"Papah!" Pekik Raya saat Erwin dan juga Dhafian masuk ke dalam ruangannya.
Erwin menghampiri kemudian mendekap tubuh mungil Raya.
"Raya rindu papah" Raya membalas pelukannya dengan sangat erat mencurahkan segala kerinduan nya.
"Papah juga sayang" Erwin mengecup puncak kepala Raya.
Dhafian yang melihat itu hanya menyunggingkan senyum kemudian duduk di sofa.
Mereka mengurai pelukannya. "Papah punya hadiah buat Raya"
Erwin menyodorkan paper bag yang ia bawa tadi.
Raya menerimanya dengan antusias kemudian mengambil sesuatu dari dalam paper bag itu.
"Wah! Boneka Doraemon!" Pekiknya.
Erwin terkekeh. "Raya suka?"
"Suka banget, papah ternyata tau apa yang Raya suka" gadis kecil itu tersenyum manis.
"Tentu papah tau" jawab Erwin. Padahal Dhafian yang memberitahu sebelum mereka berangkat ke sini Erwin ingin membelikan boneka beruang untuk Raya namun di cegah oleh Dhafian dan mengatakan bahwa Raya lebih suka Doraemon.
Ponsel Erwin berbunyi membuat ia keluar ruangan sebentar untuk mengangkat telfon. Tak lama Erwin kembali masuk ke dalam.
"Sayang, papah harus kembali ke kantor. Besok papah janji untuk berkunjung ke sini lagi" tutur Erwin.
Raya menghela nafasnya. "Ini kan masih siang pah"
"Bang, ini jam berapa?" Tanyanya.
"Jam dua" jawab Dhafian.
"Tuh kan, ini masih siang pah" rengek Raya.
"Raya, papah masih banyak pekerjaan di kantor, tolong ngertiin papah"
Raya menunduk. "Papah janji besok bakal ke sini?"
"Papah janji"
Raya mendongak dan tersenyum kemudian mengangguk. "Yaudah papah boleh pergi"
Erwin tersenyum. "Cepet sembuh sayang, papah pergi dulu" Erwin mengecup kening Raya.
"Dhafian papah pamit pergi"
"Hm" Dhafian hanya berdehem, berpura-pura sibuk dengan ponselnya.
Kemudian Erwin keluar dari ruangan Raya.
Setelah Erwin pergi kini Dhafian duduk di tempat yang tadi di duduki oleh Erwin, di samping Raya.
"Tiduran aja, udah makan?"
Raya mengangguk. "Tadi bi Inah yang suapin"
"Abang makasih"
"Sama-sama" Dhafian tersenyum kemudian menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Raya.
Klek...
Pintu terbuka menampilkan dua orang gadis dan satu pria. Mereka adalah Vio, Syila, dan juga Delvin.
"Kalian?" Bingung Dhafian melihat jam tangannya kemudian menatap mereka lagi.
"Pulang cepat" kata Delvin yang paham dengan kebingungan Dhafian.
"Tadi guru-guru pada rapat" sahut Vio.
"Tau ruangan Raya dari siapa?"
"Tadi ga sengaja ketemu bokap lo di depan rumah sakit, terus kita nanya" jawab Delvin.
Dhafian hanya beroh ria.
"Ga di suruh duduk?" Tanya Delvin.
"Tinggal duduk aja di sofa" Dhafian menunjuk sofa dengan dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...