Chapter Fifty Three

3.7K 446 99
                                    

Halooo~~~
Maaf karena updatenya agak malem. I have to get back in shape so I just had my evening workout sessions beforehand. Wish you guys read it on healthy state as well yaaa~



“A mighty pain to love it is, And it is a pain that pain to miss; But at all pains, the greatest pain it is to love, but love in vain.”
—Abraham Cowley—

Baltimore: Tuesday, September 1st
Aroma toasted bread bercampur americano menyeruak memenuhi dapur kecil milik Rose di Baltimore. Irene sempat menawarkan apartemen mewah untuknya tapi perempuan itu menolaknya dengan halus—katanya ia tak memerlukan rumah terlalu besar karena nanti hanya akan ada dirinya dan Noa. Rose sengaja memilih apartemen sederhana dengan dua kamar tidur yang terletak tak begitu jauh dari kampusnya dan The Johns Hopkins Hospital. Noa akan lahir kurang dari satu minggu lagi sehingga Rose harus menyiapkan semuanya dengan matang—mungkin sempurna kalau bisa.

Tangannya beberapa kali mengelus perut—merasakan Noa yang akan segera ia peluk dan ciumi beberapa hari lagi. Rose tak sabar menunggu sampai hari itu tiba. Memikirkan hal tersebut membuat senyumnya mengembang lebar saat ia menuang kopi ke dalam gelas. Rose menyiapkan sarapan untuk dua orang: untuknya dan Eunwoo. Pria itu mengantarnya ke Baltimore karena Irene masih harus menyiapkan beberapa hal terkait kelahiran Noa, June dan Bambam ada ujian, Jungkook harus menyelesaikan urusan bisnis atau ayahnya akan menghukum pemuda random itu, sementara Lisa terpaksa menuruti perintah ayahnya untuk menghadiri pembukaan butik sebagai hadiah ulang tahunnya.

“Kau mau tambah rotinya?” tanya Rose pada Eunwoo yang duduk di seberangnya. Perempuan itu berusaha bersikap setenang mungkin kendati ia sudah tahu kalau Eunwoo mencintainya. Rose tidak bisa melarang karena itu perasaan Eunwoo. Ia bebas mencintai siapapun. Tapi perempuan itu benar-benar tak bisa memaksakan diri untuk membalas semua perasaan yang dipendam Eunwoo terhadapnya. Bagi Rose, satu-satunya pria yang dapat dan ingin ia cintai hanya Jaehyun—papahnya Noa.

“Tidak, dua sudah cukup.” Eunwoo menolak sebelum menghabiskan gigitan terakhir rotinya. “Kau tidak mengalami jet lag? Apa tidurmu nyenyak?”

Rose menggeleng sambil meminum teh herbalnya. Ia hanya menyiapkan kopi untuk Eunwoo. Rose berhenti meminum kopi karena itu kurang baik untuk Noa. Dan ia juga sempat membenci baunya. “Aku baik-baik saja,” katanya sambil menyunggingkan senyum. “Kita tiba pukul satu kemarin siang. Awalnya memang agak pusing karena Seoul 13 jam lebih awal dibanding Baltimore. Tapi aku tidur lebih cepat dan baru bangun pukul enam pagi tadi. Ah iya, penerbanganmu itu pukul 12, kan? Kau hanya istirahat selama beberapa jam. Itu mungkin bakal membuatmu sakit karena kelelahan.”

“Apa artinya kau memintaku tinggal lebih lama?” kata Eunwoo sambil menopang dagu, mengamati Rose dengan senyum manis di wajahnya.

“Kedengaran seperti itu ya?” Rose hanya menyahutnya dengan senyum dan nada bercanda. Ia tak ingin menumbuhkan harapan dan kesalahpahaman sehingga yang dia lakukan selanjutnya hanyalah mengajukan pertanyaan penuh basa-basi yang dipahami sepenuhnya oleh Eunwoo. “Barang-barangmu sudah siap semua? Jangan lupa passport dan visamu. Kau tidak bisa telat dan menunda rapat.”

Eunwoo menarik diri, bersandar pada kursi di belakangnya. “Ini masih pukul delapan pagi, Miss Park. Tidak banyak barang yang kubawa. Passport dan visa juga sudah siap. Aku bisa bersantai dan mengobrol sebentar denganmu. Kalau kau tak keberatan, tentu saja.”

Tawa Rose terdengar halus—mengetuk telinga hingga hati Eunwoo yang merekah sempurna. Ia menangkap getar penuh kekaguman yang dipancarkan sepasang mata cokelat milik Park Eunwoo. Itu tidak membuatnya bahagia. Rose merasa tersiksa tiap kali melihat dan merasakan semua perhatian dan kasih sayang yang Eunwoo berikan. Rasanya seperti Eunwoo sedikit menuntut balasan, tapi Rose tak bisa memberikannya. Hingga saat ini, ia hanya bisa mencintai dua orang laki-laki: Jaehyun dan Noa. Bahkan Rose tak bisa memberikan cinta sebanyak itu pada papahnya. Ia hanya bisa menyayangi dan menghormati Eunwoo sebagai teman. Tidak lebih dan tidak kurang.

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang