•Kembali Datar•

170 12 0
                                    

Happy Reading!!!

"Rey!! " Ucap Oma Rey dengan nampan dikedua tangannya.

Rey membuka pintu kamarnya dengan malas. Sedangkan Omanya langsung nyelonong masuk.

"Nih, makan dulu. Kamu harus jaga kesehatan, kalo kamu sakit siapa yang jaga adik kamu. " Kata Oma seraya meletakkan nampan berisi makanan di atas meja belajar Rey.

"Pokoknya Oma nggak mau denger kamu sakit, harus dimakan!! " Oma lebih tegas.

"Iya Oma... " Jawab Rey sedatar mungkin.

Tanpa sepatah kata lagi Oma keluar kamar Rey kemudian menutup kembali pintu kamar Rey.

Rey menatap malas makanan dihadapannya. Antara nafsu makannya yang turun atau memang makanannya yang tak menggoda. Rey menghela kasar, menatap kembali poto Mamanya yang ia letakkan di atas meja yang sama.

"Baru sehari Ma, Rey kangen. " Rey mengusap poto itu.

"Mama bahagiakan di sana? Mama nggak sakit lagikan? " Tak terasa air matanya kembali menetes.

"Rey janji, Rey bakal jagain Raisa. "

"Rey janji, Rey akan datang ke rumah Mama yang baru. Rey bakal bawain  bunga kesukaan Mama. " Rey mengusap air matanya.

Rey menatap kembali makanannya, menatap dengan lekat. Bukannya nafsu makan, Rey malah teringat Mamanya kembali. Nampan yang biasanya Rey pakai  mengantar makanan untuk Mamanya.

Rahangnya menegang, tangannya mengepal keras. Rey menggubrak meja dihadapannya, ia naik pitam tiba-tiba. Rasa tidak terimanya kembali muncul, tanpa sadar ia menyingkirkan semua makanan dihadapannya. Suara benda jatuh terdengar nyata di kamarnya yang sepi, piring dan gelas yang pecah berserakan di lantai kamarnya.

Ia marah, tak tahu marah kepada siapa. Ia sangat frustasi dengan keadaannya sekarang. Rey yang beberapa bulan ini merasa hari-harinya berwarna karena kehadiran Rain. Dan sekarang, semuanya seolah berbanding terbalik. Kehilangan sosok Mama bukanlah hal yang mudah, ia tahu itu.

Rey menarik napasnya dalam mencoba untuk mengontrol emosinya kembali. Dengan tangan yang masih mengepal serta keringat yang menetes dari dahinya, Rey berusaha untuk tetap tenang.

Dia masih punya Raisa. Raisa membutuhkannya. Raisa harus selalu ia jaga. Raisa satu-satunya hartanya sekarang. Hanya itu kalimat yang selalu Rey ulang-ulang dalam benaknya.

Tok tok tok

Pintu kamar Rey kembali diketuk. Membuat pria jangkung ini tersentak. Rey berusaha untuk bersikap sebiasa mungkin kemudian berjalan membuka pintu kamarnya.

"Permisi Mas Rey, tadi Bibi dengar ada suara piring terjatuh. Bibi mau bersihkan." Ucap Bi Sari dengan sopan.

"Iya Bi masuk aja. " Jawab Rey datar.

Rey membiarkan Bi Sari membersihkan seluruh makanan serta pecahan piring dan gelas yang berserakan di lantai. 

Setelah lantai kamar Rey kembali bersih,  Bi Sari memutuskan untuk keluar kamar Rey.

"Sudah selesai Mas, kalau begitu Bibi tinggal. Mas Rey mau dibawakan makanan lagi? " Ucap Bi Sari dengan nampan ditangannya.

"Nggak usah Bi. " Sahut Rey yang masih menatap sendu foto ibunya.

Bi Sari hanya mengangguk kemudian pergi tanpa sepatah katapun, tak lupa ia menutup kembali pintu kamar Rey.
-
-
Disisi lain, Rain tengah duduk termenung pada roof top sekolahnya. Biasanya, saat ia sendirian di sini Rey selalu datang secara tiba-tiba. Sekarang Rain benar-benar sendirian di sini.

RAIN IN THE SUMMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang