Cintamu seperti Teka-teki

173 19 0
                                    


Happy Reading!!  Part ini aku bawa kalian pusing-pusing sebentar deh!!

Senin pagi,  hari dimana semua orang terburu-buru. Hari dimana dasi dan topi akan jadi barang yang dicari-cari. Begitu juga dengan Rain, saat ini ia tengah sibuk mengobrak-abrik seluruh isi kamarnya demi menemukan topi sekolahnya.

Kalau sampai topinya tidak ketemu ia sudah pasti akan ditempatkan pada barisan khusus yang berisi para siswa bandel. Dan tentunya setelah upacara akan mendapat hukuman tambahan berupa memungut sampah atau membersihkan mushola.

Nasib buruk nampaknya tengah menghantui Rain pagi ini, pasalnya sekarang sudah pukul 06.45 dan topinya belum juga ketemu. Rain berpikir sejenak, kalau ia terus mencari sudah pasti ia terlambat. Oleh karena itu Rain memutuskan untuk menyudahi proses pencariannya dan bergegas untuk berangkat sekolah.

Ditengah jalan Rain bertemu banyak sekali teman-temannya, wajar saja karena saat ini jam menunjukkan pukul  07.00. Jam yang dipilih kebanyakan siswa untuk berangkat dari rumah.

Rain tiba disekolah pada pukul 07.10 itu artinya ia masih punya waktu 5 menit untuk mencari topinya sebelum bell upacara berbunyi.

Rain berlari menuju lokernya dan berharap topinya akan bertengger dengan indah disana.

"Yah.. Nggak ada lagi." Ucap Rain ketika mendapati topinya tak ada didalam loker.

Kringg 6x

Bell tanda upacara akan segera dimulai pun berbunyi. Rain yang mendengarnya hanya bisa pasrah kemudian mengunci lokernya kembali.

Siswa-siswu SMA satu Bangsa sudah berbaris dengan rapi sesuai kelas masing-masing. Tak lama setelahnya terlihat Bu Rossi yang mulai berkeliling untuk memeriksa atribut para muridnya.

Sekarang Bu Rossi berdiri tepat didepan barisan kelas Rain, jantungnya tentu berdegup tak karuan. 

"Raina!! Cepat baris di barisan istimewa!! " Seru Bu Rossi dengan lantang, bahkan suaranya sampai terdengar ke barisan kelas 12.

Rain memasang wajah pasrah disana, ia tak berani membela diri sama sekali. Apapun yang Rain katakan, tetap saja dirinya akan berbaris di barisan istimewa.

Rain berjalan dengan pasrah menuju barisan yang diperintahkan Bu Rossi.

Disisi yang berbeda barisan Rey sedang diperiksa oleh Bu Rissa, guru favorit para siswa disini. Bu Rissa meneliti setiap siswa maupun siswinya dan mendapati Rey yang tak menggunakan dasi.

"Rey... Mana dasi kamu? Sudah, cepat sana baris dibarisan istimewa." Perintah Bu Rissa, namun nada bicara jauh lebih lembut ketimbang Bu Rossi.

"Siap bu! " Ucap Rey bersemangat sedangkan Bu Rissa hanya menggelengkan kepala.

Teman-teman Rey pun merasa aneh dengan sikap Rey akhir-akhir ini, seperti bukan Rey yang asli.

"Hai! " Ucap Rey yang kini sudah baris disamping Rain.

"Kak Rey? Kak Rey ngapain disini? " Tanya Rain kebingungan.

"Atribut gue nggak lengkap." sahut Rey datar.

Rain memperhatikan Rey dari atas sampai bawah.

"Loh, dasi Kak Rey mana?  Ketinggalan? " Tanya Rain lagi.

"Ada ni, dikantong." Rain menunjukkan seringainya.

"Kenapa nggak dipake? " Ucap Rain.

"Mau nemenin lo disini. Biar sama-sama dibarisan istimewa, siapa tau besok bisa sama-sama di KUA." Rey terkekeh.

RAIN IN THE SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang