11. Ancaman (2)

481 40 1
                                    

Dhafian berjalan menuju kamar mandi sebenarnya tadi ia berniat untuk ke kamar mandi namun karena melihat adegan kekerasan yang dilakukan Freya jadilah ia mengurungkan niatnya.

"Ada hubungan apa lo sama Vio?" Tanya seseorang, saat Dhafian baru saja keluar dari kamar mandi.

Dhafian tidak menghiraukan ia ingin keluar namun tubuh seseorang itu bertengger pada pintu dengan satu kaki yang di naikkan membuat Dhafian tidak bisa keluar.

"Gada urusannya sama lo!"

"Jelas ada! Vio itu cewek gue!"

"Gue guru private nya." Dhafian mengalah, ia tidak mau memperpanjang masalah.

Kakinya ia turunkan lalu bertepuk tangan di hadapan Dhafian ia tersenyum licik.

"Lo kira gue percaya! Lo kira gue anak kecil heh!" Arka menarik kerah baju Dhafian.

"Gue ga butuh kepercayaan dari lo! Yang jelas, gue udah ngomong apa adanya!" Dhafian menepis tangan Arka.

Dhafian melenggang pergi.

"Sampe lo ada hubungan spesial sama Vio, adik lo yang bakal jadi korbannya!" Perkataan Arka membuat Dhafian mengehentikan langkanya, sedetik kemudian ia kembali melangkah.

•••••

Vio memasuki kelas yang cukup hening, semuanya sibuk mengerjakan tugas dari pak Dadang.

"Abis dari mana aja kamu?" Tanya Pak Dadang, saat Vio masuk kelas.

"Toilet lah, Pak."

"Itu tangan kamu kenapa?" Pak Dadang menyadari lengan Vio yang memar.

Vio malah cengengesan. "Abis dicium pintu, Pak."

Mata pak dadang membulat, siswa yang tadinya sibuk mengerjakan tugas kini tertawa dengan perkataan Vio.

"Kok bisa?"

"Ya, bisa lah Pak, kan pintunya suka sama saya, padahal saya udah nolak loh Pak, tapi jadinya begini deh." Vio menunjuk lengannya.

Semuanya tertawa terbahak-bahak, Pak Dadang hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vio.

"Sudah sana duduk! Ngomong sama kamu bikin darah tinggi!"

"Minum promag, Pak," celetuk Vio.

"VIO!!"

Dengan cepat Vio duduk di tempatnya sedangkan yang lain masih tertawa melihat tingkah Vio.

•••••

Bel istirahat berbunyi semua murid berbondong-bondong memasuki kantin begitupun Vio dan Syila kini keduanya duduk di salah satu meja kantin menikmati makanan mereka.

"Serius lo Vi?!" Tanya Syila kaget, mendengar cerita Vio kala ia diancam oleh Freya.

Vio mengangguk sambil menyantap makanannya.

"Lo tau ga sih, katanya kalo ancaman Freya itu ga main-main."

"Ga," jawab Vio, menyeruput es teh nya.

"Ihh! Lo mah serba gatau." Syila berdecak kesal.

"Ya, karena gue ga pengen tau." Vio mengedikkan bahunya.

"Buat apa coba ngurusin hidup orang, digaji kagak ribet sendiri iya," lanjutnya.

Syila hanya manggut-manggut, matanya tak sengaja menangkap pasangan kekasih yang sangat ia kenali berjalan bergandengan tangan memasuki area kantin.

"Vi, balik kelas, yuk."

"Itu makanan belum abis, tumben banget, biasanya juga nambah," celetuk Vio, menunjuk makanan Syila yang masih setengah.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang