Happy Reading!!!
~
~
Hari ini sesuai janjinya, Rain akan menemani Rey untuk menjelajah kota Bandung. Rain akan menjadi teman seperjalanan Rey yang berniat untuk menemui Papanya yang sedang sakit. Rain sudah siap dengan outfit ternyamannya sekarang. Baggy pants hitam polos yang ia padu-padankan dengan kaus putih juga cardigan berwarna biru tua membuat penampilannya terlihat lebih natural. Tak lupa sebuah mini ransel yang ia isi dengan bedak, parfum serta lipbalm juga sebuah charger dan dompet pastinya, sudah tergendong rapi di bahunya.
Dengan semangat Rain berjalan menuju ruang makan rumahnya. Di sana belum ada siapa pun, hanya Mba Ina yang sedang memanggang roti seraya menuangkan susu ke gelas kosong. Wajar saja karena ini adalah holiday, waktu senggang tentu akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Mama Lita sedang mandi, Kak Sunny masih tertidur pulas dan terbuai oleh mimpi indahnya, begitu juga dengan Papa Andi yang terlihat ogah beranjak dari kasurnya. Oma sudah bangun, hanya saja ia masih memilih untuk berbaring santai di kamarnya."Mba, buatin dua ya" Rain duduk di hadapan Mba Ina.
"Kok dua Non, untuk siapa? Ngomong-ngomong Non Rain jam segini udah rapi aja" Celetuk Mba Ina.
"Buat Kak Rey satunya Mba, soalnya aku mau ke Bandung. Takutnya aja ntar dia belum sarapan" Jelas Rain dengan kedua sudut bibir terangkat.
"Hmm, sebentar ya Non" Mba Ina beranjak mengambil selai.
Setelah Roti selainya siap, Rain bergegas membawanya ke teras rumah. Dua gelas susu juga sudah disiapkan oleh Mba Ina. Sambil menunggu pujaan hatinya datang, Rain memilih untuk menyantap rotinya terlebih dahulu. Selang beberapa menit kemudian, Rey datang bersama motor N- max. Bukan, kali ini Rey datang menggunakan motor ninja merah.
"Udah siap? " Tanya Rey setelah turun dari motor.
"Sarapan dulu gih, pasti belum sarapa kan? " Perintah Rain sambil menunjuk kearah roti dan segelas susu dengan dagunya.
"Tau aja kamu" Rey menyeringai kemudian mengambil duduk di bangku yang berada di depan Rain.
Dengan lahap Rey menyantap roti dengan selai coklat di hadapannya. Segelas susu coklat juga sudah ia tenggok hingga tandas. Rey melirik ke samping tempatnya duduk, dimana Rain terpergok sedang menatapnya terang-terangan.
"Kenapa? Baru sadar ya, kalo pacarnya ganteng? " Ucap Rey sinis.
Rain mengangguk tanpa sadar, senyum di wajahnya juga kian melebar. Namun hal itu tak bertahan lama, ia tersadar sesaat setelah suara tawa Rey terdengar dengan jelas. Dengan cepat Rain memalingkan pandangannya kemudian menggeleng cepat.
"Ayo berangkat, keburu siang ntar" Rain beranjak, berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rey masih terkekeh, kemudian menyusul Rain berdiri. Tangannya mencubit pipi kiri Rain, kemudian di tolehkannya wajah Rain dengan kedua telapak tangannya. Rey menatap wajah Rain lekat-lekat. Wajah yang bisa membuat hatinya terasa tenang, mata yang menjadi tempat dimana ia akan pulang.
Dulu, Mamanya akan menjadi orang pertama tempat dimana Rey menumpahkan keluh kesahnya. Alasan kenapa ia tak betah berada jauh dari rumah, dan mata yang dihiasi keriput tipis adalah tempat dimana Rey akan pulang. Pandangan mata itu terlihat sayup, namun hangat dan menenangkan. Tentunya penuh kasih sayang jiwa keibuan. Sekarang tempat ternyamannya itu sudah tiada, silih berganti termakan usia, dan tergantikan dengan Rain.
Sebenarnya berat bagi Rey untuk melupakan begitu saja, namun dia hanya tak ingin terus-menerus larut dalam kesedihan. Ia berusaha untuk memperbaiki semuanya, termasuk hubungannya dengan sang Papa yang kian merenggang selama setahun belakangan ini. Dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk Rey, dia akan memperbaiki semuanya. Karena sesuatu yang sudah rusak akan mampu berfungsi kembali jika kita mau memperbaikinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN THE SUMMER
Storie brevi"Aku layaknya hujan yang turun saat kau tengah menikmati hangatnya sinar mentari. Aku tau, saat itu kau benci diriku. Namun aku yakin, esok atau lusa saat peluh di dahimu mulai menetes, kau akan mencariku. Kau akan mencari diriku, sebagai hujan yang...