✨ H A P P Y R E A D I N G ✨
•••••
Plak!
Vio mengerjapkan matanya saat tamparan keras mendarat di pipinya. Terlihat di sana tiga orang gadis yang sangat Vio kenali. Kini Vio duduk di kursi, tangannya di ikat begitupun dengan kedua kakinya. Vio menatap tajam ketiga gadis di depannya ini.
"Mau kalian apa sih!" Hardik Vio tak habis pikir.
"Akhirnya Lo bangun juga" ucap Freya tersenyum meremehkan.
"Gue mau Lo rasain apa yang udah gue rasain karena Lo Violyn!" Bentak Freya menjambak rambut Vio kuat.
"Langsung aja Frey" ucap kedua temannya kompak.
Freya melepaskan tangannya dari rambut Vio.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Vio.
"Itu buat Lo yang udah rebut Dhafian dari gue!"
Plak!
Lagi-lagi Freya menampar pipi Vio dengan keras.
"Itu karena Lo selalu mempermalukan kita di depan semua orang!" Bentaknya lagi.
Vio menduduk, rasa sakit menjalar di kedua pipinya. Vio lemas, seperti sudah tidak ada lagi energi di dalam tubuhnya.
Fania menjambak rambut Vio agar gadis itu mendongak.
Freya mencengkeram dagu Vio. "Lo udah main-main sama kita Violyn" ucapnya penuh penekanan.
Vio sedikit menunduk namun dengan sigap Friska menjambak rambut Vio kuat. Kini Fania dan juga Friska menjambak rambut Vio agar gadis itu tetap mendongak sedangkan Freya mencengkeram dagu Vio.
"Lo udah rebut kebahagiaan gue!"
"Harusnya gue yang jadi pacar Dhafian! Bukan Lo!"
"Lo perusak hubungan orang! Gue benci sama Lo!"
"Aww" ringis Vio.
Darah segar mengalir dari pipi Vio saat Freya mencakar nya dengan kasar.
Beberapa kali Freya menampar Vio, melampiaskan kemarahannya pada pipi Vio membuat gadis itu memejamkan matanya merasakan sakit. Pipinya panas, kepalanya nyeri akibat terus di jambak.
Tiba-tiba darah segar keluar dari hidung Vio.
"Iuh! Dasar penyakitan!" Maki Freya.
Friska dan Fania melepaskan jambakannya.
"Udah Frey, mending kita cepet pergi dari sini. Gue udah muak liat tuh orang!" Ujar Fania.
"Selamat tinggal Violyn. Ga bakal ada orang yang mau nolongin Lo disini" ucap Freya tersenyum licik.
"Ayo guys kita pergi dari sini" ajak Freya yang di angguki kedua temannya.
"Aduh!" Ringis Friska saat dirinya tersandung kaki Vio.
"Dasar pembawa sial!" Maki Friska pada Vio.
Kemudian mereka bertiga pergi meninggalkan Vio sendirian di dalam gudang kosong yang kotor dan di penuhi debu. Percuma jika Vio berteriak minta tolong karena letaknya yang jauh dari permukiman warga.
Air mata Vio keluar begitu saja, ia sangat berharap ada seseorang yang datang menolongnya. Vio masih berusaha bertahan, setidaknya Vio berharap semoga tuhan mengizinkannya untuk bertemu dengan orang-orang yang ia sayang sebelum dirinya pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...