Happy Reading
***
NOW PLAYING | TULUS - RUANG SENDIRI
Detik waktu terus berjalan. Tak terasa sudah hampir dua jam Rain membaca novel yang baru saja ia beli. Setelah membersihkan diri Rain memang tak keluar kamar. Ia bergulat dengan novel barunya. Ia pikir menangisi novel itu jauh lebih baik daripada menangisi Rey.
Jam menunjukkan pukul 22.10, entah mengapa Rain merasakan perutnya mulai berdenting. Suara-suara cacing yang lapar keadilan mulai bergemuruh. ups
Ia mengganti posisinya dari rebahan jadi duduk. Kemudian berdiri untuk menyimpan buku novelnya ke atas meja. Barulah ia menuju ke dapur.
"Jam segini mi instan enak kali ya" Ucap Rain seraya berjalan menuju dapur.
Baru saja ia akan menyalakan kompor, bell rumahnya berbunyi. Saat ini keadaann rumahnya sudah sepi. Masing-masing penghuninya sudah masuk ke dalam kamar. Termasuk kedua asisten rumah tangganya. Mau tidak mau Rain yang harus membukakan pintu.
"Iya sabar!! " Serunya seraya berjalan.
Pintu terbuka, ada laki-laki yang tengah berdiri dengan wajah yang tertutupi buket bunga berukuran cukup besar. Tanpa melihat wajahnya pun Rain sudah siapa sosok dibaliknya."Ada apa malam-malam kesini, ganggu waktu istirahat orang aja" Ucap Rain ketus.
Perlahan laki-laki itu menurunkan tangannya. Terukir senyuman manis yang sudah lama tidak Rain lihat. Raganya tak merespon senyuman itu, namun hati dan jantungnya seolah bertukar posisi.
Rey. Ia menyodorkan buket bunga itu kepada Rain. Senyumnya kembali mengembang, meskipun Rain masih memasang wajah biasa saja. Dan seolah enggan menatap mata Rey secara terang-terangan.
"Kamu belum tidur? Ngapain? Laper ya?" Tanya Rey dengan hati-hati.
"Ngapain kesini? Nggak ada angin, nggak ada hujan tumben banget"
"Nggak mau nerima bunganya dulu? Ini bunga kesukaan kamu 'kan? " Rey masih membujuk.
Satu tangan Rain meraih buket bunga itu. Jujur ia sangat bahagia, apalagi buket bunga itu berisikan bunga matahari.
"Ya udah makasih, tapi ini Kak Rey yang ngasih ya, aku nggak pernah minta" Kata Rain yang masih berusaha untuk biasa saja.
"Maaf"
Rey menatap mata Rain dalam. Bahkan satu detikpun tak ingin terlewati. Mau tidak mau Rain juga membalas tatapan Rey. Tatapan mata yang dingin seolah meminta kehangatan.
"Maaf karena selama ini aku selalu ngecewain kamu dengan sikap aku. Dengan semua apa yang udah aku lakuin ke kamu. Aku udah jadi cowok paling bodoh karena udah sia-siain cewek sebaik kamu. Aku minta maaf atas semua yang udah aku lakuin"
Satu tangan Rey meraih tangan Rain. Terasa dingin dan canggung. Mungkin karena mereka sudah lama tidak berhubungan baik seperti ini.
Sementara Rain, ia terus mengatur napasnya. Menenangkan hatinya yang sudah tak karuan. Kenapa rasa deg-degan itu muncul lagi. Seolah ini kali pertama ia mendapat perlakuan manis dari cowok yang masih berstatus sebagai pacaranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Короткий рассказ"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...