Kring...Kring...Kring...
Vio membuka matanya perlahan saat suara nyaring itu memenuhi gendang telinganya. Di matikan nya jam yang sedari tadi bunyi, ternyata sekarang ini pukul lima pagi. Vio sengaja bangun lebih awal ia ingin merubah kebiasaan buruknya mulai dari sekarang.
"Semangat!" Vio menyemangati diri.
Gadis itu masuk ke dalam kamar mandi untuk melakukan ritual paginya seperti biasa. Setelah selesai barulah ia mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuh.
Kini Vio sudah rapi mengenakan mukena yang sudah lama tak ia gunakan. Dilihat lah pantulan dirinya di cermin.
"Ternyata lebih cantik" puji Vio pada dirinya.
Tak ingin banyak membuang waktu Vio segera melaksanakan sholat subuh.
•••••
"Tumben kamu bangun pagi" tanya Susan melihat Vio turun dari tangga.
"Bangun siang salah, bangun pagi di bilang tumben" gerutu Vio.
Susan terkekeh.
"Vio bantuin ya mah" ujar Vio menaruh tas nya terlebih dahulu kemudian membantu Susan memasak nasi goreng untuk sarapan mereka.
"Emang kamu bisa masak?" Tanya Susan sambil mengupas bawang.
"Belajar mah"
"Kamu salah minum obat deh kayanya?" Terka Susan.
"Ish! Mamah!" Vio menghentakkan kakinya.
Susan menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil.
"Potong bawangnya, mamah mau nyiapin yang lain"
Setelah mereka berkutat cukup lama akhirnya mereka selesai memasak nasi goreng, dan pas sekali kini Hardi dan juga Adit menuruni tangga untuk sarapan. Kemudian mereka semua duduk di meja makan seperti biasa.
"Tumben kak--"
"Diem!" Potong Vio cepat.
"Udah ayo cepet makan" kata Susan.
Mereka makan dengan tenang. Hanya ada suara dentingan sendok dan juga piring. Beberapa menit berlalu mereka telah selesai sarapan pagi. Vio membantu Susan untuk meletakkan piring kotor pada tempatnya. Ia melirik jam tangannya sejenak.
"Vio berangkat" pamitnya.
"Masih lumayan pagi loh" kata Susan.
"Ga papa" ia meraih tas nya lalu ia pakai.
"Naik mobil?" Tanya Hardi.
Vio berfikir sejenak, ia ingin berangkat membawa mobil sendiri agar nanti pulang tidak usah merepotkan orang lain. Namun, hari ini ia sangat malas untuk berkendara. Lebih baik naik taksi atau kendaraan umum saja pikir Vio.
"Ga deh, Vio mau naik taksi aja"
"Kenapa? Mau papa anterin aja?" Tanya Hardi lagi.
"Ini kan masih pagi, takutnya papah terlalu kepagian ke kantornya. Vio ga papa naik taksi aja atau kendaraan umum nanti"
"Yaudah hati-hati"
Vio mengangguk kemudian menyalimi tangan Hardi dan juga Susan yang sedang mencuci piring.
"Hati-hati nak" kata Susan.
"Iya mah"
Sebelum benar-benar pergi Vio mencubit pipi Adit dengan gemas, sengaja karena bocah itu yang terlihat masih ngantuk.
Adit menepis tangan Vio dengan kesal. "Mamah itu kak Vio nya!" Adunya.
"Vio!" Ucap Susan tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu [Completed]
Teen FictionKamu yang selalu aku nantikan kehadirannya hingga penantian itu menjadi sebuah pertemuan yang indah. Kamu yang selalu membuat ku bahagia namun kamu juga yang membuat ku terluka. Akankah kamu menjadi teman bahagia ku selamanya? Atau kamu hanya di tak...