21. Kode

392 23 2
                                    

Dhafian memarkirkan motor sport nya di halaman sekolah, Vio yang berada di boncengan nya pun turun. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka.

"Dhaf, gue kok ngerasa kaya banyak yang liatin gitu."

"Ga usah ladenin." Dhafian segera menarik pergelangan tangan Vio.

Cowok itu mengantar Vio sampai depan kelas.

"Gue balik ke kelas," pamitnya.

"Hati-hati."

"Deket kali, Vi." Keduanya terkekeh.

"Yaudah gih sana."

"Ngusir?"

Vio memutar bola matanya. "Nanti keburu bel."

"Gue masih kangen."

Detik itu juga pipi Vio bersemu merah ia memukul lengan Dhafian.

"Udah lah gue masuk." Setelah itu Vio masuk kelas dan Dhafian pergi menuju kelasnya.

•••••

"Dhaf, lo berangkat sama Vio?" Tanya Freya saat dhafian duduk di bangkunya.

Cowok itu mengangguk sebagai jawaban.

"Mmm, pulang sekolah lo bisa anterin gue ke toko buku ga?"

Dhafian mendelik. "Ga bisa," jawabnya ketus.

"Plis Dhaf, sekali ini aja gue pengen beli buku, tapi gue ga tau mau beli buku apa," mohon Freya.

"Aneh," balas Dhafian singkat tanpa melihat wajah gadis itu.

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak!" Sapa guru yang baru datang dengan segera Freya duduk di tempatnya.

Pelajaran pun di mulai. Guru menjelaskan beberapa materi dan juga memberi tugas tentunya.

Violyn.

Istirahat bareng gue.

Iya.

Nanti gue samper, jangan kemana-mana.

Siap pak bos hehe

Dhafian tersenyum melihat balasan dari Vio.

"Dhafian, kenapa kamu senyum sendiri gitu!" Tegur guru tersebut, membuat Dhafian tersentak kaget dan refleks menaruh ponselnya di kolong meja.

"Ga papa, Bu."

"Sekarang waktunya belajar, bukan main hp!" Sekarang semua tatapan tertuju pada dhafian karena tidak biasanya cowok itu memainkan ponsel di saat jam belajar.

Dhafian mengangguk. "Iya, Bu."

"Yasudah, sekarang fokus sama pelajaran!"

Dhafian kembali mengangguk. Semua kembali fokus pada mata pelajaran begitu pun Dhafian.

Kringg!!

Bel istirahat berbunyi, semua murid berbondong-bondong memenuhi kantin dengan segera Dhafian bangkit dari duduknya.

"Mau ke mana lo?" Tanya Delvin ikut bangkit.

"Kantin."

"Tumben, biasanya nunggu gue ngajak dulu, baru lo pergi kantin."

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang