Now Playing :
Ungu-Cinta
Dalam HatiBiarkan aku merasakan dekapanmu lagi, dan mungkin untuk terakhir kali.
Keheningan menyelimuti mereka berdua didalam koridor yang perlahan berisi. Rain sadar mereka saat ini sedang menjadi pusat perhatian beberapa siswa yang baru datang, ia mencoba melepaskan pelukan Rey, namun bukannya melerai dekapannya justru Rey memeluk Rain lebih erat.
"Jangan dilepas, gue rindu keceriaan lo." Ucap Rey agak berbisik.
"Gue tau lo marah, tapi gue nggak tau lo marah karena apa. Plis, biarin gue ngerasain ini." Tambahnya.
"Untuk terakhir kalinya, mungkin." Sahut Rain datar.
Mendengar kata-kata Rain barusan, Rey sontak melepaskan pelukannya kemudian menatap Rain lekat-lekat.
Rain tersenyum simpul kemudian pergi meninggalkan Rey tanpa sepatah kata lagi.
Rey hanya bisa menatap punggung Rain yang semakin lama semakin mengecil kemudian menghilang.
***
Rain kembali kerumah dengan perasaan tak karuan, perasaan dilema, marah serta kecewa masih menyelimuti seluruh lerung hatinya.
"Eh Rain, kamu udah pulang nak? " Sapa Mama ketika melihat anak bungsunya memasuki rumah.
"Iya Ma." Rain mencium tangan Mamanya.
"Ya udah kalo gitu kamu ganti baju terus makan ya... Mama tunggu." Ucap Mama Lita kemudian berjalan menuju dapur.
Rain menaiki anak tangga satu demi satu untuk menuju ke kamarnya. Perasaan nyaman yang tadi ia rasakan ketika berada dalam pelukan Rey sebenarnya masih berlari-lari dipikirannya.
Setelah mengganti seluruh pakaiannya, Rain bergegas turun untuk melakukan makan siang bersama sang mama.
Rain berusaha mengunyah dengan lahap demi menyenangkan hati Mamanya, meskipun sesekali ia melamun. Rain menghabiskan sepiring makan siangnya dalam waktu yanh bisa dibilang sebentar kemudian terburu-buru kembali ke kamarnya.
"Rain udah Ma, Rain ke kamar dulu ya." Ucap Rain kemudian berlari kecil menuju kamarnya.
"Loh, kok sedikit aja nak makannya." Jawab Mama Lita sedikit berteriak.
"Udah kenyang Ma. " Ucap Rain yang sebagian tubuhnya sudah berada diatas.
"Dasar anak muda, kalau udah galau aja nggak nafsu makan." Mama Lita menggelengkan kepala.
Rain mengambil ponselnya yang tergeletak pada meja belajaranya, membuka tombol kunci kemudian menatap sendu pada salah satu foto. Foto yang menunjukkan seorang cowok yang tengah melihat buku menu disebuah restorant menjadi pusat perhatiannya saat ini.
Rain menatapnya dalam kemudian tersenyum simpul. Jari-jemarinya bergerak ingin menghapus foto itu, namun hatinya berkata jangan.
Rain menghembus nafasnya gusar kemudian meletakkan kembali ponselnya. Rain mengambil sebuah buku diary berwarna biru kesayangannya kemudian menuliskan sesuatu disana.
Kak Rey, sampai kapan pun aku nggak akan bisa benci sama kamu. Nggak tau kenapa tatapanmu selalu bisa buat aku takluk dan gugup. Kamu bagaikan matahariku, bisa ku lihat tapi tak bisa ku gapai. Karena pada dasarnya hujan dan matahari tak akan pernah bisa bertemu.
Rain menutup kembali buku diarynya kemudian meletakkannya didalam tas.
Tok tok tok
"Rain.. " Seru Sunny diselingi suara ketukan pintu.
"Masuk aja kak, nggak dikunci kok." Sahut Rain datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Short Story"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...