Tanya Hati.

178 19 0
                                    

                    Now playing :
                 Pasto-Tanya Hati

Semua butuh jawaban atas hati yang
                    terus Bertanya

-
-
-

Rain terbangun dari tidurnya yang hanya beberapa jam. Ia berjalan dengan malas menuju kamar mandi, membasuh muka perlahan kemudian seluruh bagian tubuhnya.

Setelah selesai bersiap-siap Rain bergegas turun kebawah kemudian duduk termenung pada meja makan. Tak lama setelahnya datang Mama,  Sunny, Papa kemudian Oma.

"Selamat pagi cucu Oma yang
cantik... " Sapa Oma seraya mendudukkan dirinya pada salah satu kursi.

"Pagi juga Oma... " Ucap Sunny penuh semangat.

Rain hanya tersenyum kemudian mengambil selembar roti tawar yang sudah Mamanya siapkan.

Rain mengunyah tanpa semangat dan hanya meminum sedikit dari segelas susunya.

"Rain berangkat duluan." Ucap Rain Kemudian mencium tangan kedua orang tuanya serta Oma.

"Kok buru-buru Rain? " Ucap Mama.

"Rain ada tugas piket Ma." Jawab Rain sekenanya.

Rain mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Dia masih memikirkan bagaimana perasaannya jika menatap wajah orang yang dia cinta.

Sakit?  Kecewa? Lagi-lagi ia menyalahkan kebodohannya. Hanya itu yang ada dipikirannya sekarang.

Rain tiba diparkiran yang masih sepi. Hanya ada beberapa sepeda motor yang terparkir disana. Rain berjalan menuju kelasnya tanpa semangat, memandang jenuh pada koridor yang tak berpenghuni. Tak ada siswa lain disana hanya ada dirinya dan Pak Maman sang penjaga sekolah yang tengah membuka pintu kelas.

"Selamat Pagi neng Rain, pagi sekali berangkatnya." Ucap Pak Maman dengan logat jawa khasnya.

"Hehe iya pak saya ada tugas piket. " Rain tersenyum ramah.

Pak Maman menggangguk paham kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"Kayaknya ke ruang ekskul bakal lebih tenang, dari pada ke kelas yang masih kosong." Rain menyimpangkan langkahnya menuju ruang ekskul.

Rain memasuki ruang ekskul yang lebih cocok disebut ruang musik. Yap, karena yang ada di ruangan itu hanya piano, gitar dan alat musik lain serta rak buku yang berisi dokumen lawas.

Rain meletakkan ranselnya pada salah satu bangku disana kemudian berjalan mendekati piano.

Jari-jari Rain berlarian dengan indah dari tuts satu ke yang lain. Rain memainkan lagu Tanya hati sekaligus menyanyikannya dengan penuh penghayatan.

Oh mengapa... Tak bisa dirimu...
Yang mencintaiku.. Tulus dan apa adanya.. Aku memang.. Bukan manusia sempurna.. Tapi ku layak dicinta.. Karena ketulusan..
Kini biarlah..
Waktu yang jawab semua....
Tanya hatiku....

Rain menyanyikan lagu yang menurutnya sesuai dengan perasaannya saat ini. Tepat pada bait terakhir terdengar suara tepuk tangan yang semakin mendekat.

Rain menoleh dan pendapati Dimas yang kini berjalan kearahnya dengan senyuman yang sangat manis.

"Keren-keren. Pagi-pagi begini udah denger suara lo, bikin adem aja
dihati." ucap Dimas kemudian terkekeh.

"Sejak kapan Kak Dimas berdiri disitu." Tanya Rain kebingungan.

"Belum lama sih. Gue denger ada yang nyanyi pagi-pagi begini, jadi gue mampir deh." Jelas Dimas.

RAIN IN THE SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang