"Lo keren, Vi," puji Syila, saat mereka tiba di kelas.
"Makasih Syil, udah bantu gue."
"Itu kan gunanya sahabat ada disaat kita susah atau pun bahagia. Lagian dulu waktu gue putus sama Aldo lo ada buat gue dan selalu support gue."
"Makin sayang deh," ucap Vio memeluk Syila dari samping.
Syila membalasnya. "Ngeluh ga papa, tapi sewajarnya. Sedih ga papa, tapi sewajarnya. Besok-besok menyukai seseorang juga sewajarnya aja. Karena sesuatu yang berlebihan itu nyatanya tidak baik untuk diri kita sendiri. Belajar memperbaiki diri dari yang udah kita alami," ucap Syila lembut.
"Kalo mau nangis keluarin, jangan di tahan. Stop berusaha baik-baik aja, semua orang juga mempunyai titik terlemah mereka," kata Syila, lagi.
Detik itu juga Vio menangis di dalam dekapan Syila.
"Makasih," ucapnya lirih dan mengeratkan pelukannya, Syila hanya mengangguk.
"Woy! Sekolah kita bakalan ngadain pensi!" Riski sang ketua kelas tiba-tiba datang dengan heboh.
Membuat Vio dan juga Syila melepaskan pelukannya. Vio menghapus sisa-sisa air matanya.
"Kapan?" Tanya penghuni kelas tak kalah hebohnya, sedangkan Vio dan Syila terlihat biasa saja.
"Nanti hari Kamis, dan setiap kelas harus ada perwakilan untuk tampil. Karena waktunya cuma tinggal beberapa hari lagi jadi gue minta yang punya bakat tolong bersedia buat tampil," jelas Riski.
"Vio tuh pinter nyanyi," celetuk Teguh.
"Iya Vio pinter nyanyi tuh, gue pernah denger suaranya bagus," timpal siswa lainnya.
"Yaudah Vio, aja," putus mereka.
"Jadi gimana Vi, lo mau?" Tanya Riski.
"Jangan asal nunjuk orang dong!" Maki Syila tak terima.
"Yaudah kalo Vio ga mau, lo sama Teguh aja yang tampil," celetuk salah satu siswa dan mendapatkan pelototan tajam dari Syila.
Semuanya tertawa terbahak-bahak.
"Gue aja, ga papa kok," jawab Vio tiba-tiba.
"Lo yakin?" Tanya Syila sedikit ragu.
Vio mengangguk yakin.
"Thanks Vi," kata Riski, dan Vio mengangguk.
"Eh ini ga ada guru yang masuk?" Tanya Syila.
"Kita free class sampe istirahat karena guru guru lagi pada rapat," jawab Riski membuat seisi kelas bersorak gembira.
•••••
Di waktu yang sama, di tempat berbeda. Kini Dhafian tengah memasuki kelasnya bersama dengan Delvin yang sedari tadi mendiaminya.
"Kelas kita bakalan ngadain pensi," ucap Dhafian datar salaku ketua kelas, saat memasuki kelasnya.
"Kapan?" Tanya Freya dan juga teman-temannya heboh.
"Kamis, setiap kelas harus ada perwakilan buat tampil. Waktunya cuma beberapa hari lagi, yang punya bakat harap untuk bisa tampil."
"Gue ga ada bakat," ucap salah seorang siswa.
"Gue juga ga ada."
"Apa lagi gue."
"Gimana gue sama lo aja, Dhaf," usul Freya.
"Ga."
"Lo bisa apa si Frey, nyanyi aja masih fales," ejek Delvin.
"Tinggal ketua nya aja yang tampil apa susahnya sih! Lo juga kan punya bakat nyanyi," kata Delvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Ficção AdolescenteKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...