Chapter Twenty Nine

4.4K 523 303
                                    

Heyaa~
Chapter ini panjang guys. Jadi sambil baca, sambil nyiapin cemilan aja (Bisa air mineral, kue kering, buah, sayur kukus, salad, terserah gimana enaknya), atau sambil rebahan aja juga bisa. Yo dah gitu aja. Happy reading ♡♡♡



“Love is the only freedom in the world because it so elevates the spirit that the laws of humanity and the phenomena of nature do not alter its course.”
—Kahlil Gibran—

Ketika Jaehyun membuka kotak makan siang yang dibuat Rose untuknya, beberapa orang di kafetaria hanya memandangnya dengan mulut menganga. Ini pertama kalinya Jaehyun makan di kafetaria Alpha Inc.—dan dia tidak mengambil makanan yang tersedia di sana melainkan membuka bekal yang ia bawa dari rumahnya seperti anak TK. Bahkan Eunwoo yang duduk di kursi seberang dengan nampan makanan di hadapannya hanya memandang Jaehyun sedikit keheranan. Eunwoo sudah mengenal Jaehyun bahkan jauh sebelum ia mengingat langkah pertamanya. Tapi ini jadi kali pertama ia melihat Jaehyun membawa kotak makan siang—bahkan membukanya dengan antusiasme yang membuatnya kehilangan gairah untuk makan.

Eunwoo sedikit mencondongkan tubuhnya, ingin melihat wajah Jaehyun dengan lebih jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eunwoo sedikit mencondongkan tubuhnya, ingin melihat wajah Jaehyun dengan lebih jelas. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, berdehem kemudian berkata, “Kupikir ada sesuatu yang merasukimu.”

Jaehyun tersenyum sambil mengunyah egg roll yang dibuat Rose. “Kurasa memang iya.”

“Itu membuatku bergidik ngeri,” sahut Eunwoo. “Pertama kalinya kita makan di sini dan kau tidak mencicipi hidangan yang disajikan kafetaria perusahaanmu? Lihat, bahkan mereka menyajikan makanan Perancis. Wah, Étoile memang harus belajar banyak dari Alpha Inc. No wonder it can be number one multinasional corporation in the whole country.”

“Jangan merendah, semua orang tahu kalau Étoile juga termasuk ke dalam jajaran perusahaan multinasional terbesar di Korea. Lagipula, jika Étoile tidak kuat, hubungan bisnis ini tidak akan berlangsung lama.” Jaehyun menjelaskan dengan sumpit di tangan kanannya. Ia bahkan masih berada dalam mode bekerja kendati ini sudah masuk waktu istirahat. “Oh, bagaimana kerja sama dengan Gran Pilier? Apakah semuanya berjalan lancar?”

“Besok lusa Tuan Jeon dan aku akan membahas proyek pembangunan hotel di Bali. Dia mengingikan hotel lima lantai yang mewah dengan pusat perbelanjaan di lantai pertama dan kedua. Bali adalah tempat yang menguntungkan dengan total enam juta wisatawan tiap tahunnya. Ada banyak hotel yang menawarkan fasilitas sangat baik—termasuk di antaranya The Ritz Carlton, sehingga kami harus meninjau segala aspek dengan matang. Kami juga harus memperhatikan adat dan kebiasaan masyarakat sekitar agar nama baik tetap terjaga.” Eunwoo berhenti sejenak untuk menyuapkan sesendok sup. Ia sedikit mengeryit karena rasa bawang putihnya sangat kuat. Mungkin setelah ini dia harus makan permen mint karena masih ada rapat. Lanjutnya setelah  minum seteguk cola, “Gran Pilier baru membuka dua hotel—dengan ini menjadi tiga—di Indonesia. Tuan Jeon dan ayahku merupakan mitra yang sangat erat. Entah karena sifat mereka atau karena etos kerjanya yang sama-sama tinggi, aku kurang begitu yakin, tapi Étoile dan Gran Pilier merupakan kombinasi yang sangat epik—selain dengan Alpha tentu saja. Hanya, kau tahu kan ayahku dan ayahmu tidak begitu dekat secara personal kendati mereka kuliah di universitas yang sama.”

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang