***Rain baru saja keluar dari ruangan perpustakaan. Dia baru selesai menyusun buku mapel kelas X bersama siswa penjaga perpustakaan yang lain. Tak disangka sudah ada yang menunggu Rain didepan pintu.
"Jadi lo, Raina Oktaviana Anak kelas XI-IPA 2 yang mau gabung ekskul musik?" Meli sang wakil ketua ekskul musik mengintrogasi Rain.
"Iya kak, saya Rain. Ada apa ya kak." sahut Rain datar.
"Nggak usah sok baik deh lo." Kali ini Hana yang berkomentar.
"Lo pasti cuma modus biar bisa deket-deket sama Rey kan? Sang idola mana mau sih bergaul sama orang yang cuma modal tampang doang." Lanjut Meli yang mulai meninggikan nada suaranya.
" Nggak kok kak, saya serius mau ikut ekskul musik karena mau ngembangin bakat saya." Jawab Rain yang mulai kelihatan panik.
"Hah... Ngembangin bakat? Ngembangin badan kali lu." Meli dan Hana terkekeh kecil.
" Gini ya gue ingetin sama lo. Rey itu cuma punya Meli seorang, punya sang penguasa. Lo nggak usah genit-genit deh sama Rey. Ohiya, gue juga tau kalo minggu lalu lo dianter pulang kan sama dia? Dia cuma kasian ya sama lo, nggak usah besar kepala." Lanjut Meli dibarengi dengan tangan kanan yang menghempaskan bahu kiri Rain.
Rain hanya menunduk bahkan tak berani membuka mulut. Dia hanya diam mendengarkan dua Kakak kelasnya itu mengoceh sambil sesekali mengangguk.
Ternyata orang yang dari tadi menjadi topik pembicaraan memperhatikan mereka bertiga.
" Apaan sih lo Mel. Nggak seharusnya lo ngomong begitu ke dia." Tukas Rey dengan tatapannya yang begitu tajam kepada Meli dan Hana.
"Rey, gue itu cuma mau menyelamatkan ekskul musik kita dari orang-orang yang cuma modal tampang doang ni kayak hujan." Meli mendengus kesal.
"Nggak usah lo dengerin kata-kata mereka. Mending kita cabut." Ucap Rey sambil menarik pergelangan tangan Rain dan berlalu pergi menjauh meninggalkan penguasa sekolah itu.
Rain gugup tak berdaya. Meskipun sudah terlampau jauh namun Rey tak melepaskan genggamannya. Dia menggenggam tangan Rain dari perustakaan yang berada dilantai dasar sampai kelantai dua. Rain terlihat tersipu malu apalagi banyak pasang mata yang tertuju kemereka. Namun sepertinya Rey tak menggubris hal itu, dia tetap melanjutkan langkah tanpa memperhatikan orang-orang yang terus menatap mereka berdua.
Langkah Kaki Rey berhenti tepat didepan pintu kelas Rain.
"Lo ada masalah sama mereka? Atau lo yang cari masalah?" Rey bertanya dengan tatapan yang mampu membelah lautan.
"Mmm nggak kok kak, gue cuma mau gabung ekskul." jawab Rain yang sudah seperti orang menggigil.
" Bagus deh. Lo jangan kepedean ya, gue tadi cuma mau nolongin lo doang. Yaudah gue cabut." belum sempat menjawab, Rey langsung berlalu pergi menjauh dari beberapa pasang mata yang sedari tadi terlihat memperhatikan percakapan mereka.
"belum sempet bilang makasih udah cabut gitu aja." gumam Rain yang masih memperhatikan punggung Rey hingga menghilang.
***
Bell berbunyi sebanyak 5 kali menandakan bahwa jam pelajaran telah berakhir. Semua murid bergegas membereskan buku-bukunya dan menghampiri kendaraan meraka masing-masing. Tak terkecuali Rain, Manda dan Dodit, meskipun arah rumah mereka berbeda mereka tetap pulang bersama. Namun karena hari itu jadwal piket Rain, dia harus menunda keinginannya untuk pulang.
Setelah menyelesaikan tugas piketnya, Rain langsung menuju parkiran motornya. Ternyata disana sudah ada si penguasa sekolah alias Meli dan Hana. Rain terkejut dan mulai sakit perut melihat mereka, dia berusaha untuk bersikap biasa saja tapi tidak bisa. Rasanya mendingan ngadepin Tino sama temen-temennya dibanding ngelawan penguasa bumi begitu gumam Rain sambil melangkahkan kaki perlahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Short Story"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...