Hubungan Vio dan Dhafian kembali membaik, Vio berusaha mencoba mengerti apa yang di lakukan Dhafian pada Aurel itu semata-mata hanya untuk membalas kebaikan Aurel dulu, seperti apa yang di katakan Dhafian malam itu.
Setiap harinya Vio selalu di jemput dan di antar pulang oleh Dhafian, terkadang jika Aurel tidak ada yang jemput maka Dhafian terpaksa meminta Kevin untuk mengantar Vio.
Kadang juga, di hari weekend Dhafian mengajak Vio untuk keluar, entah itu hanya sekedar makan di luar, mengantar Vio membeli buku atau bermain bersama Raya di taman. Vio akan menerima ajakan Dhafian jika dia tidak ada jadwal kemoterapi, dan diizinkan oleh orangtuanya.
Aurel yang notabenenya sebagai murid baru yang memiliki paras cantik dan pandai, seringkali mendapat pujian dari teman cowok sekelasnya. Tak hanya teman kelas, hampir semua murid cowok seangkatan nya memuji gadis itu. Tak jarang dari mereka dengan terang-terangan meminta nomor telepon Aurel, atau mengajak jalan gadis itu. Tentu Aurel menolaknya dengan halus.
Kini Vio, Syila, dan Aurel duduk di kantin. Menunggu Dhafian, Kevin, Delvin yang sedang ganti baju karena habis olahraga. Tiba-tiba datang Freya sendirian, menggebrak meja yang di duduki mereka, tepatnya di depan Aurel. Sontak mereka terkejut.
"Di sini status Lo masih murid baru." Ucap Freya menunjuk Aurel, refleks Aurel berdiri.
"Terus kenapa?" Tanyanya.
"Jadi cewek jangan sok kecantikan! Gue jijik tau ga? Liat Lo kecentilan deketin semua cowok! Punya harga diri ga Lo?"
Aurel tertawa kecil. "Lo iri? Perasaan mereka deh yang deketin gue."
"Mereka ga bakal deketin Lo kalo Lo ga centil sama mereka! Gue iri sama Lo? CK! Sorry ga level!"
"Lalu, apa urusannya sama Lo? Ini hidup gue."
"Karena Lo! Sekolah kita bakal tercemar karena ada penggoda!" Ucap Freya tajam.
Plak!
Satu tamparan mendarat di pipi mulus Freya. Aurel sudah habis kesabaran meladeni gadis di hadapannya ini.
"Jaga ucapan Lo!" Tegas Aurel.
Sudah pasti ini menjadi tontonan gratis di kantin. Wajah Freya merah padam menahan amarah, ia mengambil gelas berisi jus jeruk dari meja Aurel.
Freya mengangkat gelas yang berisi jus jeruk tadi, berniat mengguyur Aurel. Sebelum itu terjadi Vio bangkit mendorong tubuh Aurel pelan, karena posisinya dia duduk di samping Aurel.
Jadilah sekarang Vio yang terkana jus jeruk itu, rambutnya lepek, bajunya basah, wajahnya terasa lengket walau tak semuanya.
Sontak Freya menutup mulutnya, dan menaruh gelas itu. Kali ini ia salah sasaran.
"Aurel, Lo ga papa?"
Tiba-tiba Dhafian datang, bersama Kevin dan Delvin. Ia mendekati Aurel, takut gadis itu kenapa-kenapa.
Rasanya sakit melihat orang yang kita sayang lebih peduli pada orang lain.
Vio meremas ujung roknya kuat, menahan agar cairan bening tidak membasahi pipinya. Sedari tadi, ia hanya menunduk, tanpa melihat pun ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.
"Vio, Lo ga papa?" Tanya seseorang menghampiri Vio, dia melihat kejadian itu dari awal.
Refleks semua mata tertuju pada pria itu, Vio mendongak.
"Reyhan?" Kaget Vio.
"Bersihin dulu, terus pake ini." Reyhan menyerahkan jaket pada Vio.
Semuanya kaget, mereka terlihat seperti sudah akrab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...