Kini vio berjalan menuju ruang keluarga diikuti dhafian dari belakang.
"Lo kenapa si vi? Tanya dhafian.
"Lo jahat!" Vio duduk di kursi begitupun dhafian yang duduk di sampingnya.
"Alasannya?"
"Ya karena Lo udah bohongin gue selama ini!"
"Oke gue minta maaf"
"Ga semudah itu!"
Dhafian menghela nafasnya. "Jadi?"
Vi menoleh. "Lo harus ceritain semuanya"
"Ceritain apa?"
"Tentang Lo yang tiba-tiba dateng ke Jakarta dan yaaa Semuanya yang belum gue tau" pinta vio.
"Oke, jadi dulu saat Lo pergi beberapa tahun kemudian gue mempunyai adik yaitu raya lalu mamah meninggal tiga tahun yang lalu, setahun setelah mamah meninggal nenek meninggal juga semenjak itu papah jarang merhatiin kita dan ternyata dia udah punya istri lagi tanpa kita ketahui." Vio mendengarkan dengan baik, refleks vio membuka mulutnya kemudian kembali ia tutup.
"Disitu gue ngerasa udah ga punya siapa-siapa lagi, tapi Tuhan berbaik hati sama gue, gue dapet beasiswa dan akhirnya lanjut sekolah di Jakarta. Papah jarang ngasih kita uang tapi untungnya mamah dulu mempunyai cafe yang ia rintis sendiri, papah taunya cafe itu sudah di beli oleh keluarganya Delvin tapi nyatanya ga, cafe itu belum di beli dan ga di jual sama sekali" jelas dhafian.
"Jadi cafe itu punya Lo?" Tanya vio merasa bersalah karena sudah mengira bahwa dhafian adalah pegawai di cafe tersebut.
"Iya, itu peninggalan mamah satu-satunya dulu mamah sempat hampir menjual cafe itu tapi gue larang tanpa sepengetahuan papah, dan akhirnya mamah nyuruh gue buat ngelanjutin usahanya itu tapi papah mengira cafe itu sudah di beli" jelas dhafian lagi.
Greb!
Tiba-tiba vio memeluk dhafian.
"Gue minta maaf hiks...hiks..."
"Maaf karena gue ga ada saat Lo bener-bener rapuh, harusnya gue ada di sisi Lo waktu itu, maafin gue hiks...hiks..." Lanjut vio sambil menangis.
Dhafian mengelus rambut vio dengan sayang. "ga perlu minta maaf vi, ini bukan salah lo, ini emang udah takdir kita aja"
Vio melepaskan pelukannya. "Tap--" dhafian terlebih dahulu mendaratkan jari telunjuknya pada bibir vio.
Dhafian menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah vio kemudian ia menghapus air mata yang manglir di pipi mulus gadis nya itu.
"Jangan nangis gue ga suka" ucapnya lembut.
"Maaf" vio menunduk.
"Yaudah mending kita balik ke sana lagi yuk, ga enak sama yang lain" ajak dhafian.
Vio mengangguk, dhafian menggenggam tangannya kemudian mereka berjalan beriringan.
"Ciee yang udah akur" pekik cici saat mereka tiba.
Semuanya menatap mereka refleks vio melepaskan tangannya dari genggaman dhafian.
"Hai! Hai! Sosis bakar ala chef Delvin udah jadi!" Pekik Delvin.
Kini tatapan mereka beralih pada Delvin.
"Dari tadi lo bakar sosis apa bikin sosis?" Tanya vio ia duduk di samping mamanya. Mereka duduk melingkar dia atas tikar kecuali Andi dan Delvin yang baru selesai, sedangkan adit dan raya duduk di ayunan.
"Tadi itu gosong gara-gara salah teknis hehe" jawabnya.
Semuanya geleng-geleng mendengar itu.
"Maaf ya temen gue malu-maluin emang" bisik dhafian pada vio yang di sampingnya.
"Ga papa seru kok" jawab vio.
"Kak jelek cepet sini adit mau sosis bakar nya" pekik adit yang sedang duduk di ayunan bersama raya.
"Eh buset! Siapa yang jelek?" Tanya Delvin.
"Yang nanya" jawab adit detik berikutnya semua tertawa kecuali delvin.
"Ga boleh gitu Adit" peringat Susan.
"Minta maaf sama kakaknya sekalian kenalan" kata Hardi.
Delvin mengalah ia mendekati Adit dan membawa sosis bakar itu.
"Maaf ya lama" kata Andi membawakan sosis bakar kepada mereka yang kini sedang duduk melingkar.
"Harusnya saya om yang minta maaf, gara-gara temen saya jadi lama deh" dhafian merasa tidak enak.
"Sekarang belum lebaran, maaf-maafan nya nanti aja mending sekarang makan" celetuk syila semuanya terkekeh.
Kini mereka menyantap sosis bakar itu, sedangkan vio dan dhafian memilih memakan jagung bakar yang tadi belum sempat mereka makan.
"Yah udah dingin, maaf ya dhaf" sesal vio.
"Ga papa, kalo makannya sama Lo mah tetep aja terasa enak, udah gitu nambah manis lagi nih jagung" jawab dhafian yang di dengar semuanya.
"Bisa aja Lo Bambang!" Pekik Delvin.
"Vio pipi nya udah kaya tomat tuh dhaf" goda Cici.
"Pah, mamah juga mau di gombalin dong kaya vio" rengek Susan.
"Inget umur mah" jawab hardi detik itu juga semuanya tertawa.
Kini malam mereka di penuhi dengan candaan dan kebersamaan. Waktu berjalan begitu cepat kini sudah larut malam acara pun sudah selesai sekarang waktunya istirahat.
"Om, Tante, semuanya saya sama Delvin pamit dulu" ucap dhafian beranjak dari duduknya.
"Kalian mau tidur di mana?" Tanya Hardi.
"Di rumah lama saya om" jawab dhafian.
"Sudah di sini saja, lagi pula kamar di sini banyak kok, iya kan ci?"
"Iya kak, di sini banyak kamar yang kosong kok" kata cici.
"Yasudah terimakasih om, Tante" ucap dhafian.
"Yaudah sekarang istirahat di kamar masing-masing, vio sama syila tidur di kamarnya vio yang dulu, dhafian dengan Delvin tidur di kamar sampingnya" Hardi mengatur tempat tidur mereka.
"Adit tidur sama raya pah!" pekik adit, semuanya melotot.
"Heran gue nih anak modus mulu" celetuk delvin.
"Ga boleh Adit, kamu tidur sama papah, nanti raya tidur sama mamah" jawab hardi.
"Ah ga asik!" Kata Adit cemberut.
"Udah ayo semuanya istirahat!" Perintah Hardi ia menggendong Adit dan masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.
"Good night my princess" bisik dhafian pada vio kemudian ia berjalan mendahului vio.
Vio yang mendengar itu kini tersenyum.
"Napa Lo senyum-senyum sendiri?" Tanya syila yang berada di sampingnya.
"Kepo!" Vio berjalan mendahului syila dan memasuki kamarnya.
••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...