15. Kejutan

460 32 4
                                    

"Lo?!" Kaget vio sedikit membuka mulutnya dengan cepat ia menutupnya dengan satu tangan.

"Iya ini gue, my princess" jawab pria itu lembut dengan tersenyum manis.

Dhafian menunjukkan gelang yang di pakainya.

Tanpa aba-aba vio memeluk pria itu, dhafian yang belum siap dan ia juga sedang membawa kue membuat dirinya kesusahan.

"Kenapa bisa lo?, Kenapa ga bilang dari dulu sih?" Tanya vio.

"Tiup dulu ini lilinnya nanti gue jelasin"

Vio melepaskan pelukannya, ia memasang wajah yang cemberut membuat dhafian terkekeh.

"Make a wish dulu" dhafian mengacak rambut vio.

Vio menutup mata, ia membuat suatu permintaan di ulang tahunnya tahun ini, vio berharap semoga terwujud. Setelah itu vio meniup lilin yang ada di kue tersebut.

"Happy birthday princess" dhafian mendaratkan cream kue pada pipi vio.

"Ish!" Tak mau kalah vio pun melakukan hal yang sama kepada dhafian.

"Stop stop!" Perintah dhafian saat vio hendak mendaratkan cream pada dirinya lagi.

"Apa?" Tanya vio sedikit mendongak.

Lagi-lagi dhafian mendaratkan cream pada wajah vio kemudian ia lari.

"Fian ish!" Vio mengejar.

Debugh!.

Dhafian tersandung dan jatuh alhasil kue yang ia bawa ikut jatuh dan kini sudah tak terbentuk.

"Lo ga papa?" Tanya vio, ia mengulurkan tangannya.

Dhafian menerima uluran tangan vio. "Gue ga papa tapi kue nya?" Dhafian menunjuk kue tersebut ia merasa bersalah.

Dhafian menangkup kedua pipi vio. "Sorry, nanti gue ganti"

Vio menggeleng. "Ga usah"

"CK! Ngambekan" dhafian terkekeh.

"Ish! Gue ga ngambek" vio menghempas tangan dhafian, ia berjalan membelakangi dhafian.

Greb!

Dhafian dengan tiba-tiba memeluk vio dari belakang. "Maaf" ucapnya lembut.

"Gu--gue ga marah" jawab vio gugup dengan posisi nya sekarang.

"Yakin?"

Vio mengangguk mantap. Dhafian membalikkan badan vio agar berhadapan dengannya, ia menangkup kedua pipi vio.

"Kok pipinya merah?" Tanya dhafian berniat menggoda vio.

"Hmm--ga kok, ini tu cuma kena cream tadi" alibi vio, matanya tak tertuju pada dhafian.

Dhafian manggut-manggut. "Pantes jadi jelek"

Refleks vio menoleh menatap dhafian dengan kesal. "Enak aja! Gue tetep cantik!"

"Da--"

"Intinya cewek tetep bener!"

Dhafian terkekeh. Alis tebal hidung yang mancung di tambah lagi senyuman yang manis membuat jantung vio berdetak tidak karuan melihatnya.

"Jangan ketawa ish!" Vio menghempas tangan dhafian kemudian ia duduk di bangku tadi.

"Kenapa?" Tanya dhafian ikut duduk.

"Ya ga papa"

"Sekarang lo harus ceritain semuanya!" Pinta vio.

"Muka lo masi jelek gue ga mau cerita"

"Dhafian ish!" Vio memukul lengan dhafian.

"Iya iya" dhafian pasrah. "Tapi gue haus pasti Lo juga kan? Gue mau beli minum dulu sama tissue buat muka jelek Lo" ia terkekeh.

"Apa susahnya sih cerita?"

"Bentaran doang kok" dhafian membujuk.

"Yaudah iya" jawab vio pasrah.

"Gue pergi dulu" dhafian mengecup kening vio singkat kemudian berlari pergi.

Vio masih menegang di tempat pipinya kini sudah bersemu merah mendapat perlakuan manis dari Fian sahabat kecilnya yang sudah mengisi masa-masa kecilnya dulu dia yang selalu ada untuknya, hingga ia merasa nyaman dan takut akan kehilangan mungkin itu penyebab ia menjadi jatuh hati pada sosok pria itu hingga ia sendiri yang meninggalkannya. Vio sangat bersyukur bisa di pertemukan kembali dengan fian, ia sudah menduga pria itu tidak akan mengingkari janjinya.

Vio melamun tak terasa dirinya sudah menunggu setengah jam lebih.

"Kok lama banget" vio melihat awan yang kini sudah menggelap sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

Ia mengambil ponsel dari tasnya, disana ada beberapa pesan dari syila, ia baru menyadari sedari tadi syila belum juga kembali.

Syila jelek😝.

Vi di sana tetep ga ada sinyal.

Gue balik ke hotel, capek nunggunya vi.

Maaf ga izin dulu sama lo.

Lo udah ketemu kan pasti sama Fian?.

Minta anterin pulang aja sama dia.

Oh iya mobil gue bawa.

Vio mendengus sebal setelah membaca pesan tersebut, namun aneh ponselnya tetap ada sinyal tapi mengapa ponsel syila tidak, padahal merk hp mereka sama bahkan kartunya pun sama.

Vio berganti menghubungi dhafian tetapi tidak aktif sejak kemarin. Vio bingung dilihatnya awan yang semakin mendung.

Gadis itu berdiri menyimpan cokelat di dalam tasnya dan membawa sebuket bunga ia biarkan balon di atas bangku dan berlari kecil pergi meninggalkan danau.

Tik...Tik...

Gerimis mulai turun membasahi bumi. Gadis itu mempercepat langkahnya tujuannya saat ini menuju rumah keluarganya tidak ada cara lain lagi selain meneduh di tempat keluarganya, jika meminta syila untuk menjemputnya pun akan lama karena jarak yang jauh.

"Untung udah nyampe" ucap vio. Karena hujan semakin deras dan untung saja vio sudah sampai di rumah ia pun mengetuk pintu.

"Assalamualaikum, tante om!" Pekik vio karena sedari tadi tidak ada yang membuka.

Vio mengetuk kembali kali ini sedikit keras. "Loh ga di kunci?" Gumamnya karena pintu sedikit terbuka setelah ia ketuk tadi.

Perlahan vio membukanya namun semua gelap tidak ada cahaya apa lagi di luar kini sedang hujan deras.

"Assalamualaikum!, Tante, om ini vio!" Teriak vio ia masih terus berjalan mengendap-endap.

"Hallo! Apa ada orang disini?!" Teriaknya lagi.

"Lah kok diem diem bae kaga ada suara" ucapnya berhenti berjalan.

Tek..

"ALLAHUAKBAR!" Pekik vio kaget karena tiba-tiba lampu menyala.

"Happy birthday Violyn!!" Pekik semua orang yang berada di ruangan tersebut.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang