57. Hancurnya Harapan

252 18 4
                                    

Note: chapter ini pendek banget, jadi kalian jangan heran dan kaget:v

🥀 HAPPY READING 🥀

•••••

Satu tahun kemudian...

Rindu itu curang, terus bertambah tanpa tahu caranya mengurangi. Satu-satunya cara adalah bertemu dengan seseorang yang dirindukan, namun apakah bisa Dhafian menemui seseorang itu? Rasanya tidak mungkin, ia hanya bisa menunggu kehadiran dari seseorang itu sendiri.

Dhafian memasuki mobilnya, seperti biasa ia akan mengantarkan Raya sekolah. Sesampainya di sekolah, Raya pamit dan langsung turun dari mobil sang kakak.

Dhafian hendak langsung menyalakan kembali mesin mobilnya, namun matanya tak sengaja menangkap seseorang membuat ia mengurungkan niatnya. Seseorang itu sedang menyebrang setelah mengantarkan anaknya, buru-buru Dhafian keluar dari mobil.

Seseorang itu sudah kembali, apa itu artinya...

Vio juga kembali?

"Tante Susan!" Panggil Dhafian, masih dari jarak jauh.

Susan menoleh, ia terlihat terkejut melihat Dhafian. Dengan wajah panik Susan buru-buru menyebrang jalan, menghindar dari Dhafian.

Melihat itu Dhafian merasa heran, ia ikut menyebrang dan mengejar Susan. Saat Susan hendak membuka pintu mobilnya, Dhafian lebih dulu meraih pergelangan tangan Susan.

"Tante kenapa menghindar dari saya?" Tanya Dhafian melepas pergelangan tangan Susan.

"Saya ada urusan Dhafian, maaf." Susan kembali membuka mobilnya, namun di tahan oleh Dhafian.

"Saya hanya ingin bertanya sebentar. Tante gimana kabarnya? Apa Vio sembuh dari penyakitnya, Tan?" Tanya Dhafian dengan penuh harap.

Susan malah menunduk, "sebelum Vio pergi, dia berpesan sama Tante agar kamu bahagia. Dia kepingin kamu bahagia, Dhaf."

Bagaikan petir di siang bolong, tubuh Dhafian lemas seketika. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Susan mendongak menatap Dhafian, raut wajah Dhafian tak bisa di artikan, ia benar-benar hancur.

"Dia sudah pergi jauh ninggalin kita. Dia udah ga ngerasain sakit lagi, Dhaf. Vio sudah tenang di sana."

"Tante, jangan bercanda, Tan," ucap Dhafian parau.

Susan mengusap lengan Dhafian, "ini semua udah jadi takdir. Ikhlasin, Dhaf. Tante berharap kamu bisa bahagia dengan orang lain, karena itu yang Vio inginkan. Kamu bahagia, dia bakal tenang di sana."

Dhafian menggelengkan kepalanya cepat, "ngga mungkin Tan, Vio gadis yang kuat, ngga mungkin dia pergi, Tan. Ngga mungkin."

"Itu memang adanya, Dhaf. Kamu harus bisa ikhlasin. Kalau begitu Tante pamit." Setelahnya Susan memasuki mobil, Dhafian minggir memberi jalan untuk Susan.

Setelah Susan pergi, Dhafian terus menggelengkan kepalanya tidak percaya. Air matanya menetes begitu saja.

Bagaimana tidak? Seseorang yang sudah ia tunggu kehadirannya kini sudah pergi jauh dari kehidupannya.

"Ngga mungkin. Kamu gadis yang kuat."

"Kamu baik-baik aja 'kan? Ini cuma prank 'kan?"

"Aku sayang kamu. Jangan pergi."

Dhafian terus meracau, ia berjalan sempoyongan dan menyeberang jalan karena posisi mobil nya ada di seberang.

Dhafian menyebrang tanpa menoleh kiri dan kanan, fikiranya di penuhi oleh gadis yang selalu ada di hatinya, hingga ada sebuah truk yang melaju kencang pun ia tidak sadar, Dhafian terus berjalan hingga...

Tiiinnn!

Ia tersentak kaget, langsung menoleh dan,

Brak!

•••••


















Double update 🎉

Chapter nya pendek, tapi bisa bikin mewek huhu😭

Next chapter bakal lebih greget lagiii, btw ini tuh udah detik-detik menuju ending ya. Harus siapin hati😆

Jangan lupa vote dan komen 🧡

Salam hangat,

Fitri🤗

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang