10. Ancaman (1)

497 38 0
                                    

Vio berjalan menyusuri koridor sekolah sesekali ia berlari kecil, lima menit lagi bel masuk berbunyi.

Sesampainya di dalam kelas Vio langsung duduk di bangkunya, sudah ada Syila yang sedang tidur diatas lipatan tangannya.

"Syil, bangun woy!" Vio mengguncang bahu Syila.

Syila bangun, menoleh ke arah Vio. "Huaaa .... pinokio." Syila berhambur memeluk Vio, dengan sigap Vio membalas pelukannya.

"Cup .... Cup .... Cup, tenang Syil, masi ada Teguh yang selalu ada buat lo," gurau Vio.

Teguh adalah teman sekelas mereka yang memiliki tubuh cungkring dan tompel di pipi kirinya tak lupa juga dengan gigi tonggosnya yang menambah kesan tersendiri.

Syila melepas pelukan dan memukul bahu Vio membuat seng empunya meringis kesakitan.

"Serius, Vi."

Vio cengengesan. "Iya jadi gimana, apa katanya."

"Gue minta penjelasan dia tadi malem, dan semuanya bener Vi, dia selingkuh huaa!!!" Syila kembali menangis di pelukan Vio.

"Udah dong Syil, cowok masih banyak, tuh contohnya Teguh."

Syila kembali melepas pelukan dan mendengus sebal. "Becanda mulu lo mah!"

Vio terkekeh. "Yauda sih, gausah dipikirin."

"Jadi, sekarang gue harus gimana?" Tanya Syila.

"Nafas, kalo ga nanti mati."

"Vi, serius ih!"

"Lo harus move on lah, ngapain coba ngarepin orang yang ga ngarepin lo sama sekali," ucap Vio bijak.

Vio membenarkan posisi duduknya. "Gini ya, cowok kayak Aldo mah banyak di pasar loak juga, lo bisa dapetin lebih dari dia, orang cantik mah ga perlu ngemis cinta lah."

Syila mengangguk antusias. "Oke, berarti mulai hari ini gue harus move on," ucap Syila semangat.

Untuk kesekian kalinya syila kembali memeluk vio erat. "Makasih, sarannya pinokio." Vio mengangguk singkat.

"Lesbi diiih," celetuk Teguh yang baru datang melewati meja mereka.

Vio melepas pelukannya. "Syil, ayang lo cemburu."

"Vio, ih!" Syila memukul bahu vio pelan.

Sedikit cerita, jadi yang dilihat Vio dan Dhafian kemarin yaitu Aldo dan Friska, aldo yang notabene nya adalah pacar Syila dan Friska adalah teman satu kelas dhafian.

Bel masuk sudah bunyi sejak lima menit yang lalu kini Pak Dadang yang mengajar materi pelajaran Fisika sudah datang memasuki kelas 11 IPA 4.

"Pagi anak-anak!" Sapa Pak Dadang, dengan suara nyaring.

"Pagi Pak!" Balas mereka tak kalah nyaringnya.

"Buka buku paket bab 3," perintah Pak Dadang.

Pak Dadang menjelaskan materi Fisika bab  3 dengan rinci. Ia kini memberi contoh soal di papan tulis.

"Siapa yang bisa menjawab angkat tangan!"

Semua murid diam karena mereka memang belum mengerti tapi entah mengapa Vio mengangkat tangannya membuat seisi kelas menatapnya heran.

"Tumben," gumam Pak Dadang.

"Silahkan maju ke depan," lanjutnya.

"Mau ke belakang Pak," jawab Vio polos sambil memegang perutnya kesakitan.

Semua seisi kelas menyoraki Vio, Pak Dadang hanya menggelengkan kepalanya.

"Yasudah cepat sana!"

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang