Chapter Thirty Seven

4.1K 457 149
                                    

Aloha~
Mabok gak tuh kalian saya kasih update-an tiap hari? Setelah kesel-keselan di chapter 36, chapter ini mungkin akan sedikit bikin kalian seneng dan memberikan beberapa pencerahan. Happy reading gengs. I lafyu dan please leave some comments or simply just leave your vote here ♡♡♡



“Lovers don’t finally meet somewhere. They’re in each other all along.”
—Rumi—

Rose memasuki penthouse dengan langkah tergesa. Ia langsung memeluk Jaehyun begitu pria itu membuka pintu, menampakkan dirinya yang kebingungan dengan semua sikap yang Rose tunjukkan.

“Is everything okay?” tanya Jaehyun khawatir.

“No, it’s not.” Rose bergumam pelan. “Please, just hug me tightly Jaehyun.”

Jaehyun mengeratkan pelukannya. Mereka masih berdiri di depan pintu masuk yang tertutup dan terkunci dengan rapat. Tangannya mengelus punggung, kemudian naik untuk membelai rambut Rose. Ia membiarkan Rose terbenam, menghangatkan tubuhnya yang dingin dan sedikit menggigil—entah karena kedinginan atau karena hal yang lain. Ini membuat Jaehyun semakin khawatir.

“Roseanne, sayang, sebenarnya apa yang terjadi? Seharian ini kau bahkan tidak mengangkat telpon dariku.”

Rose tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya melepas pelukannya kemudian mendongak, menatap Jaehyun dengan ketakutan dan kesedihan yang menyelimuti seluruh sudut wajahnya. Perempuan itu sangat pucat. Tangannya yang bertumpu di atas kedua lengan Jaehyun gemetar. Rose mulai menangis. Kakinya yang lemas membawa tubuhnya melorot ke atas lantai.

“Jaehyun,” katanya lirih.

“Aku di sini, sayangku.” Jaehyun berdiri di atas kedua lututnya. Memeluk Rose selembut mungkin—seolah khawatir perempuan dalam pelukannya akan retak dan hancur kalau dia merengkuhnya terlalu erat. Ia tidak pernah melihat Rose berada dalam keadaan sekalut ini. Tunangannya terlihat amat kacau dan ketakutan—seperti dihantui oleh sesuatu yang tidak bisa Jaehyun raba atau tebak keberadaannya. “Demi Tuhan Rose, aku akan menghancurkan siapapun atau apapun yang membuatmu menjadi seperti ini. Katakan padaku, ada sesuatu yang mengganggumu kan?”

“Ada. Sangat banyak,” jawabnya dengan suara tipis yang membuat hati Jaehyun seperti diiris. Sangat pilu dan menyakitkan. Rose kembali mengalungkan kedua tangannya di leher Jaehyun. Menangis di dalam pelukan pria itu benar-benar membuat kesadarannya perlahan pulih dan ia merasa sedikit lebih baik. “Jaehyun, sayangku, kumohon jangan tinggalkan aku.”

“Rose, apa maksudmu? Tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu.” Jaehyun memberikan jawaban dengan cepat. Menepis semua kekhawatiran yang membumbung melebihi kapasitas nalar dan kemampuan Rose untuk menahannya. Ia memeluk Rose, mencium sudut wajahnya beberapa kali sebelum menambahkan, “Tubuhmu agak panas. Kau harus istirahat sekarang.”

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang