43. Sakit?

297 20 1
                                    

Vio mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan penglihatannya dengan sinar lampu di dalam ruangan ini. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening. Vio baru tersadar tangannya di infus.

"Gue dimana?" Tanya Vio lirih hampir tak terdengar.

"Alhamdulillah Lo udah sadar. Lo di rumah sakit" jawab Dhafian yang Vio lihat tampilannya sudah acak-acakan. Dua kancing teratas kemeja yang terbuka, rambutnya acak-acakan, terlihat wajahnya yang lelah.

Vio baru teringat kejadian yang menimpa dirinya. Kejadian yang membuat pipinya terasa panas, kepalanya pening.

Dhafian mengusap rambut Vio pelan. "Maaf"

Vio tidak menjawab, menunggu Dhafian melanjutkan perkataannya.

"Maaf karena gue udah gagal buat lindungi Lo"

Vio menggeleng pelan. "Ini bukan salah lo. Gue yang terlalu ceroboh"

"Dia yang udah lakuin--"

"Jangan bahas ini ya? Gue masih pusing" potong Vio.

Dhafian mengangguk mengerti.

"Yang lain kemana?"

"Ini udah malem. Mereka pada pulang, orang tua Lo lagi diruangan dokter"

"Makasih udah nolongin gue"

"Itu udah jadi tanggung jawab gue"

Klek

Pintu ruangan Vio terbuka menampilkan Susan dan Hardi disana, namun terlihat mata Susan yang sembab seperti habis menangis.

"Nak Dhafian makasih ya udah jagain Vio. Ini udah malem lebih baik kamu pulang aja dulu. Pasti capek seharian ini nyari Vio" ujar Susan mengelus lengan Dhafian.

"Iya Tan kalo begitu saya pamit pulang dulu"

"Vio gue balik, nanti besok bakal ke sini lagi kok. Cepet sembuh ya" ucap Dhafian mengelus puncak kepala Vio.

"Hati-hati" kata Vio suaranya masih lemah.

Dhafian tersenyum simpul kemudian menyalimi punggung tangan orang tua Vio lalu pergi dari ruangan Vio.

"Mamah kenapa?"

"Emangnya mamah kenapa?" Tanya Susan balik mengelus rambut Vio sayang, tanpa sadar air matanya menetes.

"Kenapa nangis? Vio baik-baik aja kok, ga usah khawatir" Vio mengulurkan tangannya mencoba menghapus air mata Susan.

"Mamah ga papa sayang" Susan tentu saja berbohong, kalimat itu semata-mata hanya untuk menenangkan putrinya saja.

"Mamah ga bisa bohongin Vio. Sebenarnya ada apa?"

Bukannya menjawab Susan justru semakin terisak. Hardi membawa Susan kedalam pelukannya, membuat dahi Vio berkerut tak paham dengan semuanya.

"Apa ada yang kalian sembunyiin dari Vio?"

Deg.

"Cepat atau lambat Vio pasti akan tau mah" ucap Hardi memberi pengertian kepada Susan.

"Tapi pah"

"Sebelum terlambat, lebih baik kita ceritakan sekarang"

"Sebenarnya ada apa? Vio ga ngerti" tanya Vio parau.

Flashback on.

"Bagaimana dengan keadaan anak kami dok?" Tanya Hardi kepada dokter yang menangani Vio.

"Apa kalian tau penyakit yang dialami pasien?" Tanya dokter menatap keduanya.

Hardi dan Susan saling menatap satu sama lain, setau mereka Vio tidak mempunyai penyakit apa-apa.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang