Bugh!
Satu pukulan mendarat tepat mengenai perut Dhafian yang membuat pria itu terduduk sekarang, karena serangan tiba-tiba itu.
"Gara-gara Lo sekarang Vio jauhin gue!" Hardik seseorang yang memukulnya tadi.
Para pengunjung cafe dan pegawai tersentak kaget melihat itu, untung saja siang ini cafe tidak ramai hanya ada beberapa pengunjung yang datang.
"Gue udah peringatin lo buat jauhin dia! Kenapa lo malah sok jadi pahlawan dengan nolongin dia tadi pagi, brengsek!" Arka hendak melayangkan pukulannya lagi, namun tangannya di tahan oleh seorang pria yang baru memasuki cafe dan mendengar perkataan Arka tadi.
"Lo yang brengsek!" Maki orang itu dan menghempas tangan Arka.
"Pas banget di sini ada lo, mending lo pecat aja deh pegawai sialan lo ini!" Ucap Arka menunjuk Dhafian yang kini sudah bangun.
"Atas dasar apa lo nyuruh gue buat pecat, Dhafian?" jawab Delvin.
"Pergi lo sekarang! Apa perlu gue suruh semua pegawai disini buat ngusir lo?!" Tegas Delvin.
"Tanpa Lo suruh juga gue bakal pergi!" Sebelum Arka benar-benar pergi ia menatap tajam Dhafian.
"Lo bakal tau akibatnya!" Ucapnya kemudian melangkah keluar cafe.
"Maaf karena insiden tadi membuat kalian tidak nyaman, ini di luar dugaan kami," ucap Dhafian kepada para pengunjung cafe.
Setelah itu ia duduk, di ikuti Delvin yang duduk di depannya. Kemudian salah satu pegawai datang membawakan minuman untuk mereka.
"Makasih," ucap Dhafian, pada pegawai itu sambil meminum tehnya, setelahnya pegawai itu pun pergi.
"Lo ada masalah apa sama, Arka?" Tanya Delvin sangat penasaran dengan apa yang terjadi.
"Makasih udah nolongin gue," ucap Dhafian.
"Santai aja, sekarang lo jelasin pertanyaan gue tadi."
"Sebenarnya bokap gue nikah sama nyokap nya Arka."
Uhuk uhuk!
Delvin yang sedang meminum teh seketika tersedak mendengar itu.
"Lo ga lagi becanda, kan?" Tanya Delvin.
Dhafian menggeleng.
"Terus masalahnya apa? Sampe dia ngancem lo?"
"Dia suka sama Vio. Dia nyuruh gue buat jauhin Vio. Kalau gue tetep deketin Vio, Raya yang bakal jadi korbannya."
Delvin sedikit terkejut mendengarnya. "Jadi lo jauhin Vio karena dia? terus kenapa Raya yang bakal jadi korbannya?"
Dhafian mengangguk. "Kalau gue tetep deketin Vio, Raya ga bakal bisa ketemu bokap, dan bokap juga udah di pengaruhi sama Arka. Dia lebih mentingin keluarganya apa lagi sekarang nyokap nya Arka lagi hamil anak bokap gue. Raya sakit dia kepengen ketemu sama bokap, dokter juga bilang kalau Raya ga boleh memikirkan hal yang berat. Gue ga bisa diem aja liat adik gue kaya gitu, sedangkan bokap ngasih pilihan ke gue."
"Pilihan apa?"
"Antara Raya dan Vio. Kalau gue masih deketin Vio bokap ga mau nemuin Raya. Akhirnya gue memutuskan untuk jauhin Vio," jelas Dhafian.
"Bokap lo bener-bener ga ada otak deh!, Jelas-jelas Raya anak kandungnya yang lagi sakit," geram Delvin.
"Gue minta maaf, gue kira lo jauhin Vio tanpa alasan," ucap Delvin merasa bersalah sudah menjauhi Dhafian kemarin.
"Ga papa, gue ngerti."
"Jadi sekarang lo bakal tetep jauhin Vio?"
"Gue juga gatau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...