Alohaaa~
ROSÉ ini sengaja gue nulis dalam bentuk yang lebih singkat, supaya temen-temen yang baca gak capek scroll (cieee perhatian). A lil bit spoiler meskipun bukan tentang isi ceritanya. Hehehe.... Temen-temen yang baca jangan lupa vote dan kasih komentarnya. Love you #xoxo❄
❄
❄"Memories, even your most precious ones, faded surprisingly quickly. But I don't go along with that. The memories I value most, I don't ever see them fading."
—Kazuo Ishiguro—Kepingan-kepingan cerita dari masa lalu kembali berkumpul membentuk ingatan yang samar. Ingatan menjadi bagian terbesar yang membentuk hidup manusia. Tanpa ingatan, manusia tidak akan bisa mencapai semua kesuksesan yang didapat saat ini. Sebagian orang suka mengumpulkan kepingan ingatan mereka dan merangkainya menjadi sebuah cerita padu yang manis dan menyenangkan. Tapi sebagian lagi justru memilih untuk membuang ingatan mereka karena terlalu buruk untuk diingat kembali atau sekadar malas untuk mengingat.
Ingatan manusia terkadang bisa menjebak. Banyak orang salah paham oleh ingatan mereka yang tidak utuh karena kecenderungannya dalam melupakan berbagai hal penting. Bahkan untuk seseorang seperti Rose yang dianugeragi ingatan sangat kuat, ia masih kesulitan mengingat kenangan masa kecilnya dengan sang ayah. Seluruh ingatan baik tentang ayahnya seolah lenyap diterpa waktu, sehingga yang tersisa hanyalah kepingan kecil yang menjadi mimpi buruk bagi Rose dan ibunya. Ia masih ingat saat ayahnya melangkah keluar rumah dengan segunung amarah meninggalkan ibunya yang berdiri dengan ekspresi kaku. Rose melangkahkan kedua kakinya secepat yang ia bisa sambil berteriak memohon ayahnya tetap tinggal.
"Papah, papah, kumohon jangan pergi! Papah, aku janji tidak akan jadi anak yang bandel. Papah jangan pergi... papah... kasian mamah.."
Kedua matanya seketika terbuka dibarengi tarikan napas kuat yang membuatnya terbangun terengah-engah. Air mata berkumpul di pelupuk matanya. Rose tidak terisak, ia lantas menghapus tetesan air mata yang memburu keluar dengan cepat. Tangannya meraih ponsel yang ia letakkan di meja samping tempat tidurnya. Baru pukul 3.15 dini hari. Rose mengumpat karena ia tak akan bisa tidur lagi kalau sudah terbangun paksa seperti ini.
Meski enggan, ia dengan kesal membuka selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Ia bangkit kemudian mengayunkan kedua kakinya dengan pelan menuju balkon kamarnya. Tapi ia mengurungkan niat untuk membuka pintu balkon karena udara dingin bisa membuatnya pening dan muntah-muntah. Tangannya yang kurus meraih gorden dan membukanya lebar-lebar, menampilkan langit gelap yang polos tak berbintang.
"Bahkan hanya dengan melihat saja aku sudah kedinginan," desahnya pelan.
—
Menghabiskan sisa malam dengan bayangan masa lalu yang kelam sementara harus kembali bekerja dalam keadaan fit benar-benar menambah tingkat stres dalam kepala Rose. Lingkar hitam dan wajah pucat Rose membuat ibunya terpekik saat melihat putrinya sedang duduk sendirian sambil melahap sepotong toast bread di meja makan. Jessica segera menghampiri dan menangkup kedua pipi Rose, membuat perempuan muda yang sedih dan malang itu menghentikan kunyahan ketiganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rosé ✔
Fanfiction[COMPLETED] Jaehyun does sleeping with girls but he will never date. Meanwhile Rose is being too focus on pursuing her career and wanna use Jaehyun for a revenge. They make a complete crazy couple. "For the rose, though its petals be torn asunder...