8. Mall

522 47 2
                                    

Beberapa menit yang lalu Dhafian dan raya pamit karena hari yang sudah petang. Kini Vio berjalan menuju kamarnya.

Saat Vio melewati kamar Adit ia jadi teringat kejadian konyol tadi disebabkan oleh adik laknatnya ini. Vio tersenyum jahil ia memasuki kamarnya mengambil boneka kucing yang memiliki bulu tebal persis seperti kucing anggora.

Perlahan ia membuka kamar adit yang memang tidak pernah dikunci. Disitu terlihat Adit sedang memainkan robotnya dengan gerakan cepat Vio melemparkan boneka tadi ke arah Adit dan langsung pergi masuk ke kamarnya tak lupa juga ia menguncinya.

"HUAAA MAMA KUCING!" Teriak Adit yang sepertinya sudah menangis.

"MAMA!" Teriaknya lagi, karena Susan belum datang.

Di dalam kamar Vio tertawa penuh kemenangan.

"Ada apa?" Tanya Susan yang baru datang.

Kini Adit sudah di atas ranjang ia menangis sesenggukan.

"KUCING MA!" Adit menunjuk boneka tadi yang tergeletak di lantai.

Susan menoleh ke arah yang ditunjuk kemudian ia geleng-geleng. "Boneka itu Dit."

"Tetep aja kucing, hiks .... hiks ...."

Susan mengambil boneka itu ia sangat mengenali pasti Vio pemiliknya siapa lagi dirumah ini yang akan menjahili Adit selain Vio.

Susan menghampiri kamar Vio dengan membawa boneka kucing tadi.

Tok tok tok

"VIO!"

Sang pemilik kamar membukakan pintu. Vio sesekali menguap.

"Apa ma?" Tanya Vio watados.

"KAMU TANYA APA?! HARUSNYA MAMA YANG NANYA! MAKSUD KAMU APA INI!" Susan menenteng boneka tadi dihadapan wajah Vio.

Vio yang masih menutup telinga dengan kedua tangan geleng-geleng. Dengan cepat Vio mengambil boneka dari Susan dan kembali masuk ke kamar ia langsung menguncinya.

"VIOLYN!" Teriak susan yang mulai geram dengan tingkah anaknya.

"Mama, jangan teliak-teliak belisik," celetuk Adit yang sedari tadi di belakang Susan.

Susan mendelik ke arah Adit ia berkacak pinggang.

"KAMU SAMA KAKAK ITU SAMA AJA! BIKIN PUSING!" Tegas Susan.

Adit menutup telinganya dan ia langsung pergi ke kamarnya.

•••••

Pagi ini Vio bangun lebih awal karena adit yang membangunkan membuat Vio risih dengan teriakan adik nya itu.

Susan sudah menata makanan di atas meja berpapasan dengan turunnya Vio dari tangga. Semua sudah di meja makan tinggal menunggu Vio saja.

"Vio itu kenapa dasinya miring?"

"Tali sepatu juga kenapa belum di iket?"

"Aduh Vio! Itu kaos kaki kamu yang satu putih yang satu merah apa-apan sih! dikira agustusan apa!" Cerocos Susan.

"Mau panjat pinang," celetuk Adit.

Vio tidak menghiraukan ucapan Susan ia tetap duduk sesekali Vio menguap.

"Vio! Rapihin dulu pakaiannya!" Perintah Susan yang sudah naik pitam.

"Udah ma udah." Hardi menengahi.

"Vio, sarapan abis itu rapihin pakaiannya," kata Hardi setelah itu semuanya sarapan dengan tenang walau Vio yang sidikit masi ngantuk.

Setelah semuanya selesai makan dan Vio juga sudah merapikan pakaian begitupun dengan warna kaos kakinya kini ia menghampiri Hardi yang sedang berbincang dengan Susan.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang