhafian tertegun dengan ucapan Raya. Orang tua gadis itu terlihat sangat menyukainya bahkan raya padahal baru pertama kali mereka bertemu pikir Dhafian.
Dhafian hanya tersenyum manis menanggapi.
"Sekarang Raya tidur udah malem." Raya mengangguk perlahan memejamkan matanya.
Dhafian terus mengelus rambut raya agar cepat tidur. Kemudian ia mengecup kening Raya dan kembali ke kamarnya untuk istirahat.
•••••
Di tempat lain Vio masih memikirkan sikap ibunya beberapa jam yang lalu padahal mereka baru bertemu namun susan terlihat sangat menyukainya.
"Bodoamat lah mungkin Mama, suka kali sama Dhafian," celetuk Vio tak habis pikir.
Ia merebahkan dirinya di ranjang perlahan tangannya memegang gelang yang selalu ia pakai.
"Sekarang lo dimana," ucap Vio lirih.
Ia teringat suatu hal waktu itu mamanya pernah bilang akan membicarakan soal ini mungkin susan akan membantu mencari keberadaan Fian pikir Vio.
Tok Tok Tok..
"Siapa?" Tanya vio sedikit teriak.
"Mama!"
Pas banget. Batin Vio senang.
Vio langsung membukakan pintu dan menarik tangan Susan agar duduk di ranjang bersamanya sebelum itu ia sudah mengunci kamar terlebih dahulu agar adik cerewet nya itu tidak mengganggu.
"Ada apa si!" Tanya Susan risih dengan sikap Vio.
Vio nyengir. "Mama waktu itu bilang sama Vio mau bicarain soal Fian dirumah."
Susan mengangkat sebelah alisnya. "Terus?"
"Mama bantuin Vio ya buat cari Fian," rengek Vio memeluk Susan dari samping.
Susan mengelus rambut Vio. "Dia udah gede pasti udah punya kehidupan sendiri."
Vio mendongak. "Tapi kalo Fian diluar sana jadi gelandangan gimana?"
"Kalo dia butuh temen gimana? Dia, kan anaknya cuek."
"Terus kalo dia butuh sandaran ke siapa?"
"Kalo dia sakit sapa yang ngurus coba?" Tanya Vio bertubi-tubi.
Susan membenarkan posisi duduk Vio dan menatap nya dalam.
"Dia itu dapet beasiswa ga mungkin dia jadi gelandangan. Pasti dia juga punya temen kok walau mungkin hanya beberapa dan kalo pun dia butuh sandaran kan pasti ada kursi di rumahnya." Nasihat susan diakhiri kekehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...