Chapter Thirty Eight

4.3K 480 315
                                    

Halo... apa kabar? Kayak yang lama enggak ketemu padahal kan dua hari lalu update :')

Chapter ini panjang gengs, jadi kalian bacanya mending sambil rebahan atau ngemil biar enggak bosen. Dan karena chapter ini panjang, please leave some comments and votes ya. For boosting my mood juga. Hehe... happy reading~



“Parting is such sweet sorrow, that I shall say goodnight till it be morrow.”
—William Shakespeare—

Pandangan Jaehyun tertuju sepenuhnya pada Rose. Ia mengamati perempuan yang tertidur lelap dalam balutan selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya. Tangannya membelai rambut dan wajah Rose dengan kelembutan serta kehati-hatian yang sangat dalam. Tunangannya itu tidak lagi membicarakan tentang sprei atau kondom tadi malam. Ia hanya menikmati semua yang Jaehyun lakukan. Menyerukan namanya sangat keras, dan tidak melempar protes apapun kendati ia mengeluarkannya... ah, Jaehyun tidak mau memikirkannya.

“Semuanya akan baik-baik saja, kan? Tapi ini tanggal satu... Ah tidak, tidak. Kami juga pernah melakukan yang seperti tadi malam dua kali dan ia masih datang bulan tepat waktu. Rose tidak akan marah kan? Tentu saja! Dia bahkan tidak mengajukan protes apapun padaku!”

Perang batinnya berlangsung cukup lama. Ia membuang semua prasangka dan kekhawatiran yang melingkupi benaknya. Lagipula, kalau Rose merasa tidak yakin, dia pasti sudah berhenti bahkan jauh sebelum mereka mulai. Dan lagi, demamnya sudah hilang. Itu seharusnya membuat Jaehyun lebih lega dan tenang. Melihat Rose kesakitan selalu membuat hatinya ngilu dan sangat tersiksa.

Saat tangannya kembali terulur untuk membawa Rose dalam dekapan, ponsel yang ia letakkan di atas meja kecil di samping kasur berdering beberapa kali. Jaehyun meraih ponselnya. Menjawab panggilan dari Irene dengan perasaan enggan. Irene punya kebiasaan memanggilnya dan Rose untuk datang ke rumah utama tiap hari minggu secara tiba-tiba. Jaehyun mendengus. Mengetahui kalau tebakannya kali ini juga tidak meleset sama sekali.

“Aku mau kau dan Rose datang ke rumah hari ini,” kata Irene. Suaranya serak. Kedengaran agak lelah.

“Hari ini kan? Bukan pagi ini?” sahut Jaehyun mengandung nada protes yang ia redam karena khawatir akan membangunkan Rose. Dia mungkin masih merasa kurang enak badan setelah shift malam yang berlangsung cukup panjang dan sangat intens. Shift malam—kedengarannya bagus juga.

“Iya, hari ini. Kau dan Rose bisa datang nanti sore. Aku dan papah menunggu kalian.” Irene memberikan jawaban setelah satu lengguhan pelan. “Apa kau dan Rose dalam keadaan sehat?”

“Tumben.” Hanya itu yang Jaehyun berikan sebagai respon. Ia menyelipkan helaian rambut Rose yang jatuh ke depan mukanya. “Minggu lalu kita baru bertemu kan. Aku baik-baik saja; tadi malam Rose demam. Tapi sekarang demamnya sudah hilang. Sekarang dia masih tidur. Kurasa dia masih agak sakit atau kelelahan.”

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang