5. Belajar

603 54 1
                                    

Bel pulang sudah bunyi, kini Vio sedang berjalan menuju parkiran sesuai apa yang diminta dhafian.

"Mau ngapain?" tanya Vio saat sudah disamping Dhafian dan juga motor milik lelaki itu.

Bukannya menjawab Dhafian malah menyodorkan helm.

"Pake," perintahnya.

Vio masih tak bergeming sama sekali. Dengan cepat dhafian memakaikan helm pada Vio.

Setelah itu dirinya pun memakai helm dan menaiki motor.

"Naik," perintahnya lagi.

Vio masih berdiri di tempat masih mencerna apa yang dilakukan lelaki itu padanya.

"Perlu gue angkat?" Dhafian menaikkan sebelah alisnya.

Sontak Vio membulatkan matanya dan langsung menaiki motor Dhafian.

Saat sudah keluar gerbang sekolah Vio baru teringat satu hal.

"Dhaf, kalo bokap gue jemput gimana?" Tanya Vio sedikit teriak.

"Ga bakal."

"Sok tau deh lo, kita mau kemana si?" Vio penasaran.

Namun setelah itu dhafian memarkirkan motornya di sebuah cafe yang pernah Vio kunjungi kemarin.

"Dhaf, bukain helm nya susah," pinta Vio karena ia tidak bisa membukanya.

Perlahan Dhafian membukakan helm yang Vio pakai.

"Masuk," perintah Dhafian.

Vio hanya menurut dan mengekori Dhafian.

Mereka berdua duduk di salah satu bangku cafe.

"Gue mau jadi guru private lo tapi dengan satu syarat," ucap Dhafian membuka topik.

"Ck! Tadi Lo setuju sekarang minta syarat!" Balas Vio berdecak.

"Mau apa ga jadi?" Tanya Dhafian sewot.

"Iya apa!" Balas Vio tak kalah ngegasnya.

"Setiap pertemuan, gue selalu bawa adik gue."

"Cuma itu yauda ga papa," jawab Vio enteng.

"Jadwalnya setiap hari jam 4 kecuali minggu libur," putus Dhafian.

Vio menimbang sejenak kemudian ia teringat waktu kemarin ia melihat dhafian kerja di cafe ini.

"Terus gimana sama pekerjaan lo?" Tanya Vio hati-hati takut menyinggung.

Dhafian mengernyitkan.

"Udah tenang aja gue ga bakal kasih tau siapapun kok, lo kerja di cafe ini kan jadi gimana kalo lo ngajarin gue kena amuk bos dong lo nya," ucap Vio.

"Ga."

"Kok bisa?"

"Bos gue Delvin temen gue, jadi nanti gue minta shift malam," jelas Dhafian.

Vio hanya manggut-manggut saja.

"Kapan mulainya?"

"Terserah."

"Lo jadi cowok dingin banget, jangan-jangan lo lahir di kutub ya?" Vio mulai ngawur.

"Kita mulai belajar sekarang."

"Dimana? Gue ga bawa buku matematikanya, males gue."

"Yauda kita ke rumah lo." Dhafian hendak berdiri namun vio menahannya.

"Adik lo gimana?"

"Gue panggil dulu bentar." Setelah itu Dhafian pergi meninggalkan Vio.

Tak berselang lama Dhafian keluar dari salah satu ruangan di cafe bersama Raya.

Rindu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang