🍁Happy Reading kalian🍁
Pengennya cerita ini aku panjangin lagi, tapi kalian masih mau baca nggak??
****
Hari minggu kali ini Rain habiskan untuk terlelap. Selepas sholat subuh ia sengaja kembali berbaring pada ranjang yang terus melambai ke arahnya. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sinar matahari terasa hangat menyapu wajah Rain yang masih terpejam. Dengan warna kekuningan ia masuk menembus untaian benang yang membentuk sebuah tirai panjang yang tersemat pada jendela kamar Rain.
Hingga sebuah getaran telepon merusak mimpinya pagi ini. Mungkin sudah siang, tapi Rain belum menyadari itu. Tangannya bergerak, meraba-raba sisi kanan dan kiri bantalnya hingga tersentuhlah benda yang sedari tadi bergetar. Diambilnya benda persegi panjang itu kemudian ia tempelkan asal ke telinganya tanpa melihat siapa yang meneleponnya.
"Hallo Kak" Ucap Rain dengan malas.
"Kak?? Ini gue Tino"
Seketika mata Rain terbuka sempurna. Tino? Laki-laki itu masih meneleponnya seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua.
"Jangan dimatiin!! "
Seolah mengerti apa yang akan Rain lakukan, Tino langsung mengucap demikian.
"Ada apa lagi sih? Belum puas lo buat gue kecewa kemarin?? "
"Sorry, gue nyesel Rain"
"Kalo cuma mau basa-basi gue matiin" Ucap Rain yang langsung memutus panggilannya sepihak.
Rain terduduk, menatap sendu pada ponsel yang masih menampakkan walpaper foto dirinya bersama sang kekasih. Pandangan beralih ke figura kecil yang ia gantung pada dinding kamarnya. Foto dirinya bersama Tino saat itu, saat mereka benar-benar dekat. Ia menghela napasnya pelan, kemudian beranjak dan memutuskan untuk mandi.
***
Pukul 08.00 suasana meja makan di rumah Tino terlihat begitu hangat. Keakraban yang tak pernah pudar membuat Tino selalu tenang jika berada di rumah. Yang ia takutkan hanya satu, rindu dengan suasana seperti ini.
Tino tau ada yang kurang saat ini, Papanya tidak ada diantara mereka. Sudah satu bulan ini Papanya tidak ikut sarapan bersama keluarga kecilnya. Sekarang di meja makan hanya ada Tino, Mama, Kakak dan adiknya. Tino tau apa yang sebenarnya terjadi, ia sempat menguping pembicaraan Mama dan Papa satu bulan lalu. Namun seolah semuanya ditutup-tutupi, Mama dan Papanya belum buka suara perihal ini. Bahkan Tiara, Kakak Tino sendiri pun belum mengetahui hal ini.
"Tino, ayo nambah lagi dong. Biasanya kamu paling suka kalau Mama masakin nasi goreng" Ucap Arina, Mama Tino.
"Papa kemana Ma? " Balas Tino tanpa sadar.
Air wajah Arina berubah, tatapannya terlihat sedikit sendu.
" Papa kamu kan lagi bertemu koleganya di luar kota, kamu kayak nggak tau Papa kamu aja" Sahutnya senormal mungkin."Iya Tin, biasanya juga kalo Papa nggak ada lo nggak pernah nanya sampe seserius ini" Kali ini Tiara angkat bicara.
"Mama aku mau minum!! " Seru Tian, Adik Tino.
Arina beralih ke Tian, dan tak lagi menghiraukan Tiara dan Tino yang kini tengah mendebatkan hal-hal tidak penting. Ia mengerti anak-anaknya tengah merindukan sosok sang ayah, namun ini bukan waktu yang tepat untuk memberitahu anak-anaknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/194412798-288-k748950.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Storie brevi"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...