58. Undangan

252 24 6
                                    

3 tahun kemudian...

Setelah turun dari pesawat, gadis dengan hijab yang melekat di kepalanya menghirup udara pagi kota Jakarta yang sangat ia rindukan. Empat tahun lamanya ia meninggalkan kota ini. Satu tahun ia habiskan untuk pengobatan di Singapura, dan hasilnya tidak sia-sia, sekarang ia sudah tidak merasakan sakit lagi, ia sembuh dari penyakitnya. Sisanya ia habiskan di kota New York untuk melanjutkan sekolahnya, ia berkuliah di sana seperti apa yang dulu diinginkan oleh papahnya. Tapi kali ini tidak ada paksaan, ini keputusannya sendiri. Walaupun orang tuanya sempat melarang karena dirinya yang baru sembuh, tapi ia meyakinkan orang tuanya hingga akhirnya mereka setuju.

Orang tua beserta adiknya menjemputnya ke New York untuk menghadiri acara wisuda nya. Dan sekarang mereka kembali pulang ke Jakarta setelah satu Minggu di sana, gadis itu juga akan kembali menetap di sini.

"Vio, ayo sayang." Susan menepuk bahu Vio pelan, membuyarkan lamunan putrinya.

"Ah iya, mah."

Mereka berjalan menuju mobil yang sudah menjemput mereka.

"Vio!" Pekik seseorang berlari menghampiri Vio kemudian memeluk gadis itu erat.

Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, tapi sama sekali tidak di hiraukan oleh pria itu.

"Kangen banget, Vi," ujar Kevin masih memeluk Vio.

Vio terkekeh, "Vio juga kak, tapi ini di tempat umum. Banyak yang liatin, kak."

"Bodoamat gue ga peduli, mereka itu iri."

"Nanti Syila liat dia bakal cemburu."

Ampuh. Kevin langsung melepaskan pelukannya.

"Lagian Lo kuliah jauh banget, udah gitu ga ada kabar lagi."

"Vio kasih kabar kok sama papah, mamah. Lagian aku mau fokus."

"Kalo kalian ngobrol terus, kita kapan pulang nya?" Decak Adit.

"Iya, iya ayo kita pulang," ujar Kevin membantu mereka membawa koper.

•••••

Hari ini Adit kembali masuk sekolah, bocah itu sudah memasuki kelas 4 sekolah dasar. Karena Susan tidak enak badan dan Hardi sudah berangkat ke kantor pagi-pagi, jadilah sekarang Vio yang mengantarkan Adit sekolah.

"Belajar yang rajin, jangan godain cewek terus." Pesan Vio sebelum Adit turun dari mobil.

"Kakak tau aja Adit suka godain cewek," Adit terkekeh.

"Tau lah, mamah sering cerita."

"Tapi di hati Adit tetep ada Raya kok kak, Adit itu tipe orang yang setia." Bangga Adit.

Saat mendengar nama Raya, Vio jadi teringat tentang gadis kecil itu dan juga kakaknya. Vio sangat rindu dengan mereka, tapi apakah mereka merasakan apa yang Vio rasakan? Vio memejamkan matanya saat mengingat momen-momen manis bersama Dhafian.

Tapi, mengingat pesan yang ia titipkan pada Susan waktu itu, apakah Dhafian sekarang sudah bahagia dengan gadis lain? Mungkin iya, Vio juga selalu meminta agar Dhafian menemukan penggantinya.

"Kak," panggil Adit membuyarkan lamunan Vio.

"Ha? Iya?"

"Kakak kenapa?"

"Ga papa, udah ayo turun biar kakak sebrangin."

Vio turun dari mobil, di ikuti Adit yang juga turun. Sekolah Adit berada di seberang dari posisi mereka. Vio menggenggam tangan Adit untuk ikut menyebrang bersamanya.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang