Chapter Fifteen

4.8K 605 87
                                    

Halooo!! How are you guys doing??
Ini harusnya dipublish Senin tapi ya situasinya lagi gak enak makanya tak publish hari Rabu aja.

Stay healthy manteman and happy reading~



"No man is poor who has a Godly mother."
—Abraham Lincoln—

Irene dibuat terbelalak. Tangan kanannya menutupi mulutnya yang sedikit ternganga. Matanya berkaca-kaca sementara kedua ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyum yang menawan. Matanya melirik Suho, Jaehyun, dan Rose secara bergantian. Ia hampir menangis kalau suaminya tidak dengan cepat memeluk sambil tertawa kecil menenangkan. Jaehyun dan Rose berdiri bersebelahan. Jaehyun mengenakan kaos dibalut kardigan yang membuat tampilannya terlihat santai dan nyaman; sementara Rose kembali dengan gaun pendeknya—setelah numpang mandi dan memperbaiki riasannya.

"Selamat ulang tahun, mamah." Jaehyun berhambur memeluk ibunya.

"My little boy, thank you." Irene membalas dengan pelukan hangat.

"Aku menyiapkan semua ini sejak pagi-pagi sekali," kata Jaehyun setelah melepas pelukannya. Matanya menangkap eksresi mencibir Rose, hal itu membuat Jaehyun tersenyum lantas menambahkan, "Dengan bantuan dari Rose."

Bibir Rose yang memiliki sentuhan warna merah muda menawan membentuk sebuah senyum yang menampakkan deretan gigi rapihnya. "Jaehyun berusaha sangat keras untuk membuat kuenya."

"Oh, little dear," desis Irene seraya memeluk Rose dengan ketulusan yang sangat nyata. "Terima kasih sudah datang dan menyiapkan semua ini. Padahal kau tamu, tapi Jaehyun yang bodoh malah membuatmu repot begini."

"Maaf karena aku tidak membawa hadiah apapun," sesal Rose.

Irene menepuk pundak gadis itu. Masih dengan senyum ramahnya, Irene menyahut, "Kedatanganmu sudah seperti hadiah untukku."

"Istriku berkata dengan jujur," timpal Choi Suho. Pandangannya mengarah pada Jaehyun, sebuah senyum menggoda muncul begitu saja. "Kami sangat senang bisa menerimamu di rumah kami. Jaehyun tidak pernah mengajak perempuan manapun ke rumah sebelumnya."

Seolah berusaha menghentikan obrolan itu, Jaehyun dengan cepat meraih lengan Irene dan menariknya untuk duduk dan makan. "Ah, kurasa sekarang sudah waktunya makan. Ayo mamah, kita langsung duduk saja. Rose memasak hidangan Skotlandia yang sangat enak. Aku tahu kau juga sangat suka hidangan ini kan? Papah, duduk sini."

Suho yang sudah duduk di kursinya kembali menggoda Jaehyun. Katanya, "Jaehyun, kau tidak mempersilahkan Rose untuk duduk juga? Kau terus mengabaikannya padahal dia sudah menyiapkan makanan yang enak begini."

Jaehyun menarik napas, menahannya sejenak, kemudian baru menghembuskannya saat ia mempersilahkan Rose untuk duduk di sampingnya. "Kemarilah, Roseanne."

Dengan hati-hati Rose duduk di samping Jaehyun. Baru pukul tujuh malam, tapi mereka memutuskan untuk makan malam lebih awal karena tiga jam lagi Jaehyun akan pergi ke Jeju. Rose diterima dengan kehangatan yang tidak ia perkirakan sebelumnya. Obrolan yang berlangsung di antara mereka benar-benar menyenangkan dan terjadi tanpa kecanggungan sama sekali. Gelak tawa pecah saat Rose memberitahu tentang lelucon yang biasa ia mainkan dengan June. Suho dan Irene memuji selera humornya, sementara Jaehyun hanya mencibir atau menggoda dengan tatapannya yang mempesona.

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang