Happy Reading dan semoga hari kalian menyenangkan!!!
Sudah 2 hari Rey tak terlihat, dia tak menghadiri ekskul musik beberapa hari lalu. Dan 2 hari terakhir ia tak masuk sekolah. Rain tak tau harus mencarinya kemana, bertanya kepada Dimas pun tak mendapatkan hasil.
Bertanya Tiwi sekretaris kelas Rey juga demikian, Tiwi hanya berkata bahwa Rey mengirimkannya pesan bahwa ia sedang ada urusan penting. Rain melangkahkan kakinya dengan malas menuju ruang ekskul.
Ia memilih untuk memainkan piano untuk sekedar meluapkan isi hatinya lewat lagu.
"Entah dimana...
Dirimu berada... Hampa terasa...
Hidupku tanpa dirimu... Apakah disana... Kau rindukan aku... Seperti diriku.. Yang slalu merindukanmu... Selalu merindukanmu...."Rain menghela napasnya kasar. Ia sangat membutuhkan kehadiaran Rey saat ini. Ia ingin menceritakan semua hal yang ia alami beberapa hari ini. Rain ingin menceritakan perihal pengagum rahasianya yang mengirimkan foto Rey dan Rain namun foto itu disobek dengan sengaja. Dengan sepucuk surat yang bertuliskan ingat, dia tidak mencintaimu. Entah kenapa kali ini Rain benar-benar dibuat khawatir dengan surat itu. Kata-kata di dalamnya seperti sangat nyata.
Rain mendengar ada suara pintu yang terbuka, ia menoleh dan mendapati Tino di sana.
"Lo kenapa? " Tanya Tino datar.
Rain menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak papa kok. "
"Rey lagi? " Ucap Tino.
Rain mengangguk perlahan.
"Mau cerita? " Tanya Tino penuh arti.
"Kayaknya nggak deh Tin. " Sahut Rain.
"Kalo coklat mau? " Tino mengeluarkan dua buah coklat batang dari saku celananya.
"Mau!" Rain mengangguk cepat.
"Nih, gue tau lo butuh ini. Senggaknya kalo gue nggak dibutuhkan, gue bisa kasih sesuatu yang lo butuhkan. " Tino tersenyum tulus.
"Hmm Tino.... " Rain menghentikan kegiatan membuka coklatnya kemudian menatap Tino lekat.
"Makasih banyak ya, untuk semua hal yang udah lo lakuin buat gue. Gue bersyukur, sangat bersyukur karena Tuhan ngirimin gue malaikat penjaga kayak lo. " Rain tersenyum.
Tino tersenyum mendengar penuturan Rain barusan, ia senang karena jabatannya di hati Rain naik satu tingkat.
"Iya, sama-sama." Tino mengangguk.
"Ya udah kalo gitu gue tinggal dulu ya. Lanjutin aja nyanyinya, jangan galau lagi. " Tino mengacak puncak kepala Rain kemudian keluar ruangan itu.
"Makasih Tino. Maaf kalau gue belum bisa kasih kesempatan buat lo. " Ucap Rain seraya memandang punggung Tino.
Rain berdiri dan memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu. Rain berjalan menuju kelasnya dengan lemas. Kakinya seakan tak mau diajak berjalan, tak melihat Rey selama dua hari saja sudah seperti 2 bulan.
Rain menenggelamkan kepalanya dibalik tumpukan kedua tangannya. Tanpa ia sadari Manda sudah duduk disampingnya.
"Rain... " Panggil Manda lembut.
"Hmm? " Rain mendongakkan kepalanya.
"Lo kenapa? Kak Rey ya? " Tanya Manda lirih.
"Iya... Gue kek kehilangan separuh hidup gue Man. " Rain memanyunkan bibirnya.
"Kenapa lo coba dateng ke rumah Kak Rey? Lo tau rumahnya kan? " Saran Manda.
"Oh iya-iya. Boleh, ntar gue kesana deh. " Rain mengangguk paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Short Story"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...